Dendeng sibuk ngikutin kasusnya mbak" UK itu😅 jadi maap kalo lama upTenang aja, Dendeng nggak selingkuh sama naskah lain. Ya, walaupun kadang ide" random nan unik nyelonong bae di otak🙏
Okay, happy reading 🌻🦊
***
Luka lama kembali terbuka. Tubuh ringkih itu meringkuk di sudut toilet. Aroma busuk menguar karena guyuran air kotor. Sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Maren mendapatkan perlakuan kurang mengenakkan seperti ini. Sejak dirinya dikeluarkan dari grup, siswa-siswa yang awalnya menahan diri sekarang bebas melampiaskan emosi padanya.
Jangankan Maren membuat kesalahan, dirinya bahkan tidak mengenal siapa pelakunya. Yang pasti mereka adalah kakak kelas karena Maren tidak pernah melihat wajah mereka di gedung kelas sebelas. Kenapa Maren tidak memberitahu siapapun?
Jawabannya tentu karena dirinya diancam jika berani melapor maka Arun juga akan terkena imbasnya. Sepulang sekolah dirinya selalu menjadi samsak di gedung belakang sekolah. Bukan satu atau dua orang melainkan sekelompok siswa yang menjadi pelaku perisakan. Maren hanya diam menerima semua pukulan, cacian dan makian yang dilontarkan padanya.
Kepala Maren mendongak saat seseorang menendang perutnya. Seorang siswa dengan penampilan berandalan berjongkok di depannya, tatapannya yang ditujukan pada Maren terlihat puas dengan apa yang telah dilakukannya pada Maren.
"Bangun! Ikut gue sekarang!" titahnya sambil memaksa tubuh tak berdaya itu bangun.
"Hei, jangan paksa dia. Nanti kalo mati ngerepotin," sahut temannya sedikit dengan kondisi Maren yang mengenaskan.
"Alah bacot, bocah sialan ini harus dikasih pelajaran."
Maren yang sadar jika matahari hampir terbenam merasa takut. Dia takut jika Arid marah, pria itu berkali-kali lipat lebih mengerikan ketika marah. Dipukulnya tangan orang yang menarik paksa dirinya, sontak cengkraman tangan itu terlepas.
"Gue harus pulang," lirih Maren sambil menahan kesadarannya yang kian menipis.
"Sialan! Berani bantah gue? Lo tau konsekuensinya apa kan."
Maren menggigit bibirnya. Dia tidak bisa menyeret Arun ke dalam masalahnya, dia tidak tahu apapun tentang ini. Mau tidak mau akhirnya Maren memilih untuk tetap berada di sana, menjadi sasaran empuk bagi mereka.
Setelah puas menghajar Maren, mereka tidak lupa mengambil uang saku Maren. Ekspresi kecewa terlihat saat mereka hanya menemukan uang sepuluh ribu rupiah setelah mengobrak-abrik isi tas Maren. Maren tidak bisa diam melihat uang pemberian Rama diambil oleh mereka.
"Jangan ambil duit gue!" Maren menerjang maju dengan sisa tenaganya.
Tapi dia gagal merebut uang miliknya karena tubuhnya ditahan oleh dua orang. "Balikin duit gue!"
"Berisik, udah miskin bawa sial pula."
Vion yang sedari tadi hanya menonton kini turun tangan. Dia adalah otak dari semua ini. Dialah yang memprovokasi mereka sehingga mau melakukan hal ini hanya demi kertas-kertas bernilai. Ia merekam setiap aksi mereka, dia sangat senang melihat musuhnya tertindas seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAEL : LAST CHANCE
RandomMenceritakan tentang kehidupan seorang Maren Kertawisesa yang terdampar di masa lalu. Ia harus membuka luka lamanya untuk memperbaiki masa depan sahabatnya, berbagai hal terjadi saat dia kembali. Di setiap langkahnya satu persatu rahasia mulai terbo...