Mimpi

13 5 0
                                        

Halo epribadeh, balik lagi nih!

Sorry telat update mulu, btw classmeet kali ini cukup bikin Dendeng bengek😀

Disuruh letusin balon tapi balonnya nggak mau meletus, katanya balonnya udah lama jadi alot😭😭😭

Udah-udah, bengek nginget itu.

Okay, happy reading(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠❤

***

Pertemuan Maren dengan Sera benar-benar melekat kuat dibenaknya. Melihat sahabatnya yang tengah melamun, Arun lantas mencubit siku Maren yang baru saja diobatinya. Dia sudah tidak heran jika cowok ini sering ceroboh dan terluka kecil, mungkin karena sudah bawaan pabriknya.

Mereka berdua tengah berada di rumah Arun, sebenarnya Arun sendiri tidak menyangka jika makhluk hidup seperti seorang Maren datang berkunjung ke rumahnya setelah latihan. Kondisi Maren membuatnya sedikit khawatir. Satu hal yang digarisbawahinya adalah Maren sosok yang pandai menyembunyikan rasa sakitnya sampai orang lain tidak menyadarinya.

"Ayo ke rumah sakit." Arun beranjak mengambil jaketnya.

Maren memiringkan kepalanya, "Buat apa? Jangan-jangan lo sakit."

Arun menghela nafasnya lalu berjongkok di hadapan sahabatnya. Dia menatap langsung ke arah netra coklat tua milik Maren. Maren yang merasa tidak nyaman akhirnya memalingkan wajahnya ke arah lain. Rasanya Arun tengah mengorek informasi tentang dirimu melalui tatapan matanya.

"Jangan konyol, gue tau lo sekarang nggak baik-baik aja." Maren sedikit tertegun mendengar perkataan Arun yang selalu tepat sasaran.

"Hei, kalo nggak mau ke rumah sakit nggak apa-apa. Tapi gue minta lo buat jujur sama gue, lo beneran nggak apa-apa? Akhir-akhir ini lo keliatan banget kalo lagi ada sesuatu."

Maren terkekeh melihat Arun yang biasanya hemat dalam berbicara kali ini bicara panjang seperti kereta api. Ia membenarkan posisinya lalu menepuk-nepuk pundak Arun.

"Yakin mau denger?"

Arun memutar bola matanya malas. "Buruan,"

"Gue kemarin demam abis main hujan-hujanan. Tapi tenang, gue udah sembuh sekarang."

Plak!!

"Yang bener aja lo, gue serius!" Rasanya Arun benar-benar ingin membuang manusia menyebalkan seantero dunia ini. Dibandingkan guru lesnya, Maren berjuta-juta kali lebih menyebalkan.

"Lah, emang gue sakit kemarin. Tapi ada yang bikin gue khawatir dikit." tutur Maren yang berhasil membuat Arun menoleh.

"Akhir-akhir ini gue rasanya capek banget padahal nggak ngerjain sesuatu yang berat. Terus nafsu makan gue juga lama-lama turun. Kalo nggak gitu kadang kepala gue pusing banget," Maren menjelaskan apa yang selama ini dirasakannya.

Arun berdecak kesal, "Ren, lo kalau ada keluhan gitu ngomongnya sama dokter. Gue mana ngerti gituan."

"Nggak mau, lo aja nanti jadi dokter. Gue nanti bakalan datang tepat waktu terus kalo lo dokternya. Lo nggak tau dokter-dokter di luar sana itu serem? Kecuali Om Resi, dia kayaknya bukan dokter habisnya dia baik banget sama gue pas habis operasi kemarin."

HAEL : LAST CHANCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang