6. Kekalahan yang Membawa Berkah.

11 9 2
                                    

"Dendam itu layaknya air mengalir, maka cegah atau hentikanlah air itu sebelum basahnya menguar kemana-mana."

"Kapan, gue ngeliatin lo diam-diam?" Tanya Laasyavi pada Alsaki.

Alsaki tersenyum seraya berkata, " Waktu gue lagi latihan basket pulang bimbingan, lo liatin gue kan?"  Demi apapun, Laasyavi malah sebal melihat muka tengil yang di tampilkan oleh Alsaki.

"Gausah geer, kebetulan gue lewat ya karena gue penasaran gue liatin lah," Jawab Laasyavi, sebetulnya ia lega karena ia bisa mengeles dengan sempurna tanpa Alsaki tahu bahwa sebenarnya ia memang memerhatikannya.

"Dan untuk yang ngelike postingan lo, itu salah postingan lo lewat di beranda gue ya ke pencet suka lah." Sanggah Laasyavi.

Namun, bukan Alsaki kalo tidak kepedean walaupun setelah ditampar fakta oleh perkataan Laasyavi. Ia tetap mempertahankan harga dirinya, "Masa? Keliatan banget bohongnya," Alsaki masih dengan muka tengilnya menggoda Laasyavi.

Laasyavi geram dibuatnya, ketengilan dari Alsaki memang sudah mendarah daging dari dulu.

"Terserah!" Laasyavi pun kembali fokus mengerjakan soal-soalnya dan Alsaki hanya terkekeh entah kenapa ia senang sekali menggoda Laasyavi. Apalagi jika ia melihat Laasyavi marah.

Namun, dari kejauhan ada seseorang yang menatap benci kearah Alsaki, "Lo harus dapat balasan yang setimpal Alsaki! Gue benci lo!" Laki-laki itu berkata sambil mengeretakan giginya dan mengepalkan tangannyaa.
"Lo rebut semua kehidupan gue, sampe ga ada yang tersisa!"

"Jangan harap lo bisa bahagia!"

***

Seperti biasa, malamnya mereka kembali nongkrong di waru. Karena kebetulan, mama Alsaki sedang berada di luar kota, dan sudah di pastikan bahwa mamanya tak akan pulang malam ini. Makanya ia bisa leluasa untuk keluar malam seperti ini.

Namun, tak seperti biasanya Mahendra tak ikut nongkrong kali ini, ada keperluan yang entah bahkan teman-temannya pun tidak tahu keperluan apa itu. Karena biasanya Mahendra tak pernah absen untuk ikut nongkrong.

"Oke, yang kalah beliin kita cemilan, gimana setuju gak?" Ucapan itu keluar dari mulut Sean. Sean adalah salah satu anak yang sering nongkrong, hanya saja ia memang jarang sampai malam. Karena kebetulan ini masih pukul 08.00 jadi tongkrongan masih rame oleh anak-anak.

Kini mereka terlihat sedang bermain game online beregu, "Nantangin, siapa takut?" Alsaki pun merasa tertantang walaupun sebenarnya ia memang tidak terlalu mahir dalam game online seperti ini. Namun, kalo di tantang jiwanya terasa berkobar.

Sepertinya kali ini semesta tak berpihak pada Alsaki dan teman-temannya. Karena yang memenangkan permainan ini adalah Sean dan teman-teman.

"Janjinya mana Sak?" Tanya Sean pada Alsaki setelah kekalahan Alsaki.

Alsaki pun berdecak, "Oke!" Alsaki pun lalu keluar untuk membeli cemilan kepada mereka semua yang berada di tongkrongan.

Namun, dijalan setelah ia pulang dari supermarket didepannya ia melihat siluet perempuan yang tak asing dimatanya. Ia mulai memelankan motornya. Yang ternyata di sadari oleh perempuan itu, perempuan itu berbalik dan terlihat wajah terkejut di wajahnya, "Hai neng, ngapain malem-malem gini sendiri dijalan sepi lagi" Diiringi kekehan. Entahlah rasanya saat di dekat Laasyavi, Alsaki selaku merasa senang untuk menganggu.

"Ayo gue anterin, gak baik cewe sendiri malem-malem," Ajak Alsaki pada Laasyavi. Alsaki pun menjalankan motornya dengan pelan, seiring dengan langkah kaki Laasyavi.

"Emangnya kalo sama lo jadi baik gitu? Yang ada gue darah tinggi mulut, sebel gue liat muka tengil lo," Jawab Laasyavi diiringi dengan tatapan sinis yang ditunjukan pada Alsaki.

Alsaki pun celingukan seperti mencari sesuatu, "Katanya sih disini malam-malam suka ada hantu, lo percaya gak? Makanya ayo pulangnya bareng gue aja!" Ajak Alsaki pada Laasyavi.

"Percaya, gue gak takut juga. Ini hantunya juga didepan gue lagi ngajak ngobrol gue," Pernyataan dari Laasyavi membuat Alsaki tak terima.

Sialan, kalo aja bukan cewe yang gue suka... Gue sumpel juga itu mulutnya, Batinnya menggerutu sendiri. Namun, Lain di mulut lain dihati  yang keluar hanyalah senyuman, "Wah, lo indigo ternyata ya. Gak nyangka cewe seimut lo bisa liat setan," Yang menekankan kata setannya.

"Pasti setannya ganteng banget tuh, lo terpesona ya kan?" Selama berbicara Alsaki tersenyum, yang malah membuat Laasyavi bergidik ngeri.

"Yaudah deh kalo lo gak takut setan gapapa,"

"Tapi biasanya suka ada begal, apalagi malem-malem gini, begalnya ngincer cewe lagi!" Kata Alsaki yang kali ini dapat membuat bulu kuduk Laasyavi terangkat.

Namun, Laasyavi tetap mempertahankan egonya. Alsaki pun kemudian pun mulai menjalankan motornya dengan sedikit kencang daripada tadi.

Laasyavi dibuat bimbang dibuatnya, ia sebenernya tidak mau ikut dengan Alsaki. Namun, ia juga takut dengan apa yang dikata Alsaki. Lagipula rumahnya masih terlalu jauh.  Ia juga ingin sekali sebenarnya dibonceng Alsaki. Akhirnya pikiran jernihnya kalah dengan hatinya.

Gapapalah sekali-kali, cuma kali ini aja kok, Batinnya berkata.

"Yakin gak mau?" Tawar Alsaki sekali lagi paka Laasyavi. Ia menghentikan motornya untuk menunggu Laasyavi.

"Oke, gue ikut!" Laasyavi pun kemudian mendekati motor Alsaki dan mulai menaiki motornya. Ternyata hal itu dapat membuat Alsaki bersorak senang dibuatnya.

Gak sia-sia deh, gue di panggil setan, kalo balesannya gini. Batinnya bersorak senang.

Alsaki pun kemudian mulai menjalankan motornya meninggalkan tempat itu, hanya keheningan yang tercipta. Sebenarnya keduanya pun sama-sama gugup bahkan jantung mereka berdetak sangat kencang.

Aduh semoga Alsaki gak denger suara jantung gue, Batin Laasyavi cemas. Ternyata Alsaki menyadari bahwa duduk Laasyavi semakin lama semakin mundur.

"Laa, lo kenapa mundur terus, kalo jatuh gimana? Majuan lah!" Titah Alsaki sambil melihat wajah Laasyavi dari spion motornya.

"Ah, iya ya," Entah apa yang dikatakan Laasyavi, ia sendiri pun tak mengerti dengan dirinya, yang tiba-tiba seperti orang yang aneh didekat Alsaki.

Laasyavi pun kemudian membenarkan posisi duduknya, yang diam-diam Alsaki tersenyum dibuatnya.

"Pantes gue kalah, ternyata kekalahan gue ini diganti dengan boncengin bidadari. Kekalahan yang membawa berkah," Seandainya waktu bisa dihentikan, ia ingin menghentikan aktivitas, karena di detik ini ia bahagia.

"Rumah lo dimana?"  Alsaki pun bertanya, ia takut tersesat apalagi membawa anak gadis malam-malam.

"Nanti lo belok kiri aja, rumah gue masuk gang lagi. Jadi, turunin gue di depan gang aja!" Perintah Laasyavi kemudian diberi anggukan oleh Alsaki

"Bersambung"

AVIRODHA [segera terbit!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang