"Namjoon! Jangan gegabah!" Hoseok berusaha menarik lengan baju sang pria dari balik dinding tempat mereka bersembunyi.
"Relax, aku tahu tempat ini" Seringai lebar tersungging di bibirnya saat ia beringsut maju sambil membungkuk dan berlari mengendap-endap menaiki tangga.
"Damnit!" Berbisik keras sebelum ikut bergerak, Hoseok mengokang senjata yang sedari tadi berada dalam genggaman tangannya.
Keduanya berjalan merunduk nyaris tanpa suara. Sesekali Namjoon menoleh untuk mengecek keadaan sekitar.
Misi mereka adalah menangkap seorang penculik juga pembunuh yang telah lama menjadi buronan kepolisian di sebuah gedung terbengkalai di pinggiran kota."Kau yakin ia berada disini?" Hoseok berbisik pelan saat tubuhnya bersandar rapat pada dinding sebuah bangunan bertingkat tua yang sudah lama tak berpenghuni.
Namjoon mengangguk.
"Berapa lama lagi bala bantuan datang?""Seharusnya mereka sudah tersebar di sekitar sini" Hoseok melirik jam yang melingkari pergelangan tangannya.
Tibalah mereka berdua pada satu ruang tertutup di tengah-tengah koridor yang diyakini adalah tempat sang penculik menyekap tahanannya.
"Shit!" Namjoon membelalak kaget saat melihat seorang petugas kepolisian mengendap-endap dan berbelok ke arah mereka.
Ia menghela nafas lega dan memberi tanda untuk segera mengepung gedung itu dengan tangannya.
Pria itu pun mengangguk lalu berbalik memanggil pasukannya.KRAKK
Namjoon mengernyitkan dahi dan mengeratkan rahangnya ketika suara keras itu tak sengaja terdengar dari tempat para pasukan kepolisian tadi berkumpul.
"Hoseok...."
"Back off...." Pria tegap itu berbisik dan mulai mundur dengan hati-hati. Begitupun dengan sang polisi yang berada di belakangnya.Suara langkah kaki cepat pun terdengar mendekat pada pintu kayu besar di samping mereka.
"Run....." Namjoon berucap tenang seiring pintu kayu itu berayun terbuka.
Ia menoleh dan sontak mengelak menghindari kepalan tangan yang melayang menghampiri wajahnya. Sedetik kemudian lengan yang masih terjulur itu mengeluarkan suara retakan dan tinju sang pria pun melayang pada bagian abdominalnya.
Beberapa laki-laki bertubuh besar keluar setelah mendengar suara erangan keras sang rekan.
"Kalian telah dikepung!" Pasukan dengan rompi anti peluru melapisi seragam hitam pun muncul dari berbagai arah menuju satu ruang teratas dari gedung tersebut.
Menerobos masuk lalu menyerang kurang dari sepuluh laki-laki berjaket yang adalah para ajudan dari pria yang menjadi target mereka."Dia akan melarikan diri!"
Namjoon berpaling setelah menyelesaikan urusannya dengan seorang laki-laki dengan hidung patah dan berlumur darah sebagai hasil dari pukulannya.
Bergegas lari mengejar sang junjungan yang telah keluar melalui jendela menuju rooftop. Hoseok menyusul di belakangnya berbekal senjata.Ketiga pria itu terus berlari, menaiki tangga besi tipis yang menghantar mereka satu tingkat lebih tinggi. Beberapa kali Hoseok membidik senjatanya namun urung karena begitu sempitnya ruang untuk mereka bergerak.
Namjoon memilih jalan lain untuk menyusul sang buronan.
Melewati ruang-ruang kosong bekas pabrik terbengkalai hingga akhirnya sampai pada lantai terakhir gedung itu.Suara helikopter samar terdengar mendekat.
Ia mendorong pintu besi besar di hadapannya dengan hati-hati, melangkah pelan walau suara baling-baling helikopter itu menutup semua suara yang ada.
Senjatanya tergenggam erat pada kedua tangan. Namjoon melirik pada sisi kiri pintu yang terbuka, bersamaan dengan moncong kaliber 25 itu mendarat pelan pada sisi kanan kepalanya."Drop it..." Laki-laki itu berucap tenang.
Memejamkan matanya singkat dan menelan ludahnya, Namjoon membungkuk perlahan untuk meletakkan senjatanya di atas beton kasar tempat mereka berpijak.
"Kuhargai kegigihanmu untuk mengejarku, detektif Kim..." Ditendangnya pistol sang pria menjauh seraya menarik kerah jaketnya kasar.
"Tapi hari ini bukanlah hari keberuntunganmu" Sang buronan berjalan mundur dengan pelipis Namjoon yang menjadi sasaran moncong senjata apinya, mendekati helikopter yang telah menunggu di tepi gedung.
"Jatuhkan senjatamu!" Para pasukan berseragam yang muncul dari balik pintu tangga darurat itu menodongkan senjata mereka dan berbaur mengelilingi laki-laki yang tengah bersiap menaiki kendaraan nya.
"Sudah kubilang..." Ia merapikan rompi anti pelurunya, mendorong Namjoon menjauh kemudian berbalik untuk melepaskan satu tembakan acak pada seorang petugas.
"Ini bukan hari keberuntungan kalian..." Sang pria melambai dari bangku helikopternya. Beberapa tembakan acak pun kembali dilemparkan untuk menahan para petugas mendekat.
"Hoseok!" Namjoon berlari dengan kedua tangan terangkat menaungi kepala. Memungut pistolnya lalu menghampiri sang rekan yang telah terbaring tak sadarkan diri.
"Detektif Kim, lindungi diri kalian!" Seorang petugas berseragam serba hitam terlihat mengangkat senapan dan membidik helikopter yang mulai terbang meninggi.
Suara rentetan peluru pun meledak. Baling-baling itu mengeluarkan suara patahan yang mengerikan. Helikopter yang ditumpangi pun oleng bersamaan dengan sang junjungan yang berteriak kesal. Kendaraan itu pun berputar tak beraturan dan mulai mengeluarkan asap.
"It's gonna crash!" Seorang petugas mengomandokan pasukannya untuk mundur.
Namjoon dan seorang polisi memapah tubuh Hoseok menjauh, tak berapa lama suara benturan keras juga ledakan menghambur di belakang mereka yang telah berlari sekuat tenaga.
Ketiganya terhempas dengan Namjoon yang menutupi tubuh Hoseok dari serpihan hasil ledakan. Merunduk memegangi belakang kepalanya sendiri lalu berguling terlentang saat ledakan itu berhenti.