16. Teror

1 3 0
                                    

Kini Alsaki sedang berada dikamar mereka berdua berbaring di kasur dengan mamanya tengah memeluk Alsaki dengan keadaan mamanya tertidur pulas. Sekesal apapun Alsaki pada mamanya, rasa sayangnya lebih besar dari pada apapun itu. Ia mengerti mengapa mamanya selalu menutut dia, namun Alsaki juga hanya remaja labil yang emosinya tidak terkendali. Alsaki memandang mamanya dan mengusapnya dengan kelembutan serta mencium keningnya, "Maafin Alsaki ma,"

Setelah mamanya tertidur tenang, Alsaki sedari tadi ingin cerita. Dan yang terlintas dipikirannya adalah Laasyavi. Ia langsung bangkit dari tidurnya dan bersiap-siap untuk menemui Laasyavi.

Ia pun langsung menancap gas untuk ke rumah Laasyavi, sesampai di depan rumahnya Alsaki menepuk dahinya, ia lupa karena saking ingin segera kesini, ia tak mengirim pesan terlebih dahulu kepada Laasyavi.

Didalam sana Laasyavi merinding sendiri, ia merasa ada orang yang berdiri malam-malam dirumahnya. Namun, karena ia penasaran dan letak kamarnya berada di depan. Langsung saja ia mengintip sedikit dari jendelanya. Namun diluar perkiraan Laasyavi, yang datang malah Alsaki. Ngapain dia malem-malem kesini?, Ujar Laasyavi di dalam hati.

Laasyavi pun langsung bergegas keluar dari kamar dan bertemu ibunya yang sedang menjahit, "Ngapain keluar lagi Vi?" Tanya ibunya,

"Bentar bu, kayaknya diluar ada Alsaki,"

Laasyavi pun langsung membuka pintu, dan benar saja diluar sudah ada Alsaki yang sedang memainkan handphonenya. Mendengar suara pintu dibuka membuat ia mengalihkan pandanganya, "Eh, baru juga mau ngirim pesan," Ucap Alsaki tersenyum.

"Ngapain malem-malem kesini?" Tanya Laasyavi heran.

"Oh, gitu ya sama pacar, orang pacarmu ini lagi kangen," jawab Alsaki.

"Tante belum tidur ya, mau izin dong bawa anak gadisnya keluar,"

"Ayo," Alsaki pun lalu masuk ke dalam rumah, membuat Laasyavi keheranan, jadi yang punya rumah Alsaki atau Laasyavi sebenarnya.

Alsaki pun lalu menyalimi Ibunya Laasyavi dan meminta izin untuk membawa Laasyavi keluar, "Tante saja izin ya, bawa anaknya keluar tenang sama saya gak akan di apa-apain kok," Bujuk Alsaki. Karena mamanya Laasyavi sudah percaya ia pun mengizinkannya.

Dan disinilah mereka sekarang di sebuah pasar malam, entahlah mungkin pasar malam akan menjadi tempat yang berkesan untuk mereka. Alsaki dan Laasyavi hanya duduk sambil menikmati keramaian dengan Laasyavi yang sedang memakan permen kapas kesukaannya. "Lagi ada masalah ya?" Tanya Laasyavi tepat sasaran.

"Ga ada" Ujar Alsaki dia memang tidak berniat memberitahu Laasyavi awalnya. Ia hanya ingin membalikan moodnya agar kembali menjadi baik.

"Aku kenal kamu bukan sehari dua hari Al," Ujar Laasyavi mulai menatap Alsaki, Alsaki masih tetap menatap lurus ke depan.

"Susah ya ternyata bohong sama kamu?" Ucapnya sambil menengok ke arah Laasyavi.

"Lagian siapa suruh sifatnya sama kaya sifat kamu di kehidupan selanjutnya?" Kata Laasyavi diiringi kekehan.

"Ada apa?" Tanya Laasyavi mulai serius.

"Papa pulang ke rumah La, aku belum cerita ya, kalo papa ku emang udah pisah sama mama?" Laasyavi hanya menjawab dengan gelengan.

"Iya, Papa ku udah pisah sama Mamaku sejak kecil karena Papa ketahuan selingkuh La, karena itu hubungan aku dan mama ke papah gak pernah baik." Setelah mengucap itu Alsaki menunduk kepalanya dan menghela napas, Laasyavi pun lalu mengusap-usap punduk Alsaki.

"Entah lah La, aku sayang papa tapi rasa benci aku lebih besar,"

Laasyavi yang entah harus bersikap seperti apapun langsung memeluk Alsaki. Dan terbukti Alsaki ternyata memang hanya butuh tempat keluh kesah, Alsaki lumayan tenang saat Laasyavi memeluknya.

"Tetap kaya gini La" Kata Alsaki di sela-sela pelukannya.

***
Setelah pulang sekolah Alsaki pun sekarang sedang berada di balkon kamarnya untuk memetik gitar menghilang rasa bosannya. Sebenarnya ia ingin jalan-jalan dengan Laasyavi, tapi ternyata Laasyavi sedang ada urusan katanya, entahlah ia keburu sebal jadi ia lupa menanyakan Laasyavi pergi dengan siapa.

Namun notifikasi di handphone Alsaki yang berbunyi membuat Alsaki mengalihkan fokusnya untuk melihat handphonenya. ia berdecak saat melihat nomornya, "Teror lagi, ini pasti," Jawab Alsaki sudah kepalang kesal. Bukan apa-apa memang akhir-akhir ini ia sering mendapatkan pesan teror dari nomor yang sama. Ia juga berpikir bahwa nomor ini juga yang membuat ia kecelakaan kemarin.

Namun, pesan kali ini dapat membuat jantungnya berdebar kencang.

Unknown: send foto. Bidadari lo cantik juga ya, buat gue boleh?

Alsaki: Jangan lo sentuh dia, lo cuma punya urusan sama gue ya!

Unknown: Yah, gimana dong udah terlanjur tertarik sama bidadari cantik ini.

"SIAL!" Ujar Alsaki sambil mengacak-acak rambutnya frustasi. Bisa-bisa Laasyavi bertemu dengan musuhnya, ia tak bisa di membiarkannya begitu saja, mungkin saja Laasyavi dalam bahaya.

Alsaki pun mencoba dulu menelpon Laasyavi, namun hanya ceklis satu yang ia dapat. Harusnya ia tadi bertanya tentang kemana perginya gadis itu, bukannya marah-marah tidak jelas karena keinginan tak dapat terkabul. Ia langsung meraih jaketnya di kursi belajarnya dan berniat untuk mencari Laasyavi, sebelum bahaya lain makin mengintainya.

"Bersambung"

AVIRODHA [segera terbit!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang