Rasa penasaran membuat Seokjin menoleh. Cahaya menyilaukan yang berpendar melalui celah kayu itu pun memudar, kemudian menghilang.
Pintu besar itu tertutup rapat beberapa meter di belakang mereka. Rintik hujan yang telah berhenti membasahi tanah di tempat mereka berpijak.
Yoongi mengusap peluh yang mengalir di dahinya. Wajahnya menyiratkan kekecewaan. Terengah menatap bangunan kumuh yang berdiri seperti tak pernah terjadi apa-apa di dalamnya.
"Damnit.....we were so close....""Maaf....tidak seharusnya aku menembaknya..." Seokjin berucap lirih.
Dengus nafas kasar berhembus dari bibir sang pria. Yoongi pun menggeleng.
"Tidak...tidak....."
"Dia akan mencelakaimu jika kau tak bertindak...""Sepertinya hari ini memang bukan hari keberuntungan kita"
Ketiganya kemudian berbalik untuk kembali ke mobil mereka. Bersamaan dengan suara ranting yang berderik pelan.
Empat pasang mata membola itu saling beradu.
"Kalian tidak apa-apa?"
"Kau mengikutiku......lagi" Memejamkan mata sejenak, Seokjin mengusap keningnya dan terkekeh pelan.
"Apa yang terjadi? Kalian baik-baik saja?" Namjoon berjalan cepat mendekati sang pria yang melangkah lunglai.
"Kuceritakan di mobil, okay..."
"Guess i messed up today...." Seokjin berjalan melaluinya."Tidak ada yang salah dengan mesinnya...tangki bensin pun masih penuh" Seokjin mendengus dan menutup kap mobilnya kesal.
"Mobilku juga tiba-tiba mati setelah melewati tikungan itu"
"Beruntung aku bertemu dengan seorang nenek yang berbaik hati menunjukkan jalan"
Namjoon melipat kedua tangan di dada, bersandar pada pintu mobil Seokjin sambil terus memperhatikan sang pria yang masih berusaha menghidupkan kendaraannya."Kurasa kita harus berjalan kaki ke kota" Menyerah dengan keadaan, Seokjin pun mengambil ransel besarnya kemudian menutup pintu mobilnya kasar.
"Tidak...." Yoongi yang sedari tadi diam seperti berpikir akhirnya berbicara.
"Kita tinggal selangkah lagi, Seokjin..."
"Aku akan menunggu hingga wanita itu datang kembali"
"We're gonna end this for sure""Tanpa backup?" Namjoon berdiri di antara keduanya.
"Setidaknya biarkan aku keluar dari desa ini untuk menghubungi Hoseok....""Namjoon...." Pria berkulit pucat itu memotong kalimatnya.
"Mengertilah jika ini bukan kasus yang bisa diatasi dengan senapan besar atau bom sekalipun" Ia mendengus tertawa kemudian duduk di atas sebuah batu besar di bawah pohon."Kau pernah berurusan dengan perkumpulan sesat bukan?"
"Perkumpulan ini telah ada sebelum aku lahir...jauh sebelum aku lahir""Dahulu mereka adalah orang-orang baik yang membantu warganya jika mengalami kesulitan panen ataupun menyembuhkan orang sakit"
"Shaman?" Namjoon mengerutkan dahinya penasaran. Mengikuti sang pria duduk berseberangan di atas tumpukan bebatuan.
Yoongi mengangguk. "Hingga pemimpin mereka tewas secara misterius"
"Dan dari situlah semuanya berubah....""Wanita itu....ia yang dipanggil Young Mi"
"Ia yang dipercaya memiliki kekuatan yang jauh lebih besar daripada dewa-dewa pujaan mereka kemudian mengambil alih segalanya""Desa kami makmur....sangat makmur, tak ada lagi gagal panen, semua penyakit pun lenyap, tuan tanah mulai bermunculan dimana-mana..."
"Semua warga mengelu-elukan namanya, menyembahnya walau ia hanya seorang manusia biasa"