15. Kedatangan.

1 3 0
                                    

Setelah mengantarkan Laasyavi sesuai janjinya. Ia lalu menghampiri Waru disana sudah ada anak-anak yang menunggu kedatangannya. Namun, dari ketiga temannya hanya ada Albi yang terlihat.

"Bi, Anggara mana? Si Mahendra juga ternyata beneran gak kesini tu anak," Ujar Alsaki sambil menghampiri Albi.

"Anggara ada urusan katanya, emang si Mahendra kemana males paling tu anak. Lo coba telpon deh Sak," Titah Albi pada Alsaki.

"Oke deh, gue coba," Alsaki pun lalu mengeluarkan handphonenya dan mencari nomor Mahendra. Kemudian terlihat ada tulisan berdering, tak lama dari itu Mahendra mengangkatnya.

"Ada apa Sak? " Tanya Mahendra terdengar suara serak seperti baru bangun.

"Lo lagi tidur Hen?" Tanya Alsaki tak habis pikir.

"Iya, kenapa?" Ujar Mahendra kesal, bisa-bisa Alsaki menganggu waktu tidurnya.

"Tidur mulu lo, sini lah ke waru. Gue traktir ini," Ajak Alsaki.

"Ogah gue, tar ketemu-" Mahendra langsung menghentikan ucapannya, hampir saja ia keceplosan.

"Ketemu siapa ah elah, lo gue traktir aja susahnya minta ampun. Apalagi lo bayar kali ya," Kesal Alsaki, padahal normalnya ketika dikasih gratisan orang-orang pasti akan bahagia. Namun, seperti Mahendra bukan orang normal karena dikasih gratisan pun masih berkata malas.

"Ayo lah Hen, ini si Anggara juga gak kesini, ya lo ke yang kesini biar gak sepi-sepi banget gitu," Ajak Albi.

"Oh Anggara gak ke sana? " Tanya Mahendra memastikan.

"Iya, makanya lo kesini,"

"Oke, " Final Mahendra yang kemudian menutup telponnya. Dan itu malah membuat Alsaki dan Albi malah saling melirik satu sama lain dengan tatapan herannya.

"Lo ngerasa aneh?" Tanya Alsaki heran

"Meraka berdua lagi gak bener apa gimana sih? Tadi juga si Anggara bilang ada urusan setelah gue bilang Mahendra bakal kesini. Soalnya ya gue pikir Mahendra pasti bakal mau kalo di traktir tapi gue ternyata salah. Mereka saling ngehindar gak sih?" Tanya Albi meyakinkan.

"Jadi, maksud lo mereka punya masalah gitu?" Alsaki keheranan, tapi iya merasa apa yang membuat mereka saling bertengkar, padahal selama ini mereka berdua selalu akur.

"Perasaan kita dong kali Bi, "

"Iya kali," Jawab Albi acuh.

Sekarang mereka tengah menikmati makanan yang nantinya semua akan di bayar oleh Alsaki. Jelas mereka kalap, bahkan mereka membeli berbagai makanan. Alsaki jelas sudah mengetahui hal ini akan terjadi, tak apa lah biarkan mereka bersenang-senang. Jarang juga ini memberikan mereka traktir sendiri. Lagi, jika Alsaki sering-sering memberi mereka traktir akan boncos uang Alsaki.

Namun, ditengah keributan anak-anaknya. Mamanya tiba-tiba menelponnya. Alsaki berdecak, ia pun lalu menjauh dari anak-anak dan mengangkat telponnya dari mamanya.

"Apa si-" belum selesai ucapan Alsaki, mamanya tiba-tiba memotong ucapannya.

"Alsaki pulang nak, pulang sayang. Orang itu datang kesini lagi,"

"MAU KAMU APASIH MAS? BELUM PUAS KAMU NGANCURIN HIDUP AKU SAMA ALSAKI HAH?" Ujar mamanya yang jelas memang bukan kepadanya, tetapi kepada orang yang berada di dekatnya.

Alsaki pun bergegas berpamitan pada teman-temannya, ia pun lalu menancapkan gas agar cepat sampai ke rumahnya, "Orang itu... Mau ngapain lagi?" Ujar Alsaki pelan, tetapi mengandung penekanan.

Sesampainya di rumahnya ia langsung memasuki rumahnya. Ternyata lelaki itu langsung mendekati Alsaki dan ingin memeluknya, "Papa kangen kamu nak," Namun belum sempat lelaki itu yang menyebut dirinya papa mendekati Alsaki.

Alsaki langsung melarangnya, "Stop disana, saya tidak sudi kamu peluk saya," Peringatan keras dari Alsaki mampu membuat Papanya itu berhenti. Alsaki hanya tertawa miris, ternyata lelaki itu tak tahu malu. Masih bisa ternyata menyebut dirinya papa setelah ia memberikan luka kepada anaknya dengan begitu dalam bahkan ia menelantarkan. Mamanya lah yang selama ini menafkahinya, sedangkan orang yang melabelinya dirinya ini kemana saat dia susah.

"Papa?" Tanya Alsaki diiringi dengan tawa, tawa yang sebenarnya sedang menutupi lukanya

"Papa yang seperti apa? Papa yang meninggalkan anaknya saat masih dalam kandungan? Atau papa yang tak pernah memberi anaknya uang sepeserpun? Atau papa yang ternyata punya anak dari wanita lain diam-diam? Papa yang seperti apa yang anak maksud?" Tanya Alsaki membuat lelaki tadi hanya menunduk.

"Anda harus ingat satu hal, saya tidak pernah dan tidak akan sudi menyebut anda dengan sebutan apa tadi? Papa?" Kata Alsaki.

"Sebaiknya, ada pergi dari sini. Temui selingkuhan anda itu, jangan malah datang dengan tak tahu dirinya ke sini. Kalo anda lupa, anda membuang mama saya, anda tidak malu memungut lagi sesuatu yang telah anda buang hah?" Ujar Alsaki.

"Silahkan pintu ada di sebelah sana," Ujar Alsaki sambil menunjuk arah pintu, membuat lelaki itu tak berkutik. Akhirnya lelaki itu pergi dari rumah Alsaki, "Ingat Alsaki, saya akan tetap menjadi papa kamu  walaupun kamu tak menganggap saya,"

"Hm," Jawab Alsaki.

Setelah papanya pergi pertahanan mamanya runtuh, mamanya terkulai lemas ke bawah. Alsaki langsung berlari dan memeluk.

"Tenang ma, Alsaki ada disini. Keluarin aja dulu ma aku temenin disini," Ujar Alsaki sambil terus memeluk mamanya.

"Bersambung "

AVIRODHA [segera terbit!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang