𝟏𝟗. 𝐂𝐎𝐍𝐓𝐄𝐒𝐓𝐄𝐃

2.3K 215 15
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Pagi menjelang, cahaya fajar mengintip di sela-sela gorden, sungguh Felix terjaga hingga mentari pagi memunculkan dirinya.

Ia terus memandangi wajah sang jelita yang meringkuk di dalam pelukannya, lekas ia menarik selimut untuk memberikan kehangatan pada Charlotta yang masih terlelap.

Felix memandang wajah damai Charlotta dengan seksama, mematri senyum tipis, tangannya tergerak untuk menyingkirkan sehelai rambut yang terjebak di belah bibirnya yang terkatup.

Tatapan Felix jatuh pada bibir plum Charlotta yang begitu menggoda, ia dapat merasakan betapa lembut bibir ranumnya saat di lumat. Membayangkannya saja membuat sesuatu di bawah sana ereksi.

Felix tak tahan pada dirinya yang bergejolak, ia memagut bibir Charlotta dengan lembut, hingga sang hawa tersentak ketika labiumnya terasa basah.

"Eumm.. Felix" dorong Charlotta pada dada pria itu.

Keduanya saling menatap seksama, terhanyut dalam pesona masing-masing. Dengan lugunya Charlotta mengusap lembut air saliva di bibir Felix.

Tiba-tiba saja Felix mengulum jari telunjuk Charlotta hingga Charlotta tercekat merasakan jarinya terasa hangat saat menyentuh lidahnya.

"Felix, ini geli!" Pekik Charlotta menarik jarinya dari dalam mulut Felix.

Sang adam hanya terkekeh kecil menjahili wanitanya, hingga Charlotta mencebik kesal. "Ini sudah pagi. Aku harus kembali".

Baru saja Charlotta hendak bangkit, Felix dengan cekatan menginterupsi pergerakan Charlotta dengan memeluknya erat. Hingga sang wanita kesulitan untuk bergerak, bahkan nafasnya terasa sesak.

"Felix lepaskan aku!"

"Tidak mau, aku mau seperti ini terus sepanjang hari" tolak Felix.

"Aku harus kembali ke kediaman Peterson, aku harus menjalankan tugasku fel!!"

"Biarkan aku memelukmu dengan puas, rasanya aku nyaris kehilangan kewarasanku jika melepaskanmu" ucap Felix mengeluarkan isi hatinya.

"Baiklah, hanya sebentar" pasrah Charlotta.

Cukup lama keduanya larut dalam diam, memberikan kehangatan satu sama lain. Charlotta sendiri sesungguhnya enggan berpisah dengan pria yang sudah mengambil mahkotanya.

"Ini sudah cukup, aku harus bergegas!"

Dengan keterpaksaan Felix melepaskan pelukannya, ia tak ingin Charlotta menjadi tak nyaman akan dirinya, dengan berusaha ia menahan dirinya agar tidak posesif. Felix tak ingin sang hawa menjauhinya.

"Sebelum pulang, kita sarapan pagi lebih dulu"

"Apa memesan makanan?"

"Tidak, kita memasak saja, kulkas milik Edmund masih ada bahan makanan"

FELIX ZEKALION✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang