5 : Aku Ada Untukmu

13 2 0
                                    

Sore itu, langit berwarna jingga keemasan, seolah matahari sedang berpamitan dengan lembut kepada dunia. Jalanan menuju rumah Rayen tampak lenggang, hanya sesekali dilalui oleh kendaraan yang melaju pelan, seakan terbawa suasana tenang yang meliputi sore hari itu. Pepohonan di sepanjang jalan bergoyang lembut, daunnya menari mengikuti irama angin yang berhembus sepoi-sepoi, menyapu permukaan jalan yang tertutup bayangan panjang.

Udara sore terasa hangat, menyelimuti tubuh dengan kelembutan yang menenangkan. Di kejauhan, burung-burung mulai kembali ke sarangnya, menciptakan harmoni yang berpadu dengan suara gemerisik dedaunan. Langit yang perlahan berubah warna menjadi lebih gelap, dihiasi oleh semburat warna ungu dan merah muda, menambah nuansa magis pada sore itu.

Sesekali, suara tawa anak-anak yang bermain di halaman rumah terdengar samar, menambah kehangatan suasana. Rumah-rumah di sepanjang jalan terlihat tenang, lampu-lampu mulai menyala, menerangi jalanan yang semakin redup. Setiap langkah di jalan itu terasa seperti menyusuri lorong waktu yang membawa ketenangan, jauh dari hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari.

Di sudut jalan, rumah Rayen terlihat, berdiri dengan kokoh namun penuh kehangatan. Halaman rumahnya dihiasi bunga-bunga yang bermekaran, menyambut siapa pun yang datang dengan semerbak wangi yang lembut. Suasana di sekitar rumah itu seolah mengundang untuk masuk, menawarkan ketenangan dan kenyamanan yang tak tergantikan. Sore itu, jalanan lenggang menuju rumah Rayen bukan hanya sebuah rute, melainkan perjalanan menuju kedamaian, tempat di mana hati yang lelah bisa beristirahat dan menemukan ketenangan yang sejati.

Tok.. tok..

Suara ketukan pintu kayu terdengar lembut, membelah keheningan sore di rumah yang hangat itu. Rayen berdiri di depan pintu, sedikit tersenyum meski kelelahan terpancar di matanya. Tangan kirinya mengusap pelan gagang pintu, seolah ingin merasakan kehangatan yang selalu dia dapatkan setiap kali kembali ke rumah ini.

"Ummaa... Ray pulang..." suaranya terdengar rendah namun penuh keakraban, seperti panggilan yang selalu membawa rasa nyaman ke dalam hatinya. Panggilan itu bukan sekadar kata-kata, tapi lebih seperti sebuah mantra yang membawa kembali semua kenangan dan cinta yang telah membentuknya selama ini.

Dari dalam, terdengar langkah-langkah lembut mendekat. Tak lama kemudian, pintu terbuka, memperlihatkan sosok Umma Rayen, Hanna yang tersenyum hangat, wajahnya memancarkan kasih sayang yang tak pernah pudar.

"Ray..." Hanna menyambut anaknya dengan pelukan yang lembut namun kuat, seolah ingin memastikan Rayen tahu betapa dia dirindukan.

Rayen balas memeluk ibunya, merasakan kedamaian yang sudah lama diharapkannya setelah hari yang panjang. "Ray pulang, Umma. Tapi maaf, Ray nggak pulang sendiri." bisiknya pelan, suaranya hampir tenggelam dalam rasa haru yang memenuhi dadanya.

Hanna melepaskan pelukannya sedikit, lalu menatap wajah putranya dengan sedikit kebingungan. "Nggak pulang sendiri, maksudnya?"

Rayen tersenyum kecil, lalu menggeser tubuhnya ke samping, memperlihatkan dua sosok yang telah memasang senyum tengil sejak tadi, Hanzel dan Kaleel, yang berdiri mengapit seorang gadis yang terlihat lemah namun tersenyum hangat di tengah mereka.

Mata Hanna berbinar saat mengenali siapa gadis itu. "Shakira...?" suaranya penuh kehangatan dan sedikit keterkejutan.

Shakira mengangkat wajahnya yang pucat, tetapi senyum manisnya tetap tak hilang. "Amyyy!!" serunya, suaranya terdengar penuh dengan kebahagiaan meski keadaannya tidak sebaik biasanya.

Hanna segera mendekat dan merengkuh Shakira dalam pelukan, sama hangatnya seperti yang ia berikan pada Rayen. "Shakira sayang, senang sekali kamu datang. Masuklah, kamu pasti lelah."

Shakira merasakan air mata menetes di pipinya, tapi kali ini bukan karena kesedihan. Pelukan dan sapaan hangat dari Hanna adalah yang selama ini ia rindukan, sebuah pelabuhan yang membuatnya merasa aman. Hanzel dan Kaleel saling bertukar pandang, merasa lega melihat Shakira sedikit lebih ceria meski kondisi fisiknya masih belum pulih sepenuhnya.

 Shakira: Mengetuk Pintu yang Tak SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang