Astaga sorry guys, Dendeng stress gara-gara bentar lagi rapotan😭😭Ngoghey, happy reading epribadeh♥️♥️
***
Arid menatap Maren datar. Tak ada perasaan apapun kala melihat Maren yang tak berdaya usai dipukuli habis-habisan olehnya. Dia awalnya tidak mengetahui jika Maren masih tertidur, tapi begitu memanggil namanya berulangkali dan tidak menjawab akhirnya dia tahu jika Maren sedang tertidur pulas.
Ditariknya dengan kuat hingga tubuh Maren terjatuh dari kasurnya. Tanpa banyak berpikir, pukulan membabi-buta langsung dihantamkan ke arah anak yang tidak mengerti apa-apa. Hingga berakhir seperti ini, Maren tergeletak di lantai yang dingin. Kondisinya benar-benar kacau. Jangan lupakan tangan Arid yang terkena darah Maren.
"Mau jadi apa kau nanti? Sudahlah bodoh, pemalas juga!" cerca Arid.
Maren tidak menjawab. Untuk sekedar bergerak saja tubuhnya terasa nyeri.
"Ayah, Maren capek pengen istirahat bentar," cicit Maren yang langsung disambut dengan tendangan keras di kepalanya.
Matanya terpejam menahan rasa sakit. Maren meremas lantai untuk melampiaskan sakit yang dirasakannya. Seolah tak peduli dengan keadaan anaknya dengan kasar menarik rambut Maren hingga cowok itu mendongak.
"Dengar, anak seperti dirimu tak akan pernah saya akui sebagai anak,"
"Berhentilah berlagak seperti anakku di acara pesta ulang tahun teman saya. Saya terpaksa mengajakmu karena dia mengetahui bahwa kau adalah salah satu anakku."
Maren menggigit bibir dalamnya. Memang sudah biasa perkataan seperti ini didengarnya dari mulut Arid. Tapi tetap saja, menyakitkan.
"Jadi berhentilah bersikap seperti seorang ayah!"
Arid terdiam saat melihat tangannya ditepis dengan kasar oleh Maren. Maniknya bertemu dengan tatapan Maren, matanya tampak berkaca-kaca menahan air mata yang siap jatuh kapan saja. Keterkejutannya ditutupi oleh ekspresi datar sehingga Maren tidak menyadarinya.
"Kau tidak pernah bisa menganggap diriku sebagai anakmu kan? Lagipula siapa juga yang sudi punya anak bengal seperti ini? Memalukan!"
Tak ada sepatah kata yang keluar dari mulut Arid begitu mendengarkan kalimat yang tak terduga dari Maren. Nafas Maren terengah-engah merasakan kekecewaan yang mendalam. Ia kemudian beralih membawa diri penuh luka itu untuk bersandar di dinding.
"Kalo aku bisa milih, aku nggak mau lahir kalo kelahiranku saja tidak pernah diterima oleh ayahku sendiri!" Maren sontak menghentikan perkataannya, ia sadar jika dirinya terlalu berlebihan.
Tangannya bergerak mengusap darah yang keluar dari hidung mancungnya. Arid tertegun melihat keadaan Maren yang benar-benar kacau. Memar dan darah memenuhi tubuhnya. Baru kali ini dia melihat kondisi yang diakibatkan oleh perbuatannya.
"Lepas! Lepaskan aku!" Maren berusaha melawan Arid yang mulai mencoba mencekiknya.
Arid menatap kosong wajah Maren yang mulai ketakutan. Kaki cowok itu tampak menendang udara kosong, tangannya berusaha menyingkirkan tangan Arid yang mulai mencekik lehernya. Maren benar-benar takut sekarang. Dia tidak mau ayahnya jadi pembunuh.

KAMU SEDANG MEMBACA
HAEL : LAST CHANCE
Fiksi RemajaMenceritakan tentang kehidupan seorang Maren Kertawisesa yang terdampar di masa lalu. Ia harus membuka luka lamanya untuk memperbaiki masa depan sahabatnya, berbagai hal terjadi saat dia kembali. Di setiap langkahnya satu persatu rahasia mulai terbo...