🌑🌕 14

196 43 18
                                    

Walaupun aku mager, aku tau rasanya menunggu itu tidak enak. Jadi aku update.

Maaf untuk kesalahan penulisan.

Maaf untuk kesalahan penulisan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌑My son🌕



Denting jarum jam tua terdengar sampai ke seluruh ruangan. Disaat semua orang menutup pintu rumah karena kegelapan segera menghampiri, Felix dan Sam masih setia berdiri di depan pintu reot yang sedang diperbaiki. Setelah sekitar empat hari tinggal bersama, rumah tua itu sedikit banyak mulai dapat dikatakan layak huni.

Gelontoran sumbangan datang dari orang tak dikenal. Memberikan uang cuma-cuma dalam amplop cokelat yang diletakkan di meja makan. Felix sedikit-banyak curiga jika itu adalah salah satu perbuatan Sam. Namun remaja tampan itu menyangkalnya dengan berkata 'bukankah aku sudah memberikan uang sewa dan makan dalam satu bulan ini?'. Dan Felix segera mempercayainya.

Tukang kayu itu baru saja selesai memasang engsel pintu beserta kunci. Dia sedikit berkeringat karena bekerja sendiri dan hanya dibantu sedikit oleh kedua remaja itu. Senyum lebar terpatri di wajah Felix, segera dia memberikan upah. Felix ingin membagi dengan baik semua uang yang disumbangkan itu. Dia juga sudah menyiapkan uang untuk biaya pengobatan kakek yang harus selalu berada di rumah sakit.

"Sam, ingin makan apa?" ucap Felix yang dengan puas membolak-balik pintu kayu dan mencoba berulang kali mengunci pintu. Wajahnya berseri melihat pintu rumah berdiri dengan kokoh tanpa ada bekas sarang rayap disana.

"Ayo makan di kedai saja."

"Kenapa?"

"Kamu pasti lelah. Ayo mandi dan berangkat setelahnya." jawab Sam dengan santai.

Mereka pun membersihkan diri. Sebelumnya Felix harus menimba air di sumur untuk mengisi penuh bak mandi. Dia kini sudah semakin mahir mengerjakan pekerjaan yang basik di rumah. Beberapa kali dia pernah mencoba memasak dan gagal. Namun semenjak kakek yang tak lelah mengajarinya memasak masakan sederhana, Felix jadi terus menerus memasak menu yang sama ketika sudah menguasainya.

Paling basik adalah memasak nasi dan jagung di tembikar. Dia akan mencampurnya dengan teri untuk menambah rasa pada nasi. Sesimpel itu tapi dia amat bersyukur dapat membuatnya.

Kedua remaja itu sudah sampai di kedai dan memesan ramen. Kali ini adalah kedai ramen yang dimasak oleh orang Jepang. Felix baru kali ini tau jika ada kedai lain yang ada di sebrang sungai. Tanpa sadar dia makan dengan lahap. Lalu ketika hendak membayar, lagi-lagi Sam dulu yang memberikan uang koin. Jadi dia hanya berjalan mengikuti setelahnya.

"Sam..." panggilnya masih di belakang remaja berperawakan tinggi itu.

Ketika Sam membalik badan dia meneruskan perkataannya.

Your Eyes | HyunLixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang