CHAPTER 11

160 3 0
                                    

•••

Samuel menundukkan pandangannya, tak kuat dengan murid-murid yang memandangnya. Ini semua pasti karena penampilannya yang berbeda dan itu semua ulah Nando.

Pagi-pagi buta laki - laki itu datang ke rumahnya, mendapatkan alamat dari Kimberly kemudian tanpa izin langsung mendandani Samuel sesuka hatinya.

Samuel tak bisa melawan dan hanya bisa pasrah. Nando yang kini berjalan di sebelahnya pun tampak sangat percaya diri dan terus mengulas senyuman lebarnya, menyapa balik murid-murid yang menyapanya.

"Jangan nunduk, masbro!" Nando merangkul Samuel dan mengangkat dagu laki - laki itu agar tak terus menunduk.

"Aku malu, Nando," ucap Samuel seraya melepas rangkulan Nando.

"Anjir," gumam Nando geli. "Jangan pake aku kalo ngobrol sama gue. Geli anjir, lo harus rubah gaya bicara lo juga. Pake lo - gue, jangan aku - kamu!"

Laki-laki yang sedang menahan malu itu hanya menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar dipaksa untuk berubah oleh mereka semua. Meskipun ia tahu mereka berbuat demikian agar dirinya menjadi lebih baik, tapi tetap saja dia masih harus beradaptasi.

"Hello my sista!" sapa Nando pada Kimberly begitu mereka masuk ke kelas.

Nando mendorong Samuel untuk mendekat pada Kimberly.

"Lihat, makin cakep 'kan?"

Gadis itu mengangguk dengan ekspresi puas dan itu semakin memperlebar senyuman Nando.

"Wah ..." Jessica datang dan terkejut melihat penampilan baru Samuel.

"Kemarin baru rambutnya doang yang berubah, sekarang semuanya. Jadi kaya bukan Samuel," kata Jessica terpana.

Edgar mengangguk-anggukkan kepalanya melihat penampilan Samuel. "Bagus."

Samuel bergerak tak nyaman, dia menjadi pusat perhatian saat ini dan itu sungguh tak menyenangkan untuknya.

"Jangan lo acak-acak lagi penampilan lo, udah effort banget gue make over lo." Nando memperingati Samuel dengan mata melotot.

•••

Hari ini, kelas 12 digabungkan dalam jam pelajaran olahraga dikarenakan guru olahraga tak datang dan sebagai gantinya, Pak Bandit yang mengawasi.

Pak Bandit meniup peluitnya, memberi kode pada murid-murid untuk berbaris dengan rapi di hadapannya sekarang.

Butuh waktu hampir 10 menit sampai semua murid berbaris rapi. Pak Bandit berusaha menahan sabar karena sebagian murid-murid ada yang tak tertib.

Sekali lagi, ia meniup peluitnya dan semua para murid langsung terdiam.

"Seperti yang kita tahu, Pak Jamal tidak bisa hadir karena sakit. Jadi, saya yang akan mengawasi kalian. Tapi, saya tidak bisa terus mengawasi kalian."

Para murid saling memandang, karena belum mengerti dengan maksud Pak Bandit.

"Kalian bisa berolahraga sendiri, tapi jangan ada yang membolos. Saya akan kembali 15 menit lagi, karena saya harus mengajar di kelas 11 IPS."

SOULMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang