🌑🌕 6

227 47 7
                                    

Cerita ini slow burn ya. Aku tau alurnya belum nampak jelas. Apalagi ini ada beberapa cerita nantinya yang mengambil alur ke belakang.

 Apalagi ini ada beberapa cerita nantinya yang mengambil alur ke belakang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌑It takes a long time for people to become successful🌕


Kalau kata orang, bahagia itu sederhana. Itu memanglah benar. Ditemani deru badai salju dan juga penghangat ruangan, Felix dan Sam duduk berdampingan. Lengan dengan lengan menempel juga sandaran kepala di pundak sempit. Ketika jas almamaternya di lepas untuk dijadikan sandaran duduk keduanya di lantai, Sam hanya memakai seragam putih lengan panjang. Hangatnya heater di depan mereka membuat kenyamanan tersendiri.

Entah sudah berapa lama mereka duduk berdua di pojokan perpustakaan. Tak kenal waktu karena dua pasang mata sudah merekat satu sama lain dalam kantuk. Usai membantu menghangatkan, Felix rupanya terlelap dengan kepala terhuyung-huyung setelah merasa hangat tubuh. Setelahnya Sam menyandarkan tubuh Felix di lemari buku dan ikut bersandar di pundak yang sayangnya terasa keras karena dikitnya daging lunak. Tapi dia tak mengeluh dan semakin terlelap tidur.

Sudah sekitar satu setengah jam penuh dan Sam dengan tenang terbangun karena lapar. Sedikit mengucek mata lalu mengamati kerutan di alis di wajah yang ditumpanginya ketika dia sudah membebaskan diri dari sandaran. Sepertinya itu kebas dan mungkin sedikit nyeri. Jadi dia berinisiatif mengelus pundak itu agar reda.

Setidaknya sudah tiga kali ada getaran tanda panggilan masuk yang muncul di saku jas almamater Felix. Matanya terangkat menatap penuh kearah jam dinding. Sudah pukul tujuh malam. Cukup lama mereka menghabiskan waktu disini jadi sudah waktunya untuk keduanya keluar mencari makan atau pulang.

Sam mengguncang kuat pundak satunya lalu Felix terbangun dengan sedikit terkejut. Dia mengusap wajah lalu membenarkan posisi duduk. Tak lupa memijat pundak kirinya yang kebas dan pegal. Mulai berspekulasi jika dia barusan tertidur terlalu pulas sehingga menunjukkan simptom ketindihan yang mengakibatkan kaku pada pundak.

Sam telah berjalan mematikan heater. Dia menengok ke arah Felix seperti menunggu agar Felix segera berdiri dan pulang. Ketika Felix berdiri, dia baru sadar kalau jas almamater Sam dipakai untuk duduknya. Jadi dia segera membersihkan dan melipat dengan rapi. Sambil meminta maaf, Felix berkata "aku akan mencucinya".

Tak ada balasan dari Sam dan sepertinya dia sedang menunggu Felix untuk berjalan duluan. Tersenyum canggung, Felix tak tau harus bersikap seperti apa untuk setiap saat menjadi cenayang yang harus paham bahasa tubuh dan arti tatapan dari seorang yang dingin. Lelah sekali rasanya.

Ketika Felix sudah berjalan duluan, kini Sam menjaga jarak langkah mereka. Ketika berada di tangga, Felix mulai berpikir apa lebih baik jika dia memberikan jas almamaternya karena Sam tidak pernah terlihat membawa jaket di musim dingin. Mereka sudah sampai di pintu keluar dan mengganti sepatu. Felix pun berkata "Sam, bawalah jasku. Kita kembalikan besok. Bagaimana?" Felix segera melepas jas dan menyodorkannya pada Sam.

Your Eyes | HyunLixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang