3 : Dia, Shakira

50 1 0
                                    

"Kadang, air mata itu perlu buat menyembuhkan luka hati. Jangan takut untuk merasa."
~Dewani Hanasta Saphire
****

Dalam cahaya senja yang lembut, seorang gadis berusia 19 tahun melangkah dengan tenang dan penuh percaya diri. Tangan kanannya menggenggam erat sebuah busur panah, sedangkan di punggung mungilnya tergantung sebuah quiver yang penuh dengan anak panah yang siap dilepaskan.

Setiap langkahnya bagaikan tarian anggun di atas rumput hijau yang luas, seolah-olah bumi itu sendiri menyambut kehadirannya. Matanya yang bercahaya memancarkan keteguhan hati, sementara angin lembut menggoda rambut panjangnya yang hitam berkilau.

Di tengah lapangan terbuka, sebuah kuda putih berdiri dengan gagah, menantikan sang gadis. Kuda itu meringkik pelan, seolah-olah menyapa sahabat lamanya. Gadis itu mendekat, dan dengan sentuhan lembut, ia meletakkan tangannya di leher kuda, merasakan kehangatan dan kekuatan hewan itu. Hubungan antara mereka begitu kuat, seolah-olah mereka telah berbagi banyak petualangan bersama.

Gadis itu menghela napas dalam-dalam, merasa siap menghadapi apa pun yang akan datang. Dia melangkah ke samping kuda, dan dengan gerakan yang luwes, ia naik ke atas punggungnya. Dengan busur di tangan dan tekad di hati, gadis itu siap untuk melanjutkan perjalanannya yang penuh tantangan dan misteri.

Gadis itu menunggangi kudanya dengan kecepatan sedang, menjaga keseimbangan dan kontrol. Tangannya yang cekatan memacu kuda putihnya, membuat hewan itu berlari dengan gesit melewati berbagai rintangan yang ada di lapangan itu.

Rintangan demi rintangan dilewati dengan keanggunan yang luar biasa. Setiap loncatan, setiap belokan, semuanya dilakukannya dengan presisi dan ketenangan yang mengagumkan. Rambut hitamnya yang panjang berkibar di belakangnya, selaras dengan irama langkah kuda yang semakin cepat.

Sebuah pagar kayu tinggi menghadang di depannya. Tanpa ragu, gadis itu menarik kendali, memberi isyarat kepada kuda untuk melompat. Dengan kepercayaan penuh, kuda itu melompat tinggi, melewati pagar dengan mudah. Senyum tipis terukir di wajah gadis itu, merasakan adrenalin dan kebebasan yang mengalir dalam darahnya.

Di balik senyumnya tersembunyi sebuah tujuan, sebuah misi yang harus diselesaikan. Setiap rintangan yang dilewatinya bukan sekadar latihan, tetapi bagian dari persiapan untuk sesuatu yang lebih besar. Gadis itu tahu bahwa di ujung lapangan ini, sebuah petualangan baru menantinya.

Gadis itu tersenyum miring ketika matanya menangkap sebuah target yang harus dilaluinya. Satu tangannya yang membawa busur terangkat dengan anggun, sementara tangan yang lain dengan cepat dan cekatan meraih anak panah dari arrow rest di punggungnya.

Ia menarik tali busur dengan yakin, kekuatan dan ketenangan berpadu dalam gerakan yang sempurna. Matanya yang tajam menyipit, fokus sepenuhnya pada target yang berada di depannya. Ia mengambil napas dalam-dalam, membiarkan dunia di sekitarnya menghilang, hanya menyisakan dirinya dan target itu.

Dalam sekejap, ia melepaskan anak panah. Suara desing panah memecah keheningan, melesat lurus dan cepat menuju sasarannya. Gadis itu tidak berkedip, matanya mengikuti perjalanan anak panah dengan penuh konsentrasi. Detik-detik terasa lambat saat anak panah itu mendekati target.

Anak panah itu menancap dengan sempurna di tengah-tengah target. Gadis itu menghela napas lega, senyum miring kembali menghiasi wajahnya. Ia tahu, setiap anak panah yang ditembakkan bukan sekadar latihan, tetapi bukti dari kerja keras dan dedikasinya.

Gadis itu kembali memacu kudanya, melesat menuju target berikutnya dengan kecepatan yang semakin meningkat. Setiap langkah kuda putihnya menghentak tanah dengan kekuatan yang anggun, menciptakan irama yang menggema di seluruh lapangan.

Jlep

Jlep.

Jlep

Tangan mungilnya bergerak dengan lincah dan presisi, melepaskan anak panah satu demi satu. Setiap anak panah melesat cepat melalui udara, menuju target yang berjarak.

 Shakira: Mengetuk Pintu yang Tak SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang