8. Kedekatan.

3 4 0
                                    

"Lo kenapa?" Tanya Laasyavi heran melihat Alsaki seperti orang aneh.

"Gue kaget banget, di sapa sama bidadari. Gue kira mimpi," Ujarnya yang mulai mengentikan kegiatan dan beralih menatap ke arah Laasyavi.

Ini yang sebenarnya salah satu sikap Alsaki yang membuat dia jengah. Namun, ia akan mencoba bersikap seperti biasanya saja.

"Kenapa? Emang ada yang salah?" Tanya Laasyavi.

"Tapi serius deh, lo beneran kan gak kenapa-kenapa?" Tanya Alsaki yang mulai menunjukkan muka seriusnya

"Enggak," Jawab Laasyavi yakin.

"Mungkin aja lo tadi sebelum kesini ke pentok gitu?" Tanya Alsaki yang masih ngotot.

"Apasih gak jelas lo, orang gue gak kenapa-kenapa!" Geram Laasyavi.

"Syukur deh kalo gitu, sering-sering ya ramah tamah kaya tadi, gue suka." Ujarnya sambil memperlihatkan dua jempolnya ke arah Laasyavi.

Tak lama setelah percakapan itu, guru pembimbing pun datang. Dan akhirnya mereka fokus untuk mengerjakan soal-soal itu tanpa mengganggu satu sama lain.

***

Sepulang dari bimbingan Laasyavi masih berada di halte bis, padahal waktu sudah menuju malam. Entahlah hari ini bis tak terlihat keberadaan, padahal biasanya jam segini bis masih beroperasi.

Namun, tiba-tiba suara motor yang terhenti di depannya menyadarkan dari dunia khayalannya. Laasyavi yang sedang membaca buku tiba-tiba menoleh ke depan. Yang ternyata sudah ada Alsaki.

"Bareng gak, udah sore nih?" Tawar Alsaki pada Laasyavi.

"Enggak," Jawab Laasyavi nada tolakan seperti biasa kepada Alsaki.

"Yakin nolak? Ntar ada begal loh," Ujar Alsaki terus menakut-nakuti Laasyavi.

"Stop, nakut-nakutin gue! Gue gak takut!" Laasyavi pun mulai meninggikan suaranya, sepertinya susah untuk ia bersikap biasa saja. Karena orang yang sedang ia hadapi adalah Alsaki, orang paling tengil di seluruh dunia.

"Gue bicarain fakta, terserah lo mau percaya atau enggak!" Ujar Alsaki sambil mengedikan bahunya acuh.

"Oke fine, gue ikut." Akhirnya Laasyavi pun mau untuk di bonceng Alsaki.

"Nah, gitu kek jangan pura-pura berani," Ucap Alsaki kepada Laasyavi.

Saat dalam perjalanan, tiba-tiba Alsaki berkata, "Gue minta nomor lo dong, materi tadi ada yang gue gak ngerti," Pinta Alsaki pada Laasyavi. Sebenarnya bukan karena ia tidak mengerti, hanya saja ia ingin modus meminta nomor Laasyavi. Agar pdkt nya semakin lancar.

"Boleh, nomor lo aja sini gue save. Ntar gue yang chat lo duluan." Laasyavi menjawabnya tanpa kecurigaan apapun karena dia pikir memang Alsaki belum paham terhadap materinya.

Akhirnya Alsaki pun kemudian menyebutkan nomornya pada Laasyavi yang langsung ditulis Laasyavi di handphonenya.

"Oke, gue p aja sekarang ya." Ucapan Laasyavi dapat membuat senyuman di wajah Alsaki makin melebar. Akhirnya dapet juga nomor lo Laa, Batinnya bersuara.

Alsaki yang sudah tahu jalan pun tanpa bertanya lagi, ia langsung sampai ke depan gang rumah Laasyavi. Ia pun berpamitan lalu pergi dari hadapan Laasyavi.

***
Sesampainya dirumah, Alsaki langsung masuk ke kamar untuk membersihkan dirinya dan ia berniat turun untuk makan. Karena, sedari tadi perutnya sudah sangat keroncongan. Namun, dibawah ternyata mamanya sudah lebih dahulu duduk di meja makan.

Ia pun lalu menghampiri mamanya dan makan tanpa bersuara sedikitpun. Karena, mamanya memang melarang untuk berbicara saat makan. Alsaki yang telah selesai makan pun memilih bangkit dari meja makannya. Namun suara dari mamanya membuat ia mengurungkan niatnya. "Mama tunggu kamu di ruang tv Alsaki!" Instruksi tak terbantahkan dari mamanya membuat Alsaki yang ingin ke kamar pun langsung beralih menuju ke arah ruang tv. "Iya ma,"

Alsaki pun langsung menyalakan tv dan menonton tv sembari menunggu mamanya datang ke hadapannya. Tak lama setelah itu, mamanya pun datang dan duduk didekatnya.

"Mama gak izinin kamu pacaran Alsaki!" Peringatan keras dari mamanya membuat ia kebingungan.

"Siapa yang pacaran ma?" Tanya Alsaki heran.

"Jangan pura-pura tidak tahu. Kamu tadi bonceng perempuan kan?" Tanya mamanya dengan nada dingin. Alsaki pun heran, darimana mamanya tahu kalo ia membonceng perempuan. Hingga ia menyadari kalo tidak salah tadi saat di lampu merah ia melihat ada mobil yang seperti mobil mamanya. Ia pikir tadi mobil itu hanya mobil yang mirip mamanya. Namun ternyata, dugaannya salah.

"Iya, tapi itu temen olimpiade aku mah, aku tadi nganterin dia karena udah sore, bukan pacar aku!" Jelas Alsaki, Soon sih ma, Batinnya berkata.

"Bagus, jangan dulu pacaran. Boleh kamu pacaran asalkan ingat. Prestasi kamu diatas pacar kamu!" Tegas mamanya pada Alsaki yang diangguki oleh Alsaki. Setelah itu mamanya pergi ke kamarnya, diikuti Alsaki yang juga masuk ke dalam kamarnya.

Didalam kamarnya, tiba-tiba terlintas dalam pikirnya ingin mengetahui kabar dari Laasyavi. Alsaki pun lalu mencari kontak Laasyavi dari grup olimpiade, untung saja nomor Laasyavi termasuk yang mudah dicari. Karena memakai foto profil dirinya sendiri.

Alsaki : MALAM CALON PACAR!

Calon Pacar: ??

Alsaki: Ini Alsaki, calon pacar.

Calon Pacar: Annoying.

Alsaki: Padahal tadi udah keliatan baik.
Alsaki: Kok jahat lagi?
Alsaki: Kirain udah mulai suka, ternyata belum ya?

Calon pacar: Baik belum tentu suka.

Obrolan terakhir yang dikirimkan oleh Laasyavi menyadarkan Alsaki bahwa ternyata Laasyavi belum menyukainya. "Jleb banget buset, padahal cuma ngetik." Ucapan itu terlontar dari mulut Alsaki.

***
Namun lain yang diketik lain dihati, sedari tadi senyuman yang terukir dari bibir mungil Laasyavi tetapi yang terketik dalam handphonenya hanya perkataan yang jauh dari kata manis. Bahkan, bisa saja menyakiti hati Alsaki.

Namun terlintas dari pikirannya, bahwa tidak ada salahnya ia mencoba menjalin hubungan dengan Alsaki. Toh apapun yang ditakuti sekarang belum terjadi, dan itu hanya ketakutan semu dalam diri Laasyavi.

Lomba olimpiade semakin hari semakin dekat, begitupun dengan hubungan Alsaki dan Laasyavi yang tiap hari makin dekat saja. Bahkan mereka sekarang sering pulang bareng dan belajar bareng mengenai materi yang akan di lombakan.

"Bersambung"

AVIRODHA [segera terbit!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang