10. Disengaja?

5 3 0
                                    

Semburan jingga terlihat di langit, menandakan matahari telah menyelesaikan tugasnya dan sebentar lagi tugasnya akan di ambil alih oleh rembulan malam. Namun rupanya, seorang gadis masih menunggu bis di halte, ia sedari tadi sedang memainkan handphonenya dengan perasaan bimbang, "Gue chat atau jangan ya?' Ujarnya bertanya kepada dirinya sendiri.

Layar di handphone menampilkan chat dengan seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah Alsaki. Laasyavi ingin sekali bertanya tentang sakit yang dialami Alsaki, namun gengsinya ternyata tetap saja menutupi rasa penasaran.

Hingga, saat ia sedang fokus melihat layar di handphonenya Naren dengan motornya berhenti dihadapannya. "Sendiri aja Kar," Basa basi dilontarkannya Naren, Ya lo pikir aja sendiri, ini gue sama siapa? setan gitu?" Menurut Laasyavi basa basi yang dilontarkan Naren terlalu basi.

Namun Laasyavi tetap menampakkan senyum manisnya, " Keliatannya gue lagi sama siapa?"

"Sama gue sih,"Jawab Naren,

Siapapun tolong bawa pergi Laasyavi dari sini.

"Bis jam segini gak bakal keliatan lagi kar, bareng gue aja," Ajak Naren.

"Gapapa, gue naik ojek online aja."

Ia pun mulai mencari ojek online. Namun naasnya, semesta sepertinya mendukung untuk ia pulang dengan Naren.

"Susah kalo jam segini pesen ojek juga, udah sama gue aja,"
Tawar Naren sekali lagi. Membuat ia mau tak mau harus pulang dengan Naren untuk kali ini saja, ingat untuk kali ini saja. Tak mau lagi Laasyavi pulang dengan Naren.

Ia sebenarnya canggung jika berhadapan dengan Naren, karena Naren secara terang-terangan mengejar Laasyavi. Walaupun sebenarnya ia juga diperlakukan sama oleh Alsaki, namun ia dan Alsaki mempunyai rasa yang sama. Jadi ketika itu ya ia malah merasa senang.

Mereka pun sudah sampai di depan gang rumah Laasyavi, namun ada satu perkataan Naren yang membuatnya tersinggung.

"Oh ternyata rumah lo masuk gang," Ujarnya yang terdengar merendahkan ditelinga Laasyavi.

Oh ini yang jadi selera lo Sak, gue kira anak konglo Batin Naren bergumam.

"Kalo rumah gue masuk gang kenapa emang, masalahnya sama lo apa?" Tanya Laasyavi mulai terlihat tidak suka.

"Eh bukan gitu maksud gue Kar, gue cuma.." Namun ucapan ngeles dari Naren langsung di potong.

"Makasih ya," Laasyavi sudah tidak mau berlama-lama dengan Naren, ia langsung pergi dari hadapan Naren setelah melepas helmnya.

Shit gue salah ngomong, padahal bukan gitu maksud gue.

***
Laasyavi pun setelah membersihkan badannya ia langsung menjatuhkan badannya di kasur dan berniat memainkan handphonenya. Namun ia terkejut saat melihat ada sebuah pesan dari Alsaki.

Alsaki: ngetik mulu, gue nungguin kirain mau ngirim pesan, ternyata enggak ya?

Bahkan ia lebih terkejut ternyata Alsaki mengetahui bahwa sedari-tadi ia terus berada di room chatnya Alsaki, pipi Laasyavi pun langsung berubah menjadi merah karena tak dapat menahan malunya.

Alsaki: Kok di read doang, tega bener padahal gue udah nungguin dari tadi balasan dari lo ini,

Laasyavi: Lo sakit ya, sakit apa?

Laasyavi langsung mengganti topik, agar Alsaki tidak membahas hal mengapa tadi dia berada di room chat Alsaki dengan lama tanpa mengirim apapun.

Alsaki: Calon pacar perhatian bener, iya kecil doang ini sekarang gue lagi dirawat dirumah sakit.

Dahi Laasyavi berkerut, mana ada dia sakit kecil tapi dirawat dirumah sakit.

Laasyavi: Mana ada sakit kecil tapi dirawat dirumah sakit, aneh.
Laasyavi: Sakit apa? Jawab yang bener.

Alsaki: Kecelakaan dikit doang, gapapa besok juga pulang kayanya.

Laasyavi: Berarti lo kecelakaan pas abis nganterin gue dong?

Alsaki: Iya enggak juga sih, udahlah gapapa.

Namun Laasyavi semakin merasa bersalah, ia pun sebenarnya ingin menengok Alsaki. Sepertinya besok ia akan menengok Alsaki.

***
Ditempat Alsaki sendiri, Alsaki hanya berdua dengan Albi namun tak berselang lama suara pintu dibuka menandakan ada orang yang masuk dan ternyata yang masuk adalah Anggaran dan juga Mahendra. Atensi fokus Alsaki tak teralihkan sedikitpun kepada orang yang masuk ia tetap memegang handphonenya dengan satu tangan. Karena tangan yang kirinya sedang di perban.

Tanpa sadar Albi pun mengeplak tangan Alsaki, karena Alsaki sedari tadi senyum terus dengan handphonenya. Membuat sang empu kesakitan. bahkan ia melepar handphonenya tanpa sadar.

"SIAL, TANGAN GUE!"
"NGAPAIN LO GEPLAK ALBI?" tanya Alsaki dengan dongkol.

"Sorry, gue lupa. Abisnya lo sih malah fokus main handphone, Lagi chatan sama siapa sih?"

Dengan muka yang masih kesakitan ia pun menjawab, " Calon pacar gue lah siapa lagi,"

Shit makin deket aja mereka, Batin salah satu dari mereka bergumam.

"Eh kapan lo berdua dateng?" Tanya Alsaki keheranan melihat dua temannya berada di hadapannya.

"Katanya lo mau ke kantin dulu tadi, lama bener," Ucapan itu dilontarkan pada Anggara.

"Lo juga Hen katanya mau nganterin adik lo, kok balik lagi."

Namun mereka hanya duduk dengan lesu tanpa menjawab pertanyaan dari Alsaki, Alsaki yang keheranan pun hanya mengedikan bahunya acuh.

Albi pun karena merasa suasana hening, langsung mencairkan suasana dengan menanyakan kejadian kecelakan Alsaki. " Jadi, yang jelasnya lo gimana bisa kecelakan Sak?"

"Gue rasa ini kecelakan di sengaja Bi, waktu sehabis gue anterin pulang Laasyavi tiba-tiba ada motor yang mepet terus ke motor gue. Akhirnya gue jatuh ke trotoar."

"Kira-kira siapa yang udah celakain lo?" Anggara mulai bersuara.

"Lo punya musuh kali Sak," Celetuk Mahendra.

"Gue rasa sih gak punya, tapi apa motif tu orang nyelakain gue ya?"

Karena dia benci sama lo Alsaki,

"Bersambung"

AVIRODHA [segera terbit!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang