CHAPTER 22

157 2 0
                                    

•••

Samuel terbangun dari tidurnya dengan posisi duduk, ia melihat Kimberly yang masih tidur di pangkuannya. Tubuhnya terasa pegal dan kaku.

Perlahan ia mengangkat kepala Kimberly dan meletakkannya di sofa lalu dia bangkit dan meregangkan ototnya. Ia menutup mulutnya saat menguap lebar.

Matanya melirik jam yang tergantung di dinding, masih jam setengah 6 pagi.
Tiba-tiba Nando keluar dari kamar, matanya masih terlihat mengantuk dan keadaannya sedikit kacau. Ia menatap Samuel sambil mengacak-acak rambutnya.

"Bantuin gue ayo." Tangannya memanggil Samuel agar mendekat padanya kemudian ia berjalan ke depan rumah.

"Tas apa ini?" tanya Samuel terkejut melihat beberapa tas yang ada di depan pintu rumahnya.

"Seragam sekolah gue sama yang lainnya, ini 'kan hari senin. Emang lo kaga mau sekolah?" Nando menguap lebar sambil mengangkat dua tas dan masuk ke dalam rumah, tak lupa pula ia menyuruh Samuel untuk membawa sisanya.

"Lo mau makan apa?" tanya Nando sambil mengotak-atik handphonennya.

"Kenapa?"

"Biar gue pesen nih sekalian."

"Nggak usah, aku masak sarapan aja buat kalian. Bangunin aja mereka dulu," ucap Samuel lalu pergi ke dapur untuk memasak.

Nando menuruti perkataan Samuel, ia masuk ke dalam kamar dan membangunkan Edgar juga yang lainnya.

Dia tertawa pelan dengan mata yang masih terbuka setengah, melihat Jessica yang tertidur di lantai seperti itu rasanya lucu.

Bagaimana tidak, posisi gadis itu saat ini benar-benar kacau. Kaki dan tangan yang terbentang lebar, rambutnya yang acak-acakan serta mulutnya yang terbuka. Untung saja tidak ada iler yang mengalir.

"Woi bangun." Nando mengguncang tubuh Jessica dengan kuat.

.

.

.

Samuel meletakkan piring yang sudah berisi nasi goreng buatannya. Ia menatap teman-temannya yang sudah duduk di meja makan.

"Kim mana?" tanyanya saat tak melihat keberadaan Kimberly.

"Tau tuh, masih di depan kali," jawab Nando dengan mulut yang penuh makanan.

Dia pun melangkah, menghampiri Kimberly di ruang tamu. Tetapi, tidak ada gadis itu. Kemana dia pergi?

Melihat pintu rumahnya yang terbuka, perlahan ia pun mulai berjalan keluar rumah dan melihat Kimberly yang ternyata sedang menikmati cuaca pagi hari ini.

Melihat pintu rumahnya yang terbuka, perlahan ia pun mulai berjalan keluar rumah dan melihat Kimberly yang ternyata sedang menikmati cuaca pagi hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kim?"

Gadis itu menoleh dan menatap Samuel.

Samuel berdehem pelan, bukan saatnya untuk menikmati kecantikan gadis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Samuel berdehem pelan, bukan saatnya untuk menikmati kecantikan gadis itu. Sebentar lagi mereka harus berangkat sekolah.

"Ayo sarapan dulu, nanti kita telat ke sekolah."

•••

Nando berjalan dengan sangat hati-hati untuk keluar kelas, dia memejamkan matanya dan berdoa dalam hati.

"Nando."

Ketika namanya dipanggil oleh seorang gadis yang tak lagi asing di telinganya, dia mulai merasa bahwa kini semua telah berakhir.

"Mau kemana lo?" Gadis bernametag Gloria itu memberikan sapu pada Nando.

"Hari ini lo piket, gak usah kabur. Senin kemarin lo udah kabur, jadi sekarang lo piket sendirian."

"LAH? KOK? GAK BISA GITU DONG?" protes Nando.

"WOI GORILA!" Dia memanggil gadis itu yang mengabaikannya dan langsung pulang.

Menatap sapu ditangannya dengan nanar, ia benci sekali disuruh bersih-bersih apalagi sendirian.

"Eh, bantuin gue dong," pintanya pada teman-temannya yang bersiap ingin pulang juga.

"Ogah!" sahut mereka kompak kecuali Samuel.

"Sam ..." Nando membuat ekspresi semenyedihkan mungkin agar Samuel merasa kasihan padanya.

Samuel tersenyum tipis, "Semangat, ya."

Melihat kelas yang sudah kosong, Nando mengasihani dirinya sendiri. Sepertinya ia memang harus melakukannya sendiri.

Dia berteriak untuk menyemangati dirinya sendiri.

"Singkat saja, piketku memang hari senin. Tapi cintaku pada mu, NGGAK MAIN-MAIN!"

"HOBAH!"

Sepertinya Nando sudah mulai tidak waras.

•••

Kimberly melempar tasnya ke sembarang arah dan menjatuhkan tubuhnya di sofa. Ia benar-benar merasa lelah seharian ini.

Baru saja ia ingin memejamkan mata, dirinya dikagetkan oleh kemunculan Papanya yang tiba-tiba berada di hadapannya.

"Papa!" pekiknya tanpa sadar.

"K - Kok Papa di rumah?" tanya gadis itu heran.

Belakangan ini Papanya sering sekali berada di rumah, membuatnya heran.

"Memang kenapa? Nggak boleh? Ini 'kan rumah Papa," jawab Papa Kimberly santai seraya duduk di sofa single.

Kimberly menggaruk pipinya yang tak gatal. "Ya bukan gitu maksudnya."

Papa Kimberly memandang anak perempuannya dalam diam. Ia terus memperhatikan Kimberly dari atas hingga bawah.

Tatapan yang tak menyangka jika sekarang anaknya sudah tumbuh dewasa. Dan dia banyak melewatkan momen saat anaknya tumbuh besar karena pikirannya yang bodoh dan egois.

Ia pikir dengan melarikan diri dari rumah dan menyibukkan diri di kantor akan membuatnya merasa lebih baik. Ternyata tidak.

"Sayang, lihatlah anakmu sudah sebesar ini. Dan semakin dia dewasa, wajahnya semakin mirip denganmu."

•••

SOULMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang