The Medium

72 12 0
                                    




"Maaf aku datang tanpa memberi kabar"

Seokjin yang tengah membereskan peralatannya pun tersenyum dan memeluk singkat tubuh kecil yang berdiri di ambang pintu bersama dengan kekasihnya.

"Bicara apa kau, Yoongi? Kau boleh datang kapan saja kemari. Lagipula....pekerjaanku tidak sesibuk dulu disana"

Kembali ke balik meja besi yang merupakan tempat pelatihan barunya, Seokjin yang kini bekerja menjadi asisten forensik di rumah sakit kepolisian kota tetangga pun meletakkan beberapa pisau bedah pada tempatnya lalu menopang tubuh dengan kedua telapak tangan di atas meja.

"Okay....ada apa hingga kalian jauh-jauh kemari?" Ia bersiap mendengarkan.

"Seokjin...."

Jimin menarik lembut bahu Yoongi yang kehilangan kata-kata setelah menyebut namanya.

"Beberapa hari lalu seorang petugas pengantar jenasah datang dengan luka menganga di lehernya..." Ia tersenyum menenangkan sang kekasih yang hanya tertunduk menautkan jemarinya resah.

"Pria malang itu tak mampu bertahan"
"Tapi sebelum ia meninggal...." Ia melirik pelan pada Yoongi.

"Y-Young Mi...." Akhirnya pria itu berbicara.

Seokjin menaikkan kedua alisnya kemudian berpindah ke hadapan dua raga yang berdiri saling bersebelahan.

"Wanita itu dendam....begitu yang dikatakan pria itu sebelum menghembuskan nafas terakhirnya" Yoongi melirik Seokjin dengan dahi berkerut.

"Wanita itu sudah mati, Yoongi!"

"Well....ternyata tidak menurut pengakuan pria malang itu" Yoongi terkekeh sinis.

"Dimana wanita itu sekarang?" Seokjin menggenggam kedua bahu sang pria lalu mengguncangnya pelan.

"Itu yang berusaha Yoongi tanyakan pada pria itu sebelum ia meninggal, Seokjin..." Jimin menarik pelan tangan sang pria yang masih menggenggam bahu kekasihnya.

"Tapi kami tidak mendapatkan jawaban..."
"Oleh karena itu kami kemari untuk meminta bantuanmu"

"Anything....." Seokjin menatap lekat kedua pria yang berdiri tertunduk di hadapannya.

"Apa yang kalian butuhkan?"


"Seokjin...maaf....um...." Kepala Yoongi semakin tertunduk.
"Aku.....aku butuh berkomunikasi dengan petugas itu..."

"Melalui.......dirimu...." Ia memberanikan diri untuk melirik kedua bola mata yang masih membulat itu ragu.

"Oh....." Seokjin mendengus tersenyum.

"Bodohnya aku...."
"Kenapa cara itu tidak terpikirkan olehku beberapa jenasah lalu" Ia mengusap dahinya kasar.

"Yoongi...."
"Aku bisa memasukkan arwah wanita-wanita itu ke dalam tubuhku dan bertanya siapa yang mengukir simbol kuno itu pada mereka" Kekehnya pelan.

"J-jangan....jangan mereka, Seokjin!" Yoongi menggeleng ribut.

"Kita tidak tahu apakah simbol itu akan berpengaruh jika ikut masuk ke dalam tubuhmu"
"Aku tidak mau mengambil resiko...." Ia kembali tertunduk.
Jimin mengusap-usap punggung sang kekasih lembut.

"Aku mengerti....maaf aku berpikir gegabah seperti itu..." Seokjin mengerjap pelan dan memperhatikan sosok pria di hadapannya.

Adik angkatnya tidak akan pernah mau terbuka dengan perasaannya. Dan mendengar larangannya seperti ini cukup untuk membuatnya mengerti jika Yoongi tidak mau kehilangan dirinya. Terutama setelah mereka kembali berpisah seperti saat ini.

Seokjin menghembuskan nafas panjangnya.
"Kapan kita bergerak?"

"S-sekarang...." Yoongi menatap kedua binar mata sang pria dengan sorot memelas.
"Maaf....keluarganya akan mengambil jenasah pria itu esok hari.....jadi...."

"Okay.....aku akan bersiap-siap lalu kita berangkat..." Seokjin memiringkan kepala dan tersenyum.






"Yoongi.....ingat...."

Seokjin menyalakan lima buah lilin di tengah ketiganya yang telah duduk bersila di lantai ruang otopsi.

"Apapun yang terjadi....jangan bangunkan aku kecuali aku meminta..."

"T-tapi...." Raut wajah sang pria berubah khawatir. Niat yang telah mantap direncanakan tiba-tiba mengendur seiring pikiran-pikiran buruknya.

"Yoongi....aku akan baik-baik saja..." Seokjin mengusap lengannya.
"Lagipula kita membutuhkan jawaban ini secepatnya bukan?"

"Bagaimana jika tenagamu terkuras dan tidak mampu untuk memintaku untuk membangunkanmu?!"


"Hey....kumohon, jangan mundur sekarang..." Seokjin mencoba menenangkan Yoongi.
"Ini sudah korban ke-tiga...dan para petugas kepolisian juga detektif belum juga bisa menemukan pelakunya"

"Dan......jika benar wanita itu hidup kembali...."
"Ini akan jadi tanggung jawabku sebagai anak ayah"

"Sekarang diamlah...." Ia meraih tangan Yoongi dan Jimin untuk saling bergandeng.


Seokjin memejamkan mata. Ruangan pun hening. Lima buah lilin putih dan hitam yang berseling melingkar pun tertiup perlahan. Tanda seseorang telah hadir di tengah-tengah mereka. Yoongi dan Jimin hanya bisa menelan ludah gugup seraya terus menggenggam tangan Seokjin erat.

Beberapa saat kemudian kepala Seokjin tertunduk dalam. Ia telah kehilangan kesadaran sepenuhnya.

"Ia datang disaat aku tertidur...." Ucap lirih itu terdengar pilu.

"S-Seokjin?" Yoongi mendekatkan kepalanya hati-hati.

"Aku tidak bersalah!" Sedetik kemudian kepala tertunduk itu terangkat.

"Shit!" Jimin tersentak menatap kedua bola mata hazel itu berubah menjadi putih, membelalak menatap kosong ke dinding gelap di hadapannya.

"Wanita itu ingin menyampaikan sesuatu..." Seokjin yang telah dirasuki pun memiringkan kepala dan perlahan menoleh pada Yoongi.

Deru nafas dan jantung berdegup kencang, Yoongi berulang kali membasahi kerongkongannya yang terasa kering. Mengeratkan kedua genggam tangannya pada Seokjin dan Jimin. Menanti apa yang hendak disampaikannya.

"Ia ingin kau ikut dengannya, Min Yoongi...."
"Seperti adik kecilmu...."
Entah sejak kapan telapak tangan yang digenggamnya itu kini telah berada di bawah rahangnya. Mengusapnya pelan dengan senyum yang dimiringkan.

"K-katakan dimana Young Mi..." Yoongi mengangkat kepalanya, meraih jemari lentik itu kembali ke dalam genggamannya.

"Kau seharusnya ikut bersamanya....bersama adik kecilmu...sudah seharusnya kakak beradik menjadi korban persembahan..." Suaranya mulai melemah.

"Dimana Young Mi?!"
"Kumohon katakan! Waktunya tidak banyak lagi!" Yoongi melirik panik pada kelima lilin yang mulai memendek dan darah segar mulai mengalir dari hidung Seokjin.

"Pemakaman.....Busan...." Seokjin kembali menundukkan kepalanya lemah.
"Yoon....gi.....ba....ngun....."

Tanpa menunggu, sang pria bergegas membacakan sesuatu di telinga Seokjin kemudian menangkap tubuh lemahnya setelah lilin-lilin itu padam dan hanya menyisakan tiga buah lilin putih yang menyala redup.

"Seokjin!" Yoongi mengeratkan pelukannya ketika sang pria terbatuk lalu mengeluarkan sesuatu dari mulutnya.

Sebuah batu bundar berwarna merah transparan bercampur dengan darah segar dari tubuhnya.

"Kembalikan batu ini pada Young Mi....ini kelemahannya..."

Seokjin mendengus tersenyum menatap lilin-lilin itu sebelum akhirnya padam. "Pria itu sudah tenang sekarang...."

ParadoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang