Home

62 9 0
                                    



🔞


"Jimin! Fokus!" Namjoon mengguncang bahu pria yang lebih kecil itu untuk kesekian kalinya.

"M-maaf....maaf, Namjoon..." Diliriknya suara langkah berat beberapa orang yang mendekat.

"Hoseok!" Namjoon menghampiri sang kapten yang berlari panik.

"Kenapa kau tidak langsung menghubungiku, bodoh!"

"Kau tidak akan mengerti, Hoseok...."
"Aku harus berjalan kaki puluhan kilometer dengan rasa sakit di seluruh tubuhku sampai ponselku berhasil menghubungimu"
"Ini adalah tanah terkutuk, tidak ada yang bisa berbuat apa-apa di dalamnya"

"Tidak sampai makhluk itu mengambil Seokjin dan Yoongi" Namjoon melirik hati-hati pada Jimin yang kembali melamun menatap tempat mereka menghilang.

"Lalu dimana Seokjin dan dokter Min?" Hoseok mengerutkan dahinya dengan tatapan memindai keadaan sunyi di sekitarnya.

"Kita mulai mencari dari sini, okay..." Namjoon mengusap wajahnya kasar.
"Mereka menghilang ditelan bumi......dalam artian yang sebenarnya" Ia mendengus dan mengacak rambutnya kesal.

"Okay...okay.....tenang..." Hoseok yang berusaha mengerti pun mengangkat kedua telapak tangannya di depan dada. Ia mengisyaratkan beberapa pasukannya untuk berpencar. Sementara Namjoon dan Jimin mencari di sekitar pemakaman gelap tempat mereka berdiri saat ini.

Mereka mulai meneriakkan nama Seokjin dan Yoongi. Menelusuri batu-batu nisan usang yang termakan usia.


"Aku tidak bisa melindunginya....." Beberapa menit berlalu tanpa hasil, Namjoon pun berdiri terdiam di depan sebuah nisan yang telah terbelah.
Ia mendengus tersenyum getir.
"Sekarang untuk menemukannya saja aku tidak bisa..."

"Namjoon...." Hoseok yang berjalan di depannya pun berbalik lalu mendekat.
"Kau yang bilang jika ini bukan kasus biasa..."

"Aku terlalu meremehkan kasus ini, Hoseok..."
"Sama sekali tak terpikir akan seperti ini"
"Jika saja aku mau mendengarkan kata Seokjin....mungkin ini semua tidak akan terjadi" Ia duduk di atas sebuah batu dan membekap wajahnya.


"Namjoon...." Jimin yang berada di belakang mereka pun berucap pelan.
"N-Namjoon.....lihat...." Telunjuknya mengarah pada kilau cahaya redup yang muncul dari tempat keduanya menghilang.

Namjoon menegakkan kepala, berdiri kemudian berlari serampangan melompati batu-batu nisan tanpa peduli jika makam di bawah sepatu bootsnya hancur.
Para petugas yang masih berada dekat dengan tanah yang perlahan terkuak lebar itu pun menjauh dengan senapan yang terbidik.

"Jangan tembak!" Namjoon yang telah tiba disusul oleh Jimin dan Hoseok di belakangnya pun melebarkan kedua lengannya di udara.

Kilau cahaya terpancar pada pantulan kedua bola matanya, ia terus menatap pada lingkaran yang semakin membesar itu tanpa berkedip.
Hingga sebuah ledakan halus menyeret tubuh mereka mundur beberapa langkah dengan lengan melindungi kepala.

Cahaya dan rongga itu pun menghilang bak terhisap. Menyisakan dua raga yang bersimpuh dengan kedua tangan saling berjalin erat.

"Seokjin?" Namjoon melangkah ragu.


"Namjoon........" Seokjin menoleh dan mendengus tersenyum.

"Seokjin!" Namjoon berlari menangkap tubuh lemah yang berusaha berdiri itu panik.
"Kau selamat.....kau selamat!" Didekapnya pria itu erat.

"Tidak....kau terluka....."

"Tidak apa-apa, Namjoonie....." Seokjin memperhatikan raut wajah tegang sang pria yang tak berhenti menyentuh tiap bekas darah pada kemejanya kemudian tersenyum kecil.

"Aku kembali..."


"Damnit!" Namjoon kembali menarik tubuh ramping itu ke dalam dekapannya.

Seokjin memejamkan mata, membalas pelukannya lemah dan mengusap-usap punggung sang pria. Membiarkan Namjoon menangis di atas bahunya.

"Never do that again!" Namjoon melonggarkan pelukannya, menggenggam kedua lengannya erat dan menatapnya tajam.

"I have to, Namj...." Ucapannya terhenti ketika bibirnya terbungkam oleh sang pria yang menciumnya lembut.

"I said.....never do that.....again..." Namjoon berbisik melepas ciumannya dan menyatukan dahi mereka.

"Aku tidak akan pernah sanggup kehilangan dirimu"
"Tidak akan...." Ia menggeleng dan memejamkan matanya erat.

Tak menjawab, Seokjin mengusap pipi sang pria yang basah kemudian mengecup bibirnya lagi. Pelan dan lama.



"Okaayyyy.....tidak ada yang perlu dilihat disini..." Hoseok mendorong para petugas yang tengah asyik memperhatikan dua manusia di hadapan mereka berpadu kasih.

"Oh....apa lagi ini...." Hoseok memutar bola matanya malas saat menoleh dan mendapati sepasang kaki petugas keamanan ruang jenasah itu telah melingkar di pinggang sang dokter dengan pelukan yang enggan melonggar.

"Kau semacam koala atau apa?"


. . .



"Sakit?" Namjoon berbisik membelai wajah sang pria yang meringis pelan di bawah kungkungannya.

Seokjin menggeleng setelah terdiam sejenak dan menyesuaikan dirinya dengan kejantanan Namjoon yang perlahan menyusup mengisi bagian bawah tubuhnya.
"S-sedikit....." Ia menggigit bibir bawahnya.

"I'll move it slowly...." Namjoon merendahkan tubuhnya, menopangnya dengan kedua siku lalu menenggelamkan wajahnya di ceruk leher jenjang Seokjin yang terpejam.
"Gigit aku jika kau merasa sakit...."

"Nghhhhh...." Sebuah lenguhan pelan meluncur tak disengaja saat suara berat berbisik itu mengalun di telinganya.

Namjoon mendengus tersenyum dan kembali menggerakkan tubuhnya perlahan. Mengatupkan bibirnya rapat menahan gejolak yang meledak-ledak dalam tubuhnya yang semakin memanas.

"Hhhh...." Ia semakin menenggelamkan wajah saat bibir lembab itu menyentuh bahu kekarnya. Menggigitnya tanpa tenaga dan menjilat lehernya sensual.

"Ffff.....aaahhhh!" Akhirnya Namjoon menggeram rendah.

"Faster....." Seokjin berbisik sebelum menyapu lidahnya pada daun telinga sang pria. Yang tentu saja membuat Namjoon semakin gila.

Desahan keras dan lenguhan terus meluncur dari bibir terbuka Seokjin. Tubuhnya melengkung tinggi saat milik Namjoon menyentuh titik kenikmatannya.

"Don't stop.....don't stop please..." Seokjin merengek kecil mencengkeram erat punggung bidang sang pria yang semakin menggila di atas tubuhnya.

Namjoon menggeleng singkat setelah kembali menegakkan tubuhnya. "Gorgeous......damnit...." Ia meringis ketika miliknya mulai berkedut dan terasa semakin menegang di dalam sana.

"Nam.....i'm gonna cum....angghhhh...." Seokjin meracau tak karuan dengan satu tangan meremas seprai di samping kepalanya. Sebelah tangannya merayap lalu menyentuh dan mengurut miliknya sendiri yang telah berlumur precum.
"Namjoonhhh....."

"Sssshhh...." Namjoon menjauhkan tangan Seokjin dan kembali menindih tubuhnya, menggesek kejantanan Seokjin dengan perutnya seiring gerakan pinggulnya yang semakin tak beraturan.
Ia kemudian terdiam dan menggeram rendah. "Ah.......nghhhhh...." Kedua tangannya mengepal erat di sisi kepala Seokjin yang terkulai lemas setelah pelepasannya.


"J-jangan...." Namjoon tersentak saat jemari nakal Seokjin meremas bokongnya yang masih sensitif.

"Please....please....geli..." Ia kemudian tertawa menjauhkan tangan sang kesayangan dengan tubuhnya yang tersentak-sentak.

Seokjin tertawa senang kemudian beranjak tanpa melepas penyatuan mereka, mengecupi leher dan bibir Namjoon yang kini berada di bawahnya.
"I love you so much, Kim Namjoon..." Bisiknya rendah.

"T-tunggu.....Seokjinnnnhhhhh....."

ParadoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang