1. Sekelebat Kisah.

46 19 12
                                    


"Masa depan adalah penilaian dari masa kini."

Di sebuah ruangan yang mulai memancarkan cahaya dari jendela, terlihat seseorang lelaki sedang tertidur dengan gelisah, keringat mulai bercucuran, keningnya berkerut. Tak lama, ia terbangun dengan nafas yang sangat tidak beraturan. Lelaki itu langsung terduduk, ia melihat jam ternyata memang sudah waktunya ia untuk bangun.

Kemudian lelaki itu kembali diam termenung, memikirkan mimpinya yang terus saja berulang-ulang, "Emang gak ada mimpi lain... bosen gue..." ujar lelaki itu sambil mengacak-acak rambutnya frustasi.

Setelah ia selesai untuk siap-siap berangkat ke sekolah, ia kemudian menghampiri mamanya hendak sarapan, namun baru saja dia akan memundurkan kursi, "Mama gak mau tau, Alsaki. Kamu harus lolos seleksi olimpiade!" kata perempuan yang usianya tidak terlalu muda bernama Helena itu yang disebut sebagai mama oleh Alsaki.
Mood lelaki yang bernama Alsaki itu langsung turun, "Iya, ma." Setelah mengatakan itu ia lalu menyalimi mamanya dan langsung berangkat sekolah dan tidak jadi sarapan.

"Kamu, harus diatas dia Alsaki!" ujar Liana setelah Alsaki pergi.

***
Sementara itu di kehidupan yang lain, sudah terlihat seorang perempuan sedang berkaca di cermin untuk merapihkan pakaian sekolah putih abunya. " Good luck Laasyavi, kali ini kalo lo harus lolos seleksi olimpiade! " ujarnya sambil meyakinkan dirinya sendiri.

Siswa-siswi berhamburan memasuki gerbang SMA Swara, tak terkecuali siswa dengan papan nama yang tersimpan di dadanya menunjukan ia bernama Laasyavi Nirankara, saat ia sedang berjalan tiba-tiba salah satu temannya memanggilnya, " Vi, tungguin gue!" ujar temannya yang dengan papan nama Sena Aninditya. Akhirnya mereka berdua pun berjalan beriringan.

"Vi, hari ini pengumuman seleksi ya, gue tau sih lo pasti lolos, semangat-lah pokoknya!" kata Sena sambil mengacungkan dua jempolnya. Nirankara pun terkekeh, "Jangan gitu lah, gue merasa tinggi banget karena lo puji gue, semoga ya, gue juga berharap kaya gitu,"

Upacara hari senin pun terlihat sedang terlaksana di lapangan, " Hen, gue mimpi lagi..." ujar Alsaki kepada temannya yang berada disampingnya yang diketahui bernama Mahendra, "Mimpi ketemu cewe cantik tapi lo selalu lupa sama mukanya itu?" tanya Mahendra

"Iya, kaya temanya sama latarnya doang yang beda, anehnya gue selalu lupa wajah perempuan itu setelah gue bangun." nalas Alsaki.
"Tadi gue mimpi latarnya perang gitu coba anjir, terus di mimpi itu, si perempuan itu bunuh diri pake kondenya sendiri anjay, gak tau karena apa," Mahendra pura-pura bergidik ngeri "Alamak ngerinya!"

"Udahlah paling kembang tidur doang gausahlah terlalu lo pikirin," ucap Mahendra.
Alsaki pun kembali melanjutkan perkataannya. "Bukan gitu! Tapi mimpi ini berulang-ulang gue ga yakin ini kembang tidur doang!" ujar Alsaki, jujur ia sendiri pun kebingungan dengan berbagai mimpinya belakangan ini, padahal ia bukanlah seseorang yang sering mimpi bahkan mimpi saat tidur dalam hidupnya saja, dapat di hitung jari. Tetapi berbeda dengan belakangan ini, ia terus memimpikan satu perempuan yang sama.

"Ya mungkin aja. REINKARNASI??" ucapan terakhir Alsaki yang cukup keras, membuat pembina upacara yang sedang amanat pun langsung menegurnya,

"Itu yang di sebelah kiri, laki-laki. Tolong lihat dan dengarkan saya dulu! Dengar ya anak-anak semuanya, upacara itu hanya berapa menit, jadi tolong tinggalkan hal-hal yang di luar upacara sebentar saja, jangan malah ngobrol hal-hal yang tidak penting!"

"Lo ngapain sih? Malu gu,e lo bukan temen gue!" ujar Mahendra mulai geram, "Ya gue emang lagi ngapain, orang gue lagi berdiri," balas Alsaki tengil. "Ga gitu maksudnya,"

"Yakan gue reflek, kalo si perempuan itu ternyata jodoh gue di masa lalu gimana?"
Pertanyaan Alsaki pun terjawab, "Ya, tidak bagaimana-bagaimana, masih kecil sudah membahas jodoh, fokus dulu upacara!"
"Sudah dapat teguran keras, masih saja ngobrol, mau saya kedepankan?" lanjut guru tersebut.

Alsaki pun terkekeh, "Peace pak peace, gak lagi-lagi saya ngobrol," Sambil mengangkat dua jarinya. Mahendra hanya tertawa dibuatnya.

Ternyata setelah mendapatkan teguran keras dari pembina upacara, guru-guru yang berada di belakang kembali memperhatikan Alsaki dan Mahendra yang ternyata masih saja tetap ngobrol.

Upacara selesai itu tandanya sebentar lagi ada pengumuman yang lolos seleksi untuk mengikuti olimpiade. Alsaki walaupun terlihat geram ketika ibunya membalas olimpiade, namun ternyata ia masih mengharapkan lolos dari olimpiade. Badan Alsaki pun panas dingin berharap namanya di sebut di bidang matematika, walaupun sebenarnya ia nekat dan coba-coba untuk mengikuti bidang ini. Karena sebelum-sebelumnya ia mengikuti bidang Fisika, hanya saja ia merasa bosan dan ingin mencoba soal-soal lain katanya.

Guru yang mengumumkan olimpiade sudah mulai menaiki mimbar upacara, beberapa nama dari bidang-bidang lain sudah mulai disebutkan dan sekarang giliran bidang matematika, "Baik, langsung saja untuk bidang selanjutnya, matematika. Yang akan mewakili sekolah dalam olimpiade adalah..... siswa yang bernama..... Laasyavi Nirankara dari kelas XI-1,"

Gurat kecemasan terlihat dari wajah seorang Alsaki, jika saja bila satu nama selanjutnya ia tak dipanggil berarti pupus sudah harapan dia untuk ikut olimpiade pada tahun ini.

"Dan selanjutnya siswa yang bernama... Alsaki Adrienal Atmadeva dari kelas XI-3,"

"Kata gue juga apa, lo pasti lolos sih, selamat menikmati kesukaran dalam hidup," ucapan serta ledekan terlontar dari mulut Mahendra yang disertai dengan kekehan dan berakhir menepuk-nepuk bahu Alsaki.

"Tapi, gue gak pernah denger nama siswa yang pertama itu, siapa sih emang?" jawab Alsaki sambil menampakan wajah bingungnya, "Tau gue padahal dia pinter abis di matematikanha, lo aja kali yang gak update. " ujar Mahendra sambil mengedikan bahu tak acuh.

***
Setelah pengumuman hasil yang lolos seleksi, siangnya setelah pulang sekolah, dilakukan bimbingan pertama. Alsaki setelah mendengar bel pun langsung bergegas ke ruangan yang telah ditentukan untuk bimbingan.

Saat ia mulai memasuki ruangan itu, terlihat seorang perempuan sedang duduk dengan membaca sebuah buku dan rambut yang sedikit menghalangi mukanya. Alsaki pun langsung duduk di samping perempuan itu. Dan memulai untuk pendekatan karena ia berpikir, nanti mereka akan selalu bersama, mana mungkin mereka tidak mengenal satu sama lain.

Menurut Alsaki, Perempuan ini sangat tipenya sekali. Yaitu, pintar. Alsaki sangat suka perempuan pintar, percuma cantik kalo diajak ngobrol tidak nyambung, itulah prinsip Alsaki.

"Hai," ucapnya sambil menepuk pundak perempuan itu.

Perempuan itu langsung membenarkan posisi duduknya dan menengok ke arah Alsaki, namun anehnya perempuan itu menampilkan wajah terkejut, mungkin karena perempuan itu terlalu fokus membaca jadi ia tidak menyadari bahwa ada orang yang datang.

Tapi entah mengapa Alsaki merasa bahwa wajah perempuan itu familiar entahlah pernah bertemu dimana.

"Gue Alsaki, nama lo Lalisa, Lasifa, Lasafa-" Ucapan Alsaki langsung terpotong oleh Nirankara.

"Laasyavi, gausah ubah-ubah nama orang sembarangan!" Peringatan keras yang diberikan Laasyavi dapat menyadarkan Alsaki bahwa Laasyavi ini memang tidak suka dengan kehadiran Alsaki.

"Eh, santai dong jangan galak-galak, ngomong-ngomong kita pernah ketemu? Kok wajah lo ga asing sih?" tanya Alsaki heran.

"Bersambung"

AVIRODHA [segera terbit!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang