12. Pernyataan.

8 5 3
                                    

"BENAR! Selamat untuk tim satu yang berhasil menjuarai olimpiade kali ini dan untuk tim dua selamat kalian menjadi juara dua,"

Gemuruh tepuk tangan memenuhi ruangan itu. Apalagi sedari tadi guru pembimbing mereka Bu Widya sama deg-degannya dengan mereka, dan saat mereka dinyatakan menang air matanya langsung tumpah.

Akhirnya mereka berdua pun menaiki podium dan menerima piala serta medali. Perasaan Alsaki dan Laasyavi sama senangnya bahkan senyuman terukir di wajahnya

"Nanti, ke taman yang di belakang dulu ya. Mau ada yang diomongin," Bisi Alsaki kepada Laasyavi.

"Oke," Jawab Laasyavi.

Setelah acara selesai, Laasyavi menemui Alsaki di taman seperti permintaan dari Alsaki sendiri. Namun ternyata di taman ia malah tidak menemukan siapapun, Laasyavi pun akhirnya duduk terlebih dahulu dan memainkan handphonenya. Namun, tiba-tiba bunga mawar putih berada di sebelah kanan pipinya.

Laasyavi pun menengok ke arah kanan, dan terkejut ternyata yang datang adalah Alsaki. Alsaki pun lalu berjalan ke depan Laasyavi dan berlutut sembari bunga mawar putihnya di hadapkan ke Laasyavi.

"Aku bukan orang yang romantis, dan tak lihai dalam berkata, tapi dapat ku pastikan cintaku magnetis, selalu menempel pada kutubnya yang nyata."

"Jadi maukah kamu jadi pacarku?" Ujar Alsaki sambil tersenyum lebar.

Laasyavi bimbang, ia tak bisa menjawab pertanyaan sederhana yang terlontar dari mulut Alsaki.

"Aku takut Al,"  Lirih Laasyavi

"Takut apa? Kita lewatin sama-sama kedepannya, kenapa harus takut padahal hal yang belum terjadi?"

Laasyavi menggeleng, Ia tau hal yang ia jalani kedepannya dengan Alsaki pasti tidak akan semulus itu. Banyak hal yang akan menjadi rintangan kedepannya.

"Aku bakal terus sama kamu, just trust me!" 

Sepertinya kali ini Hatinya kemabli  yang memenangkan debat pikirannya. "Oke!" Final Laasyavi.

"Oke, apa?" Goda Alsaki.

"Ya itu tadi," Ujar Laasyavi malu.

"Ambil dong bunga nya!" Titah Alsaki.

Laasyavi pun lalu mengambil bunganya. Laasyavi berkata tanpa sadar " Kamu ternyata tetap sama," Sambil memperhatikan bunga mawar itu dengan seksama.

"Hah? Sama apa maksudnya?" Tanya Alsaki pada Laasyavi.

Dahi Alsaki mengerut bukannya ini kali pertama ia memberikan bunga pada Laasyavi. Kok bisa-bisanya Laasyavi mengatakan hal itu.

"Oh... bukan apa-apa kok," Ujar Laasyavi kelabakan

"Kita abis ini mau kemana? Jalan yuk!" Laasyavi mencoba mengalihkan topik pembicaraannya.

Alsaki pun mengangguk walaupun setengah hatinya tetap saja penasaran dengan apa yang dikatakan Laasyavi.

***
Mereka pun akhirnya pulang setelah melewati hari yang begitu panjang dan melelahkan ini. Seperti biasa Alsaki pun berpamitan kepada Laasyavi, "Gu- eh maksudnya Aku pulang dulu ya," Ujar Alsaki yang masih belum terbiasa dengan panggilan aku-kamu dan Laasyavi hanya tertawa dengan itu.

"Iya, hati-hati di jalan ya,"

Setelah Alsaki pergi, ia segara berjalan dan masuk ke dalam rumahnya, "Ibu... Liat aku dapet apa?" Tanyanya sambil memamerkan medali yang baru saja ia dapatkan.

Ibunya yang sangat bangga terhadap Laasyavi langsung memeluknya dan mencium kepalanya dengan penuh kasih sayang, "Kamu selalu buat ibu bangga sayang,"

Sementara itu, Alsaki langsung pulang kerumahnya, yang ternyata didalamnya sudah ada mamanya. Alsaki pun menyalami mamanya lalu ia menunjukkan medali yang baru ia dapat tadi. "Ma, berhasil," Kata Alsaki, sebenarnya ia tahu mamanya tidak akan mengapresiasi itu namun ia hanya laporan pada mamanya.

AVIRODHA [segera terbit!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang