33

11 2 0
                                    

Riani keluar dari perpustakaan dengan wajah yang sangat kusut. Bibirnya manyun beberapa centi. Rasanya Riani ingin menjambak rambut Syifa kalau saja tidak ada yang menghalangi. Sayang saja Syifa memakai jilbab. Jadi terhalang jilbab nya.

Sementara Eldan sibuk menenangkan Riani agar emosi nya sedikit mereda. Eldan mengelus kepala Riani dengan lembut, membuat Riani sedikit mereda amarahnya.

"Udah marahnya?" tanya Eldan lembut.

"Hem," jawab Riani menyenderkan kepalanya di bahu Eldan. Eldan membalas dengan mengelus kepala Riani. Riani juga memakai jilbab.

"Lain kali kamu jangan gampang terpancing emosi nya. Gak baik, Ri. Aku tau temanku itu salah. Kamu harus bisa kontrol emosi, ya?"

"Akan aku coba kalau itu buat kamu suka, El," Riani tersenyum.

"Anak pintar. Makin cantik kalau nurut gitu. Ya udah kita ke kantin aja yuk, kamu lapar, kan? pakai uang kamu dulu ya nanti aku ganti." ucap Eldan.

"Iya okay," Riani pun setuju.

Sedangkan di dalam perpustakaan, dada Syifa naik turun. Napasnya tidak stabil. Syifa ingin sekali menampar Riani sesekali. Jadi cewek kecentilan banget.

Hilmy yang disamping nya terheran-heran, sampai bingung mau bereaksi apa.

"Mi, lain kali jangan halangin gue buat berantem sama itu kadal satu!" geram Syifa.

"Jangan berantem di sini, nggak baik." jawab Hilmy.

"Maksud lo? Berarti kalo diluar perpus baik gitu ya?"

"Ya nggak begitu. Intinya jangan berantem, nggak baik Sip. Lo lanjut aja baca bukunya, gue mau lanjut baca buku."

"Tumben lanjut baca buku. Kirain nggak suka baca."

"Biar lo diem."

"Dihh bener-bener lo ya,"

Hilmy tidak menjawab, ia melanjutkan bacaannya meski dalam hati mendumel bahwa ia sangat tidak suka baca buku. Hilmy lebih menyukai nonton. Ia bisa ber-jam jam marathon film.

Sementara itu Mikael memajukan wajahnya mendekat. Matanya sibuk mengamati Aiza. Kalau dilihat dari dekat begini, Aiza makin cantik dan manis.

Aiza yang merasa diperhatikan pun mendongakkan kepalanya. Melihat Mikael dengan tatapan heran. Mengapa Mikael melihatnya sebegitunya?

"Halo, Mik. Ada apa kok merhatiin gue?" tanya Aiza melambai-lambaikan tangan di depan muka Mikael. Takutnya Mikael kesurupan.

"E-eh? nggak apa-apa Za. Lagi bengong doang." jawab Mikael merutuki kebodohannya.

"Oh gitu. Kirain kesurupan. Jangan lihatin gue kayak gitu lagi, Mik. Takut." ucap Aiza serius.

"Iya maaf Za udah bikin lo takut. Kalo gitu gue pindah, ya?"

"Gak usah pindah juga. Asal jangan lihatin gue kayak tadi, serem tau." kekeh Aiza.

Drrrttt..

HP Aiza berbunyi. Mikael mencuri-curi lihat siapa yang menelfon Aiza. Calvin.

"Halo, Cal, iya ada apa?"

"Lo di dalem perpus ya? Gue ikut nimbrung sama lo boleh?"

"Iya boleh sini aja masuk."

Sambungan telpon pun mati. Tak lama Calvin masuk ke dalam perpus, duduk di sebelah Aiza yang masih kosong. Pandangan Calvin tertuju pada Mikael. Keduanya beradu tatap. Mikael tau jika Calvin dekat dan menyukai Aiza. Sementara Calvin yang belum tau bahwa Mikael menyukai Aiza, nampak bingung.

"Lo siapa Aiza ya? Kok deket banget kelihatan nya sampe duduk sebelahan gitu. Mana hampir nempel." tanya Calvin.

"Gue Mikael. Teman sekelasnya Aiza. Ah, lo Calvin, kan?"

"Iya gue Calvin. Lo boleh jangan disini nggak ya? Gue pengin berdua aja sama Aiza disini. Boleh kan bro?" tanya Calvin ngusir.

"Dih Cal, nggak boleh gitu kan Mikael teman gue juga. Masa diusir sih?" tanya Aiza kurang suka.

"Nggak apa-apa Za. Kalau gitu gue ke Hilmy dulu ya Za." Mikael pun pergi mencari Hilmy.

Lo terlalu pengecut buat deketin Aiza, Mik. Batin Mikael.

Hilmy yang terheran-heran pun bertanya kenapa wajah Mikael ditekuk begitu kayak baku yang belum disetrika.

"Lo kenapa? murung amat."

"Biasa lah,"

"Oh, Aiza sama si Calvin?" tanya Hilmy melihat Aiza lagi sama Calvin.

"Sst, bangsat lo Mi ada Syifa juga."

Syifa yang ingin tertawa menahan tawanya. "Santai, gue gak cepu kok. Aman."

"Awas lo Sip sampe cepu," ancam Mikael.

"Iya anjir aman aja. Lagian ketahuan banget kok lo suka sama Aiza. Dari gerak-gerik lo udah ketahuan."

"Masa sih? Emang iya Mi?" tanya Mikael pada Hilmy.

"Iya ketahuan, bwahahaha," tawa Hilmy.

"Stop Mi jangan ketawa kayak gitu gue mau ikut ketawa juga." Syifa pun ikut tertawa.

"Sialan, kok lo nggak bilang sih Mi?"

"Ngapain bilang? wong lo nggak nanya."

"Ya harusnya lo bilang ke gue, bego,"

"Males ah biar lo mikir sendiri."

Mikael hanya mendengus kesal dan ikut duduk di samping Hilmy.

"Lo deketin aja Aiza. Kan mereka berdua juga nggak pacaran." saran Hilmy.

"Gue nggak seberani itu buat deketin terang-terangan apalagi ngungkapin perasaan gue." Mikael sendu.

"Ya emang tolol." balas Hilmy.

"Gue lempar sepatu juga lo." kesal Mikael melotot pada Hilmy.

TBC

The Journey of Eldan & HadijahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang