CHAPTER 30

129 2 0
                                    

•••

Sepanjang menuju gerbang sekolah seusai bel pulang sekolah berbunyi, Kimberly dan Samuel berjalan terlebih dahulu meninggalkan ketiga temannya yang berada di belakang mereka.

Jessica masih memasang wajah cemberutnya, ia merasa Kimberly semakin melupakan mereka. Tak sengaja matanya salah fokus pada keychain yang terpasang di resleting tas gadis itu.

"Perasaan dia tadi gak pake itu deh," gumam Jessica yang dapat didengar Edgar dan Nando yang berjalan di samping kanan dan kirinya.

Nando menghela napas, Jessica ini memang sangat tidak peka dan bodoh. Dia sangat lamban menyadari keadaan.

Setelah Nando menunjuk tas Samuel, Jessica membekap mulutnya. Lagi, karena terkejut.

"Couple?"

Nando dan Edgar kompak mengangguk.

"Udahlah fiks mereka saling suka, ntar pura-pura kaget aja kalo mereka pacaran," kata Nando.

"Mana tau juga udah pacaran tapi backstreet," timpal Edgar.

Sementara Jessica tidak bisa berkata-kata, sepertinya era Kimberly jatuh cinta akan datang.

•••

Hari ini dia tak membawa mobilnya dan terpaksa harus meminta Nando untuk mengantarnya pulang.

Dengan setengah hati Nando mengantar pulang Jessica, sepupunya sendiri. Jika tidak, dia akan dimarahi oleh ibunya yang merupakan adik dari ibu Jessica.

Sebenarnya jika hanya mengantar pulang Nando tak masalah dengan itu, tapi Jessica selalu mampir ke minimarket atau pun tempat lain hanya untuk membeli jajanan.

Itu sungguh membuatnya kesal karena harus berhenti di pinggir jalan, apalagi dia membawa mobil.

Dan kini mereka sudah berhenti untuk kelima kalinya, Nando berusaha menahan diri untuk tak melupakan emosi.

Tapi, melihat Jessica yang memakan semua jajanannya tanpa dosa itu justru semakin menambah kekesalannya. Terlebih gadis itu meminta uangnya untuk membeli jajanan tersebut.

Jessica selalu mengancamnya akan melaporkan pada ibunya jika Nando tak menuruti kemauan gadis itu. Mau tak mau Nando menuruti perkataan Jessica daripada harus dimarahi ibunya yang tidak akan ada habisnya.

Karena sibuk memandang Jessica yang sedang memakan telur gulung, Nando sampai tidak fokus pada jalan raya hingga Jessica berteriak.

"NANDO AWAS!"

BRUKK

"NANDO!" teriak Jessica, ia terkejut begitu juga dengan Nando.

"NANDO LO NABRAK ORANG!"

"O - ORANG?!" Nando panik, ia segera keluar dari mobilnya disusul Jessica.

"Nando ..." cicit Jessica ketakutan melihat orang yang ditabrak Nando terduduk di aspal.

"Mba, maaf, mba." Laki-laki itu langsung membantu perempuan yang ia tabrak dan membawanya ke tepi jalan. Dia menyuruh Jessica untuk menepikan sepeda yang dinaiki orang itu juga.

Gadis berseragam SMA itu memegang lututnya yang terluka dan mengeluarkan darah. Tentu saja itu semakin membuat Jessica dan Nando panik.

"A - Ambil! Ambil plaster di mobil gue!" suruh Nando pada Jessica.

Segera gadis berambut pendek itu masuk ke mobil dan mencari plaster. Setelah dapat, dia memberikannya pada Nando.

"Dilap dulu darahnya bego!" Jessica memukul kepala Nando yang hendak menempelkan plaster itu pada luka tersebut tanpa mengusap darahnya.

"Lo ada tisu? Sapu tangan?"

Jessica menggelengkan kepalanya.

"Ck, argh." Nando benar-benar terlihat panik, tanpa pikir panjang dia membuka seragam sekolahnya menyisakan kaos putih polos yang dia pakai. Lalu mengusap darah itu dengan seragamnya.

Gadis yang terluka itu pun hanya terdiam dengan segala perlakuan Nando. Rasa sakitnya sudah berkurang, tapi lucu rasanya melihat dua orang di hadapannya panik.

"Saya minta maaf, mba. Kalo mba suruh saya tanggung jawab, saya siap kok. Mba mau ke rumah sakit? Atau mau —"

"Nggak usah," sela gadis itu. "Dan tolong jangan panggil saya mba, nama saya Sera."

"I - Iya, mba, maksudnya Sera."

Nando berdiri dari jongkoknya setelah menempelkan plaster pada luka tersebut. Dia memastikan jika tak ada luka lain yang dialami Sera.

"Oh ya, sepedanya!" Ia mengingat sepeda yang dinaiki Sera sebelumnya.

"Mba —" Nando memejamkan matanya dan memukul mulutnya sendiri. "Maksudnya Sera, saya beliin sepeda baru aja, ya? Anggap sebagai tanggung jawab."

"Nggak usah ..." Sera melihat nametag di seragam Nando yang dipegang laki-laki itu. "Nando. Sepeda saya nggak rusak."

"Tapi 'kan —"

"Terima kasih sudah bantu sebelumnya." Sera tersenyum dan mengambil alih sepedanya yang dipegang Nando.

"Lain kali kalian hati-hati bawa mobilnya, ya. Saya permisi." Ia pergi, menuntun sepedanya karena kakinya masih terasa sedikit sakit.

Jessica dan Nando bungkam, mereka tak bisa berkata-kata. Sepertinya Sera adalah gadis yang baik hati.

Jessica menoleh, menatap Nando yang tampak terpesona dengan gadis bernama Sera itu.

"SMA Garuda."

"Hah?" Nando menoleh.

"Dia, Sera. Sekolah di SMA Garuda, naksir 'kan lo?"

Nando menyengir, "Keliatan banget?"

"Dasar buaya!"

•••

Samuel baru saja sampai di sekolah, saat ia hendak melewati gerbang. Dia sengaja datang jam 6 pagi hari ini karena ingin membersihkan kelas, hari ini adalah gilirannya piket.

Alih-alih piket setelah pulang sekolah, dia memang lebih memilih piket sebelum masuk sekolah.

Tapi, tiba-tiba mulutnya dibekap dan dibawa oleh beberapa orang yang tak diketahuinya.

Dia sempat memberontak namun kedua tangannya dikunci, tidak bisa bergerak sama sekali. Ingin berteriak pun tidak bisa.

Sementara orang-orang yang membawanya terus menyeretnya jauh dari sekolah.

•••

SOULMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang