Libur mantap jiwa😍😍🥰🥰
Nggak kerasa bakalan jadi kakak kelas huhu😭😭
Padahal kemaren rasanya kayak baru aja kenalan sama temen-temen sekelas, eh udah jadi kakak kelas aja
Btw, kalian liburnya sampai kapan?
Happy reading everyone!
***
Sejak kejadian di pesta tempo hari, Maren menghidar setiap bertemu dengan Arid. Untuk sekedar menatapnya, Arid merasakan ketakutan dari anaknya. Tunggu, anaknya? Arid segera menghapus pikiran yang mengatakan bahwa Maren adalah salah satu anaknya.
Bahkan selama beberapa hari Arid maupun orang rumah jarang melihat keberadaan Maren. Ia hanya terlihat saat makan sendirian di dapur dengan makanan sisa mereka. Itupun dengan jumlah yang tidak banyak, tapi cowok itu tidak pernah sekalipun protes atau mengeluh. Jadi tidak heran jika dia kehilangan sedikit demi sedikit berat badannya.
Entah kenapa hari ini Arid ingin pulang lebih awal. Dia merasakan kerinduan akan seseorang entah siapa itu, dia juga tidak tahu. Semua pekerjaan di kantor dengan segera ia selesaikan. Sehingga sekarang ia tengah dalam perjalanan menuju rumahnya. Mungkin dia merindukan anak sulungnya atau istrinya karena beberapa hari ia lembur di kantor.
Sesampainya di rumah, ia langsung bergegas masuk. Dia tidak sabar melihat wajah istri dan putranya. Saat di ruang tamu Astrid dan Rama memberikan sambutan hangat padanya. Namun perasaan rindunya masih terasa, ataupun tidak mereda melihat wajah kedua orang yang paling disayanginya.
Arid baru sadar jika dia tidak melihat batang hidung Maren. Biasanya cowok itu mengintip mereka saat menyambutnya pulang dari balik tembok. Astrid bertanya alasan dia pulang lebih awal dari perkiraan.
"Aku merindukan kalian. Jadi aku cepat-cepat menyelesaikan tugas di kantor agar bisa melihat wajah kalian," jawab Arid membuat senyuman hangat merekah di bibir kedua orang yang mendengarnya.
Kehangatan menyelimuti atmosfer ruang tamu. Tapi siapa sangka jika mereka melupakan sesuatu.
"Maren pulang! Maren bawain es dawet buat kalian." Nada bicara Maren yang awalnya riang berubah menjadi lirih diakhir kalimatnya.
"O-oh, maaf aku mau ke kamar dulu. Aku taruh di dapur, ya?"
Maren bergegas masuk tanpa menatap wajah satupun dari mereka. Seolah dia menjadi orang asing di rumah itu.
"Hei," panggil Arid yang membuat pergerakan Maren terhenti. "Lupakan saja."
Anggukan kaku dari Maren sebelum cowok itu menghilang ketika pintu kamarnya tertutup. Netra hitam Arid menatap ke arah es dawet yang dibawa oleh Maren tadi. Ingatan di kepalanya berputar kembali ketika Maren masih kecil, ia ingat betul senyuman manis dan mata bulatnya yang menggemaskan. Yang sekarang mungkin sudah direnggut darinya.
Arid mengambil satu dari tiga es dawet kemudian membawanya pergi. Langkahnya berhenti di depan pintu kayu jati, ia meletakkan minuman tradisional itu di depan pintu. Ketika hendak beranjak dari posisinya dia mendengar suara Maren. Dan karena penasaran dia membuka pelan pintu kamar anak itu, perlahan dia memasuki kamar minimalis itu.
Tidak ada yang berubah. Semuanya tetap sama seperti dulu. Hanya saja sekarang terlihat lebih rapi, tidak ada lagi rak-rak berisi mainan ataupun mainan yang berantakan di lantai kamar. Dia berhenti di meja belajar yang berantakan dengan berbagai buku dan kertas-kertas. Getaran aneh muncul saat dia melihat bercak darah di atas permukaan kertas latihan soal.
![](https://img.wattpad.com/cover/367310408-288-k84232.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HAEL : LAST CHANCE
RandomMenceritakan tentang kehidupan seorang Maren Kertawisesa yang terdampar di masa lalu. Ia harus membuka luka lamanya untuk memperbaiki masa depan sahabatnya, berbagai hal terjadi saat dia kembali. Di setiap langkahnya satu persatu rahasia mulai terbo...