14 : Foto

24 2 0
                                    

Di sore hari yang tenang, sinar matahari lembut menyinari rumah Rayen. Rumahnya dipenuhi cahaya hangat yang menciptakan suasana nyaman di ruang tamu.

Rayen baru saja pulang bersama adik-adiknya, Athaya dan Anaya. Mereka menikmati waktu mereka di pameran seni, dan gelak tawa mereka mengisi ruang rumah dengan keceriaan.

Rayen memasuki rumah, matanya menyipit menyadari kehadiran seseorang yang sedikit asing di ruang tamu. Sosok gadis berhijab itu sedang duduk berbincang dengan ibunya, Hanna.

Rayen memperhatikan wanita itu dengan seksama, merasa ada sesuatu yang familiar dari wajahnya. Dia tampak tersenyum ramah, tetapi Rayen merasa enggan untuk menyapanya.

Hanna, yang menangkap pandangan sang putra, segera memanggil Rayen dengan lembut. "Rayen, kamu ingat nggak? Ini Qisha, anak teman Umma waktu Umma kuliah dulu."

Rayen kembali menatap gadis berhijab yang berdiri di depan ibunya. Namun, Rayen hanya memberi tatapan singkat, kemudian mengalihkan pandangannya dengan jelas menunjukkan ketidaktertarikannya.

"Aku nggak kenal, Umma," jawab Rayen singkat, sambil menyibukkan diri dengan barang-barangnya.

Hanna, yang merasakan ketegangan itu, berusaha tersenyum sambil menjelaskan.

"Qisha ini datang dari jauh untuk mengunjungi kita. Dia juga anak salah satu teman lama Umma. Mungkin kamu bisa berbicara dengannya sebentar."

Qisha, yang merasa sedikit canggung dengan suasana, tetap tersenyum dengan sabar, berharap bisa membuat kesan yang baik di hadapan Rayen meski tampak tidak mudah untuk memecah ketegangan itu.

"Aku Qisha." Sapa gadis itu dengan senyum lembut.

"Hmm."

"Kamu tidak ingin mengenalku?" Mata gadis itu mengerjap.

"Umma sudah memberitahu namamu. Itu cukup."

Rayen merasa tidak nyaman dengan situasi itu, memilih untuk duduk di sofa dengan terlihat canggung. Qisha yang masih duduk di dekat ibunya, terus berusaha mempertahankan senyuman hangatnya, meskipun Rayen tampak enggan berinteraksi.

Hanna, mencoba mencairkan suasana. "Qisha, ceritakan sedikit tentang dirimu. Rayen mungkin lebih tertarik jika tahu lebih banyak tentangmu."

Qisha mengangguk dan mulai bercerita dengan antusias.

"Aku baru datang ke sini beberapa waktu lalu dan sedang mencari kesempatan untuk berkenalan dengan teman-teman baru. Kebetulan, aku juga sangat menyukai seni, sepertimu."

Sementara itu, Rayen mendengarkan dengan setengah hati. Cowok itu merasa agak tidak nyaman dengan perhatian yang diberikan Qisha padanya. Meskipun begitu, dia tetap berusaha menunjukkan sikap sopan.

Qisha merunduk berharap dapat menciptakan momen yang membuat Rayen merasa lebih nyaman, dengan harapan dapat mengubah pandangan Rayen tentangnya.

Mungkin, suatu hari nanti, membuat hubungan mereka lebih dekat.

"Aku tidak suka seni."

"Tapi kenapa kamu pergi ke pameran seni?"

Rayen mendengus, tampak semakin tidak sabar.

"Aku hanya pergi bersama adik-adikku." Jawabnya dengan nada malas, jelas menunjukkan ketidaktertarikan yang mendalam

Hanna merasakan ketegangan antara putranya dan putri kawannya. Wanita itu berusaha mengalihkan perhatian.

"Qisha, bagaimana dengan aktivitas lain? Apakah kamu memiliki hobi atau minat lain?"

Qisha melihat ini sebagai kesempatan untuk menarik perhatian Rayen.

 Shakira: Mengetuk Pintu yang Tak SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang