15 : Shakira dan Perasaannya

19 1 0
                                    

"Namun pada akhirnya aku dan kamu tidaklah sama."
~Shakira Carletta Anjani

****

Cahaya bulan yang samar-samar masih tergantung di langit, menatap dengan tenang pada dunia yang terlelap. Udara dingin subuh menusuk, merayap masuk melalui jendela-jendela yang belum tertutup rapat, mengisi ruang dengan kesejukan yang lembut.

Di kejauhan, bintang-bintang mulai memudar, seolah-olah menyerah pada fajar yang perlahan menyusup di balik cakrawala.

Embun pagi menggantung di dedaunan, berkilauan dalam kegelapan yang hampir pudar. Keheningan menyelimuti setiap sudut kota, hanya terdengar derik serangga malam dan desiran angin tipis yang berbisik di antara pepohonan.

Langit perlahan berubah warna, dari hitam pekat menjadi abu-abu kebiruan, seakan alam menarik napas dalam-dalam sebelum menyambut hari.

Suara-suara kehidupan masih terbungkus dalam tidur, menunggu detik-detik terakhir sebelum adzan pertama bergema, memecah ketenangan yang suci ini.

Di sudut masjid yang masih diselimuti cahaya temaram, seorang pemuda berdiri tegap menghadap kiblat.

Suaranya belum terdengar, tapi ketenangan wajahnya mencerminkan niat yang tulus. Langit di luar masih pucat, menyisakan sisa-sisa kegelapan yang sebentar lagi akan tersapu oleh fajar.

Pemuda itu mengangkat tangannya perlahan, mengusap wajahnya dengan keheningan khusyuk, meresapi momen sebelum adzan pertama hari itu berkumandang. Ada kesungguhan dalam setiap gerakan, seolah ia sedang berdialog dengan Sang Pencipta di balik keheningan yang suci.

Saat bibirnya mulai bergerak, gema suara takbirnya menggetarkan udara masjid yang kosong, melantun lembut namun penuh kekuatan.

Rayen menarik napas dalam-dalam, lalu mengumandangkan adzan dengan penuh kekhidmatan. Suaranya menggema, merasuk ke seluruh penjuru masjid, mengundang jiwa-jiwa yang tenang untuk segera bergegas menuju Tuhan.

“Allahu Akbar, Allahu Akbar." Suara Rayen kuat dan merdu, memuji kebesaran Allah, menggema hingga langit subuh yang mulai terang.

“Allahu Akbar, Allahu Akbar." Sekali lagi, gema itu seolah memenuhi ruang kosong, memanggil dunia yang masih setengah terlelap.

“Asyhadu alla ilaha illallah." Rayen melafalkannya dengan tegas, menyatakan keesaan Allah, menyentuh hati yang mendengarnya.

“Asyhadu alla ilaha illallah." Suaranya lembut tapi mantap, seakan mengajak seluruh makhluk ikut bersaksi.

“Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah." Suara Rayen begitu mengalir dengan penuh penghormatan, mengingatkan semua akan risalah Rasul-Nya.

“Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah." Llafal itu kembali terdengar, menjalar ke segala arah, melintas di udara pagi yang dingin.

“Hayya ‘alas shalah." Panggilan untuk shalat dilantunkan dengan penuh kasih, mengundang setiap orang untuk datang memenuhi seruan.

“Hayya ‘alas shalah." Rayen mengulangi lagi, suaranya membangunkan jiwa-jiwa yang masih tenang dalam tidurnya.

“Hayya ‘alal falah." Ajakan menuju kemenangan, panggilan untuk meraih keberkahan dan kebaikan di hari yang baru.

“Hayya ‘alal falah." Diulangnya lagi, penuh harap dan ketulusan.

“Allahu Akbar, Allahu Akbar." Suara Rayen kembali meninggi, memuji kebesaran Sang Pencipta yang tak terhingga.

“La ilaha illallah." Kalimat terakhir itu diucapkan dengan lembut, menutup adzannya dengan sebuah pernyataan keimanan yang sempurna.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 Shakira: Mengetuk Pintu yang Tak SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang