KRINGG
Bel istirahat berbunyi membuat semua siswa keluar dari dalam kelas, Nariel membalikan posisi duduknya ke arah belakang, menghadap bangku Juna sahabatnya.
"Jun, pinjam catatan lo yang kemarin ada gak?" tanya Nariel.
"hmm, ada nih. Tapi cuman bahasa Indonesia sama IPA, yang lain di rumah, nanti gue kirim aja lewat email" Juna memberikan buku Bahasa Indonesia dan IPA miliknya pada Nariel.
"gue pinjam dulu ya bawa ke rumah" izin Nariel.
"iya sok bawa aja" jawab Juna
Arfi yang duduk di seberang Nariel sedari tadi memperhatikan kedua sahabatnya itu, lalu anak itu berdiri menghampiri Nariel. "Nar, kemarin kemana aja?" tanyanya.
"ada acara" jawab Nariel.
"acara apaan?" bukan Arfi namanya kalau tidak bertanya terus.
Juna menghela napasnya lelah, "kepo banget lo fi, suka-suka Nariel lah ada urusan apa, jangan nanya mulu" tegurnya.
"dih gue kan pengen tau doang" bela Arfi.
"tapi kan, gak semuanya harus lo tau, terlebih lagi urusan orang" ujar Juna dengan sabar.
Nariel memperhatikan kedua sahabatnya yang tadi berdebat. "eh udah, kalian gak usah berantem gitu lah. Kemarin ada acara gitu di rumah sepupu gue, makanya gue gak berangkat"
"ohhh, tapi lo fine kan?" tanya Arfi, dan Nariel mengangguk.
"ke kantin yuk" ajak Juna pada kedua sahabatnya.
Mereka bertiga sudah bersahabat sejak SMP, wajar saja mereka terlihat sangat akrab, sampai saat ini belum ada yang bisa memisahkan ketiganya. Nariel berjalan di tengah dengan Arfi dan Juna yang berada di sampingnya, lelaki manis itu hanya terkekeh saat kedua sahabatnya itu menggandeng tangannya dengan erat.
"geser lo fi, Nariel alergi sama lo" olok Juna.
"Nariel alergi sama lo kali, cabe rawit!" balas Arfi.
"nantangin ya lo!"
"apa hah apaa??"
"udahh udah jangan berantem" lerai Nariel pada kedua sahabatnya.
"ihh Nariel gue kangen sama lo" Arfi bergelayut manja di lengan Nariel.
"amit-amit dah" ucap Juna.
Sesampainya di kantin mereka bertiga segera mengambil tempat duduk di bagian paling depan, sedangkan di bagian paling pojok belakang sana tepatnya meja yang paling panjang sendiri, sudah di huni oleh anggota inti dari Garior, mereka menyantap pesanan masing-masing sambil sesekali bercanda.
"sstt, liat tuh" Maven menyenggol Agas yang berada di sampingnya.
"kiw lah"
Agas melihat ke arah pandang Maven, kemudian ia tersenyum ketika melihat Nariel yang duduk sedikit jauh darinya. Teman-temannya seketika meledek Agas, karena lelaki itu salah tingkah sendiri, bahkan diam saja Nariel terlihat sangat ekhm! Cantik.
"si Juna sama Arfi gak gabung sini lagi?" tanya Tian.
"gak mau mereka, udah bilang ke kita katanya mau sama Nariel" jawab Maven.
"udah kayak pelampiasan aja gue" ucap Gilang sambil melihat Juna yang sedang tertawa bersama Nariel dan Arfi.
"biarin lah, mereka udah sahabatan dari SMP, sedangkan Juna sama lo? Baru kenal pas kelas 10 anjir"
"Bener anjir kata Farrel, hahaha"
"kalo aja hal itu itu gak terjadi, mereka bertiga bisa ikut gabung kesini aja tanpa harus misah" kata Arion dengan nada yang terdengar sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGARIEL [ NOMIN ]
FanfictionMungkin jika seorang Agaskar itu bukan bagian dari mereka, Nariel bisa menerimanya sejak awal.