𝟒𝟓. 𝐍𝐎𝐀𝐇 𝐃𝐈𝐄𝐃𝐑𝐈𝐂𝐇 𝐙𝐄𝐊𝐀𝐋𝐈𝐎𝐍 [END]

731 65 6
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









"Tidak. Kue beras jangan tinggalkan papa." Isak Felix dengan mata yang terpejam.

"Hei..sayang, bangunlah.."

Felix membuka matanya perlahan, matanya sembab sehabis menangis saat dalam keadaan tidur. Ia terkejut saat Charlotta tepat berada di sampingnya dalam posisi berbaring di brankar sedang menatapnya.

"Charlotta!" Ucap Felix serak.

"Iya ini aku." Sahut Charlotta yang masih dalam keadaan lemah. Felix memeluk tubuh ringkih Charlotta dengan erat, hingga membuat istrinya merasa sesak. Apa semuanya tadi itu mimpi? Rasanya Felix masih ingin berada di alam mimpi bersama keluarganya.

Namun seketika tangisan bayi begitu nyaring mengejutkan mereka, Felix baru sadar jika ada bayi mereka di sana.

"Sana cepat hampiri anak kita." Ucap Charlotta lembut.

Felix melepaskan pelukannya pada Charlotta, lalu beranjak bangkit dari brankar, kepalanya pening namun ia terus melangkah menghampiri putranya.

Ia mengangkat perlahan putra mereka yang menangis, seketika bayi tersebut berhenti menangis karena merasakan hangatnya pelukan sang papa.

Felix membawa putra mereka pada Charlotta yang begitu tak sabar ingin melihat wajah putranya. Felix meletakkan bayinya di samping Charlotta. Seketika Charlotta membelai lembut putranya dengan air mata yang mulai luruh.

Untuk pertama kalinya Charlotta melihat putranya setelah bangun dari kondisi kritis beberapa hari. Ia mencium pipi putranya yang lembut dan halus. Felix begitu senang melihat istri dan putranya.

Namun Felix mulai khawatir ketika ia harus segera mengatakan sesuatu tentang putra mereka satunya. Bagaimana ia harus menyampaikannya? Apa Charlotta akan marah padanya? Atau sedih dan menyalahkan dirinya sendiri? Entahlah.

"Di sangat tampan. Sangat mirip denganmu." Ucap Charlotta seraya menatap putranya lalu beralih menatap suaminya.

"Ada apa?" Tanya Charlotta, dan Felix meneguk kasar salivanya yang terasa tercekat di tenggorokan.

"Ada yang ingin aku sampaikan padamu sayang." Ucap Felix bergetar tak mampu.

"Apa kau ingin mengatakan tentang putra kita satunya?" Ucap Charlotta menebak, dan tebakannya tepat sekali. Felix mematung sesaat, ia harus memulainya dari mana? Ia sungguh bingung, Felix yakin jika istrinya akan sedih. Kehilangan seorang putra yang mereka nantikan dengan sabar kini telah di renggut oleh maut.

"Sayang. Maafkan aku." Lirih Felix menunduk tak berdaya.

"Jangan sedih, aku tahu. Salah satu putra kita tak tertolong lagi karena insiden itu." Sahut Charlotta berusaha tersenyum untuk menguatkan suaminya yang begitu terpukul.

"Kau sudah tahu?" Lirih Felix menatap istrinya yang terlihat pucat.

"Ya. Saat di ruang operasi, kesadaranku kembali sesaat, aku mendengar sayup-sayup obrolan dokter tentang putra kita. Anak pertama kita pergi untuk selamanya." Ucap Charlotta penuh pilu.

FELIX ZEKALION✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang