🌑🌕 15

202 43 13
                                    

Rencananya aku mau jeda cerita satu ini menuju cerita yang lain. Tapi malah nulis sampai sebanyak 15 chapter. Sabar ya..
Aku berharap ini gak jadi slow burn banget nantinya.

Maaf untuk kesalahan penulisan.

Maaf untuk kesalahan penulisan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌑Sleep tight, Felix🌕




"Felix..."

Panggilan atas namanya terdengar mengudara di sekitar. Dunia seakan hening ketika tatapan mereka bertemu di persimpangan jalan utama kota. Walaupun surainya panjang sebahu. Dengan tampilan yang kusut karena debu, keringat, tangan dan kaki yang berlumuran tanah kering serta angin kencang yang merusak tatanan rambut, si pria paruh baya itu masih mengenali anak kandungnya.

Dalam kesenyapan yang diciptakan Felix, sayangnya sang anak nampak tak mengenali orang di depannya. Jadi pria tua itu berjalan semakin mendekat. Dalam setiap langkahnya, tercipta dentingan keras dari sol sepatu mahal di telinga Felix.

Semakin mendekat, semakin emosi aneh muncul mendesak hendak keluar dari mulutnya. Dia mulai memegangi kepala, merasa kepala itu akan pecah saat itu juga.

"Felix, ini Ayah."

Samar-samar ucapan itu berdenging di telinga sampai menyakiti gendang telinga. Seakan terkena serangan panik lagi, Felix akan rubuh jika saja seseorang tidak segera menarik lengannya. Orang dengan topi hitam yang menutupi wajah itu menggenggam lengannya dan menyeretnya pergi menjauh.

"Tinggalkan saja barangnya." ucap orang itu yang tak henti mempercepat langkah mereka dan berjalan menuju angkutan umum.

Felix hanya menunduk dan terus menunduk. Matanya masih mengisyaratkan ketakutan. Bergetar beberapa kali lalu tenang setelahnya. Itu berulang beberapa kali ketika orang itu mencoba menyingkirkan poni panjang yang menutupi wajah Felix.

Mereka duduk di kursi paling belakang bus. Untungnya mereka dapat melarikan diri dan Felix yang secara naluriah dapat mengikutinya berlari. Karena pria tua itu dipastikan tak akan melepaskan anaknya. Ketika keringat menetes sampai ke rahang, Felix akhirnya menoleh ke samping. Baru di detik ini dia sadar, Sam duduk di sampingnya tanpa ekspresi.

Mengambil napas dalam, lalu membuangnya. Felix berusaha menetralkan degup jantung dan perasaan takut yang muncul dari dalam diri. Dia tak melepaskan pandangan dari tampilan samping wajah Sam. Obsidian yang bergeser perlahan dan berhenti tepat untuk menatapnya. Seketika bulu kuduk di lehernya berdiri dan Felix terkejut dalam duduknya.

Hujan membasahi bumi disaat indra di tubuh mati rasa. Kegelapan dan hawa dingin perlahan merenggut kehangatan sesaat yang diciptakan tubuh setelah berhasil meredakan serangan panik. Tak lama dan kembali dingin lagi ujung tangannya. Dalam kegelapan Felix serasa diawasi oleh dua manik yang pinggirannya bersinar terang bak cincin emas.

Semakin waktu berlalu, dia disedot dalam kegelapan tanpa ujung. Tangannya merayap-merayap di udara. Entah apa yang dicarinya. Napasnya tersenggat-senggat ketika dia ada di atas sebuah lautan luas.

Your Eyes | HyunLixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang