🌑🌕 12

205 48 11
                                    

Terima kasih sudah baca, kasih vote dan komen 🤍💙
Maaf untuk kesalahan penulisan.

Terima kasih sudah baca, kasih vote dan komen 🤍💙Maaf untuk kesalahan penulisan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌑How much longer will you last?🌕




Ketika sinar fajar menandakan keharusan manusia untuk beraktivitas, Felix sudah lebih dahulu menyiapkan sarapan pagi. Hidangan sederhana, nasi jagung dan sup tersaji. Bulan ini, hasil panen sangatlah buruk karena musim panas berkepanjangan. Sehingga banyak dari petani beralih menanam jagung dan gandum.

Dia sudah duduk rapi menunggu kakek untuk bangun. Sekitar lima bulan ini, dia mengenyam pendidikan di sekolah menengah atas. Tak ada kecanggungan bahkan penolakan dari orang. Mereka semua adalah manusia yang baik. Ketika Felix tersenyum membaca surat dari teman yang baru ditemuinya dua minggu setelah dia masuk dan teman itu harus pindah karena pekerjaan orang tua.

Dia mendongak ketika kakek datang dengan bantuan tongkat karena sudah tidak sanggup berjalan sendiri. Kali ini dia tersenyum pilu. Bahkan dengan mata telanjang dengan sekali lihat dia dapat mengetahui bahwa umur kakek mungkin tidaklah lama lagi. Dia mengambil sumpitnya ketika kakek sudah menyicipi sup hangat. Sambil tersenyum kakek berkata dengan wajah teduh.

"Melihatmu berpakaian rapi seperti ini, membuatku ingat masa dimana kakek dan nenek bersama di SMA dulu."

Matanya melebar kemudian kelopak matanya turun sedikit "aku sudah melihat foto nenek. Beliau punya mata yang indah. Kalau saja aku punya kamera, ingin rasanya mengabadikan momen bersama kakek."

"Kamu punya ketertarikan pada mata seseorang?"

Felix segera tersenyum lebar dengan mata berkilau dia berkata "iyaa. Ketika aku memandang bola mata yang unik, rasanya seperti aku akan terserap dalam keindahan tak terbatas."

"Begitu. Setiap orang memang memiliki ketertarikan berbeda."

"Aku suka ketika melihat iris kemerahan. Bukankah itu sungguh unik?"

Kakek tercengang lalu dalam diam dia menggelengkan kepala.

"Bukankah itu terlihat menakutkan? Seperti seseorang yang diselimuti kemarahan."

Felix nampak berpikir dan menatap ke atas "benar juga."

Kakek menghela napas "kalau sudah selesai, bergegaslah berangkat."

"Baik kakek."

Hampir satu semester sudah Felix berada di kelas tiga SMA. Semenjak hilang ingatan, Felix tak mengetahui berapa kisaran umurnya. Dia sudah berusaha mengingat tentang masa lalunya, hanya saja itu berakibat pening dan serangan panik menyerbunya. Kondisi itu membuat para guru yang sedang meminta data diri siswa baru itu menjadi kesulitan.

Felix datang dengan kakek untuk mendaftar dengan data seadanya yang dibuat kakek setelah mencoba mendaftar di sekolah. Dia akhirnya mengikuti tes akademik dan intelektual untuk memastikan di kelas mana dia harus berada sekarang. Hasil tes akademik dan intelektual menunjukkan bahwa siswa baru ini memiliki kemampuan berada diatas rata-rata. Sehingga Felix duduk di kelas tiga dengan sebagian besar siswa pintar disana.

Your Eyes | HyunLixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang