7 : ASDOS ganteng?

15 3 0
                                    

"Bahkan seseorang yang aku inginkan untuk menjadi sosok pelindung bagiku, menganggapku sebagai sampah yang pantas untuk dibenci!"
~ Shakira Carletta Anjani

*****

Pagi hari di rumah besar tersebut dimulai dengan aktivitas yang sibuk. Matahari baru saja terbit, dan sinarnya yang lembut menembus jendela-jendela besar, menciptakan pola cahaya yang hangat di lantai marmer.

Para pelayan dan pekerja rumah tangga sudah bergerak dengan cekatan. Beberapa di antaranya tengah menyapu dan mengepel lantai, sementara yang lain membersihkan perabotan antik dan menata bunga segar di vas kristal.

Di dapur, aroma berbagai makanan memenuhi udara. Para juru masak sedang menyiapkan sarapan mewah, lengkap dengan berbagai hidangan. Pekerja lain sibuk mengatur meja makan panjang dengan peralatan perak yang mengilap dan piring porselen.

Di luar, tukang kebun mulai merapikan tanaman dan menyiram bunga di taman yang terawat dengan baik. Suara gemericik air dari air mancur yang terletak di tengah halaman terdengar samar, memberikan nuansa tenang di tengah kesibukan tersebut.

Di ruang tengah, beberapa pelayan tampak sibuk menata ulang tata letak ruang di sana, menyesuaikan letak sofa dan memastikan bantal-bantal duduk tertata rapi. Jendela besar yang menghadap taman belakang dibiarkan terbuka, membiarkan angin sepoi-sepoi membawa aroma segar bunga ke dalam ruangan.

Di lantai atas, suasana tak kalah sibuk. Beberapa pekerja membersihkan kamar-kamar, mengganti seprai dan handuk dengan yang baru, memastikan segala sesuatunya sempurna sebelum penghuni rumah bangun. Suara-suara langkah kaki yang lembut di karpet tebal terdengar samar, menciptakan irama tenang di tengah hiruk-pikuk.

Seluruh rumah berdenyut dengan energi pagi hari yang khas, di mana setiap orang fokus pada tugasnya, menjaga harmoni dan ketertiban di tempat megah itu.

Suara-suara kecil, seperti gemerincing cangkir, langkah pelayan, dan bisikan perintah, semuanya berpadu menciptakan simfoni kesibukan yang tenang, menjadi latar belakang dari hari yang baru di rumah besar tersebut

Seorang pelayan setengah baya, melangkah pelan dengan membawa nampan perak yang berkilau di bawah cahaya pagi. Di atasnya terletak segelas jus jeruk yang tampak begitu segar, dengan butiran embun menetes di permukaan gelas, menandakan kesegaran yang tak terbantahkan.

Aroma citrus yang lembut tercium samar, seolah mengundang siapa pun yang ada di dekatnya untuk segera menikmati.

Bi Asih mendekati meja makan, di mana seorang gadis cantik duduk dengan anggun.

Shakira, dengan wajahnya yang masih terlihat pucat dan lemah, menatap keluar jendela besar yang menghadap taman, menikmati pemandangan pagi yang menenangkan. Meski tubuhnya belum pulih sepenuhnya, senyum manis tetap tersungging di bibirnya, memancarkan semangat yang tak pernah padam.

"Orange juice segar spesial buat non Shakira yang cantik," ucap Bi Asih dengan nada penuh kasih, senyumnya hangat seperti sinar mentari yang masuk ke dalam ruangan.

Shakira menoleh perlahan, matanya berbinar saat melihat jus kesukaannya. "Wahhh, terima kasih banyak, Bibi!" serunya dengan antusias, meski suaranya masih lembut.

Bi Asih tersenyum semakin lebar, melihat kilauan semangat di mata Shakira. "Semoga dengan jus ini, non bisa segera pulih dan kembali ceria seperti biasa, ya!" ujarnya penuh harap, sembari meletakkan gelas itu di depan Shakira.

Shakira meraih gelas dengan tangan gemetar, namun senyum di wajahnya tak pernah pudar. Seteguk jus jeruk itu menyegarkan tenggorokannya, membawa harapan baru di pagi yang indah ini.

"Enak banget, Bi! Seger juga!" seru Shakira sambil menutup matanya sejenak, menikmati kesegaran jus jeruk yang menyebar di mulutnya. Senyum kecil muncul di bibirnya, memperlihatkan kebahagiaan sederhana dari momen itu.

 Shakira: Mengetuk Pintu yang Tak SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang