Pilihan

5 3 0
                                    

Eh, bentar

Dendeng ketemu hal baru yang terngiang-ngiang di kepala. Ada lagu itu lo, yang lembu da beli dabela😭😭😭

Padahal belum move on dari mbak-mbak yang joget itu😅

Okay, langsung aja yak!

Happy reading, enjoy aja seloww🌻🌻

***

Resiko. Hal satu itu sudah wajar dalam kehidupan kita. Berani mengambil resiko adalah salah satu proses yang dijalani semua orang di dunia, termasuk Maren. Cowok itu kini bersama Kek Ahmad di alam bawah sadarnya.

Dia dihadapkan pada fakta yang cukup sulit dimana seberapa besar resiko yang harus ditanggung olehnya selama ini. Semakin jauh dia mengubah nasib maka semakin besar pula resikonya. Salah satu contohnya adalah penyakit yang dideritanya. Itu merupakan sebuah 'bayaran' karena Maren mengubah nasib Arun.

Dia tidak masalah dengan hal itu, tapi satu hal yang membuatnya ragu. Jika hidup teman-temannya lebih baik tetapi begitu dia hilang dari sisi mereka, tentu saja mereka akan sedih. Tugas Maren di sini adalah membawa kebahagiaan untuk mereka, bukan meninggalkan kesedihan yang mendalam.

"Kek," panggil Maren. Pria tua di depannya menoleh dengan senyuman hangat yang tak pernah lepas dari bibirnya. "Aku boleh bikin permintaan?"

"Tentu, tetapi kau harus membayarnya. Kakek tidak bisa mencegah hal itu," jawab Kek Ahmad sedikit sedih.

Maren mengangkat kepalanya lalu mengulas senyuman manis. "Aku tau waktuku nggak banyak di dunia ini. Aku mau semua orang lupa dengan diriku biar mereka nggak sedih,"

Kek Ahmad menatap Maren dengan penuh rasa terkejut. Dia menemukan ketulusan di mata sendu cucunya. Cucu yang dulu masih bayi di gendongannya kini benar-benar tumbuh menjadi seseorang yang baik. Pria itu mendekat lalu mengusap kepala Maren dengan penuh kasih sayang.

"Nak, membuat orang lain bahagia bukan tugasmu. Jangan memaksakan diri, kakek tidak mau kehilanganmu." Kalimat itu seolah menjadi jarum yang menusuk hati Maren.

Maren menghela nafasnya. "Aku bahagia banget, kok. Tapi aku nggak bisa biarin banyak orang menangis karena kehilangan mereka. Aku sakit, Kek. Sakitnya udah nggak bisa sembuh lagi, aku nggak mau jadi beban orang lain."

"Aku juga nggak mau kehilangan siapa-siapa lagi, cukup bunda aja. Keluargaku nggak ada yang suka sama aku, aku juga nggak bisa terus-terusan bergantung sama temen-temen. Aku juga capek bolak-balik rumah sakit, aku bakalan berhenti kalo udah waktunya,"

Kek Ahmad membawa Maren ke dalam dekapannya. Dia benar-benar tidak menyangka jika Maren tumbuh menjadi orang baik di tengah-tengah keluarga yang amat membencinya. Dia paham dengan beban yang selama ini dipikul oleh Maren, pundak ringkih itu juga punya batasan.

"Kakek nggak bisa berbuat banyak karena ini keputusanmu, kamu kalau lelah pulang lah. Ada bunda sama kakek yang bakalan temenin kamu," tutur Kek Ahmad.

Maren terbangun di kasurnya. Ini adalah kamarnya, terlihat Evan yang tengah bermain game di ponselnya bersama Ervin. Entah kenapa mereka berdua senang menghabiskan waktu bersama mereka. Melihat keduanya Maren teringat dengan pesan dari Arun.

HAEL : LAST CHANCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang