4 : Kamu Tidak Sendiri

24 2 0
                                    

"Jangan biarkan kata-kata dan tindakan mereka membuatmu meragukan dirimu sendiri. Kamu adalah seseorang yang berharga, dengan kekuatan dan kebaikan yang tidak bisa diukur oleh apa yang mereka katakan atau lakukan. Kamu memiliki banyak cinta di dalam dirimu, dan kamu layak mendapatkan yang terbaik."
~ Rayenka Zafir Kaivan.

****

Di tengah hiruk-pikuk keramaian taman kampus, dua sosok duduk bersebelahan di sebuah kursi panjang dekat air mancur. Rayen dan Shakira, dua sahabat yang telah saling mengenal sejak kecil, menikmati keindahan sore itu bersama. Mereka telah melewati banyak hal bersama—dari tawa hingga air mata, dari impian masa kecil hingga realita yang kini mereka hadapi.

Air mancur di hadapan mereka menderu dengan lembut, menambah ketenangan di tengah keramaian mahasiswa yang lalu-lalang. Meski taman itu dipenuhi oleh suara canda, tawa, dan percakapan yang riuh, ada keheningan yang nyaman di antara mereka. Keduanya tak perlu banyak bicara; persahabatan mereka telah melampaui kata-kata.

Shakira memandang ke depan, matanya yang lelah namun penuh keteguhan menatap air mancur yang berkilauan di bawah cahaya senja. Ia merasakan kehangatan persahabatan Rayen di sampingnya, sebuah kehadiran yang selalu menjadi sandarannya, bahkan di saat-saat tersulit.

Saat itu, di tengah keramaian yang tampak tak peduli, ada dua hati yang saling menguatkan dalam keheningan. Taman kampus yang biasanya hanya menjadi tempat persinggahan sesaat, kini menjadi saksi bisu dari sebuah persahabatan yang telah teruji oleh waktu dan keadaan.

Rayen menoleh ke arah Shakira, wajahnya penuh dengan rasa bersalah yang samar namun terlihat jelas di matanya. "Maaf ya, kalau aku bawa kamu ke tempat ramai malah," ujarnya dengan suara lembut, hampir seperti bisikan. Dia tahu betul bahwa keramaian bukanlah pilihan ideal bagi Shakira yang sedang berjuang dengan kondisi kesehatannya.

Shakira menatap Rayen dengan senyum kecil yang mencoba menenangkan. "Kamu tahu kan alasannya?" lanjut Rayen, dengan nada yang penuh keprihatinan.

Shakira mengangguk pelan, memahami maksud sahabatnya itu.
"Tau kok, Kak," jawab Shakira dengan nada ringan, meski matanya tetap lembut menatap sahabatnya. "Di dalam agama Kakak, laki-laki dan perempuan nggak boleh berduaan di tempat sepi kan?" lanjutnya, sedikit menggoda namun dengan pemahaman yang mendalam.

Rayen terkekeh pelan, sedikit terkejut bahwa Shakira begitu peka terhadap keyakinannya. "Iya, kamu benar," jawab Rayen, mengangguk dengan rasa hormat. "Aku cuma nggak mau kita melakukan hal yang bisa membuat kita merasa nggak nyaman atau salah."

Shakira mengangguk kembali, menghargai sikap Rayen yang selalu memikirkan hal-hal kecil demi kebaikan mereka berdua. Meski situasi yang mereka hadapi tak mudah, kehangatan persahabatan dan penghargaan terhadap keyakinan masing-masing membuat mereka tetap erat dan saling mendukung. Di tengah keramaian taman itu, mereka menemukan cara untuk tetap menjaga kebersamaan tanpa melanggar batas-batas yang mereka yakini.

Rayen tersenyum kecil mendengar tanggapan Shakira. "Iya, Shaki," katanya lembut, "Maka dari itu aku pilih tempat ini. Kita nggak berdua di sini, tapi ada orang di samping kita."

Dia menatap sekeliling, memastikan bahwa meski mereka tidak sendirian, mereka tetap bisa menikmati waktu bersama dengan tenang. "Maaf juga ya, aku nggak bisa duduk terlalu dekat denganmu," lanjut Rayen, dengan nada yang tulus dan penuh perhatian.

Shakira menanggapinya dengan senyum hangat. "Nggak apa-apa, Kak. Toh, setiap kali juga begini, kan?" jawabnya dengan nada yang penuh pengertian. Sejak dulu, mereka selalu menjaga batas-batas yang ada, menghormati satu sama lain dengan cara yang paling sederhana namun berarti.

"Sekarang kamu mau cerita?" tanya Rayen pelan, suaranya penuh kesabaran dan perhatian.

Dia tahu bahwa ada banyak hal yang mungkin Shakira ingin sampaikan, namun selama ini selalu disimpannya sendiri. Rayen tidak ingin memaksa, tapi dia juga ingin menjadi tempat di mana Shakira bisa berbagi, tanpa takut dihakimi atau merasa terbebani.

 Shakira: Mengetuk Pintu yang Tak SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang