New Partner

112 15 0
                                    




"Seberapa parah lukanya, kapten?" Namjoon berjalan cepat menyusuri koridor rumah sakit tempat partnernya dirawat.

"Peluru itu hampir mengenai lehernya" Sang kapten bertolak pinggang menatap raut wajah kesal bercampur khawatir itu.

"Ini salahku terlalu gegabah" Namjoon mengacak rambutnya kasar.

"If you said so..." Kedua tangan Kim Namgil kini terlipat di dada.

"Tapi aku tidak menyalahkanmu, Namjoon"
"Tidak ada yang menyalahkanmu" Ia tersenyum tipis menepuk bahunya.

"Jangan khawatir okay...Hoseok mendapatkan penanganan yang baik"

"Dan untukmu...."
"Kau akan membutuhkan partner baru"


"Ahh....sudah kuduga akan seperti ini" Namjoon memalingkan wajahnya kesal.
"Kenapa tidak menunggu hingga Hoseok pulih saja lalu...."

"Oh tidak, Namjoon...." Sang kapten menjeda ucapannya.
"Ini tidak ada hubungannya dengan kasus ini"
"Sudah lama aku memikirkannya"
"Hoseok akan menggantikan posisiku"

"Benarkah?" Raut wajah kesal itu berubah senang.

Namgil mengangguk dan tersenyum.
"Beberapa hari lalu aku baru mengetahui jika ada sedikit masalah pada jantungku"
"Mungkin ini saatnya bagiku untuk beristirahat" Ia terkekeh pelan.

"Ah.....maaf" Namjoon menatapnya iba.

"No...no......jangan melihatku sebagai makhluk mengenaskan seperti itu, Namjoon" Sang kapten terbahak singkat.

"Kau.....seorang detektif muda dengan segala prestasimu"
"Dan Hoseok dengan sikap disiplin juga perfeksionismenya yang tinggi"

"Hoseok sudah menginginkan posisi ini sejak lama..."
"Kurasa ini saatnya ia untuk bersinar bukan?"

Tak berbicara, Namjoon mengangguk dengan senyum lebar.




"Kau mau kusuapi, kapten?" Namjoon melangkah masuk ke dalam kamar rawat itu dengan senyum mengejeknya.

"Damn you!" Hoseok yang tengah menikmati makan siangnya pun tertawa geli menyambut kedatangan sang rekan.
"Namgil sudah memberitahumu rupanya?" Disuapnya sup sayuran tanpa warna itu malas.

Namjoon mengangguk dan mendengus tersenyum.
"Selamat atas prestasimu, partner..."
"Aku akan kehilangan masa-masa kita mengintai malam hari sambil makan burger"

"Don't do that...." Hoseok memiringkan kepalanya dengan raut wajah sedih.
"Aku yakin kau akan mudah beradaptasi dengan partner barumu"
"You're a good man, Namjoon..."

"Dan kudengar partner barumu tampan..." Ia tertawa nakal.

Namjoon menaikkan sebelah alisnya bingung.




Mantan rekannya tak salah. Disinilah ia berdiri sekarang, dua hari setelah peristiwa itu terjadi.

Di depan meja Kim Namgil berhadapan dengan seorang pria yang hanya berjarak dua sentimeter lebih pendek darinya.

Surai kecoklatan dengan pipi bulat bersemu pink bermandi cahaya matahari dari luar jendelanya sedikit terangkat seiring bibir plump yang tersenyum manis.

"Kim Seokjin....hallo..." Jemari lentiknya terulur sopan.

"H-hai...." Namjoon menjabat erat tangannya.
Menatap kepala yang dimiringkan seolah menunggu sesuatu itu lekat tanpa berkedip.

"N-Namjoon....Kim Namjoon.....maaf..." Ia mengerjap setelah sadar belum memperkenalkan diri secara formal.

Pria itu mengangguk lalu melepas genggaman tangannya perlahan.

"Okay!" Tepukan tangan sang kapten seolah menyadarkan keduanya.

"Silahkan saling mengenal"
"Aku telah menjelaskan beberapa aturan yang mungkin sedikit berbeda dengan tempat kerja partner barumu dulu, Namjoon"

"Kuharap kalian dapat segera bekerja sama dengan baik"

"Anyang? Kau berasal dari kepolisian Anyang?" Langkah lebar sang pria menemani rekan barunya menyusuri koridor kantor kepolisian tempat mereka berdua bekerja sekarang.

"I-iya.....ada yang aneh?" Seokjin menoleh mengerutkan dahi dengan senyum tipis tersungging di bibirnya.

"Tidak.....tidak..." Namjoon terkekeh.
"Hanya saja.....kau tidak terlihat seperti detektif dari luar kota ini, maksudku...."

"O ya? Lalu, aku terlihat seperti apa?" Pria itu mengangkat alis tanpa menghilangkan senyumnya.

"AAAAAAAARRRGGHHHHH!"

Teriakan keras membuat keduanya menoleh cepat pada sumber suara yang berada satu lantai di bawah mereka.
Berlari cepat menuruni tangga lalu berhenti berseberangan dengan seorang wanita berpakaian compang camping berdiri dengan rambut kusut juga sebuah potongan kaca pada genggaman tangannya.

"Nona....tenanglah..." Seorang petugas keamanan berjalan pelan mendekatinya dengan hati-hati.

"Menjauh!" Darah segar menetes dari tangan wanita itu seiring genggamannya yang mengerat.

Namjoon bergeser maju dengan perlahan menutupi separuh tubuh rekan barunya, lengannya sedikit melebar seolah menghalangi tubuh Seokjin untuk bergerak maju seiring instingnya muncul untuk melindungi sang rekan.

Kedua alis Seokjin terangkat pelan menyadari hal itu. Ia mendengus tersenyum dan tertunduk singkat.

"Namjoon....." Jemarinya menyentuh lembut lengan yang masih berada di depan tubuhnya kemudian berbisik pelan.

"She's not......her...."

"Apa?....." Namjoon melirik bersamaan dengan sang pria yang melangkah maju.
"Seokjin! Jangan....."

Telapak tangan Seokjin sedikit terangkat mengisyaratkan sang rekan agar diam dan membiarkannya.

Panik, Namjoon menarik senjata api yang terselip di belakang pinggangnya. Melirik kanan ke kiri mengisyaratkan agar beberapa petugas yang berada di sekitarnya untuk tetap tenang sementara jantungnya sendiri berdegup kencang.


"Kau siapa?" Ucapnya tenang setelah berada dengan jarak hanya kurang dari satu meter dari wanita itu.

"Menjauh!" Wanita itu menggeram kemudian terisak keras. Pecahan kaca dalam genggaman tangan itu terangkat pada sisi lehernya.

"To.......tolong......"
"Tolong a...ku..." Ucapnya lirih.

"Aaaaaaarrgghhhhhh!"

Dengan cepat Seokjin menarik genggaman tangan dengan pecahan kaca itu menjauh dari leher sang wanita. Memutarnya ke belakang kemudian memeluk sang wanita lalu membisikkan sesuatu di telinganya.

Sesaat kemudian wanita itu terkulai lemas. Ditendangnya pecahan kaca yang terjatuh dari tangannya menjauh.

"Wanita ini aman....tolong bawa dia ke rumah sakit" Seokjin tersenyum pada salah satu petugas yang masih menatapnya tak percaya kemudian bergegas pergi meninggalkan tempat itu.



"What the hell was that?" Namjoon yang masih shock dengan kejadian barusan pun membuang nafas singkat.

Seolah baru saja tersadar bahwa sang rekan tak lagi berada disana, ia berlari mencarinya.
Para petugas berkerumun di sekitar wanita yang terlihat kebingungan dari sadarnya. Tapi bukan itu yang menjadi kekhawatirannya sekarang.



"Seokjin?" Namjoon membuka pintu toilet dengan hati-hati.

"Hey...."
Seokjin yang terlihat menopang tubuh dengan kedua tangan di atas wastafel pun segera merapikan kemejanya kemudian dengan cepat mengambil tissue untuk mengeringkan wajahnya.

"K-kau baik-baik saja?" Menelan ludah singkat, Namjoon membalikkan tubuh sang pria perlahan. Menatap wajah pucatnya lekat dengan penuh pertanyaan.

"Namjoon......"

"Ada sesuatu yang harus kau tahu tentang aku..."

ParadoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang