8 : Nyebelin!

9 3 0
                                    

Kelas Shakira dipenuhi dengan suasana riuh dan energi yang tak tertahan. Begitu Rayen memasuki ruangan sebagai asisten dosen, reaksi mahasiswa langsung memecah keheningan. Suara bisikan, tawa, dan komentar saling bersahutan di antara mereka, menciptakan atmosfer yang penuh kegembiraan dan keterkejutan.

Beberapa mahasiswa saling berbisik, membahas penampilan Rayen yang sangat menawan dan karismatik. Ekspresi terkejut dan kagum terlihat jelas di wajah-wajah mereka saat mereka menoleh ke arah Rayen, yang berdiri tegak di depan kelas dengan tatapan tegas namun penuh wibawa.

Bisikan-bisikan terdengar dari barisan belakang, sementara yang lain ikut menanggapi dengan nada bersemangat.

Tawa riuh menggema di sudut-sudut kelas ketika mahasiswa membagikan reaksi mereka yang penuh antusiasme. Ada yang terpingkal-pingkal membayangkan betapa beruntungnya mereka bisa diajar oleh sosok yang selama ini mereka idam-idamkan.

“Kak Rayen?!” Seru Shakira dengan nada tercengang.

Rayen berdiri tegak di depan kelas, tatapannya tajam dan penuh wibawa. Cowok itu menatap seluruh kelas dengan serius.

Keberadaannya di sini adalah kejutan besar bagi semua orang, dan suasana kelas langsung dipenuhi dengan gemuruh bisikan dan obrolan penuh antusias.

Shakira, dengan mulut terbuka lebar dan mata terbelalak, merasa dunia sekelilingnya seakan berhenti berputar.

Shakira, yang masih merasa terkejut, secara diam-diam mengarahkan tatapannya ke arah Rayen dengan harapan dia bisa memahami isyaratnya.

Gadis itu mengedipkan mata beberapa kali dan memberi kode dengan gerakan halus, seolah meminta Rayen untuk mendekat ke arah barisan depan tempat dia duduk.

Rayen, yang menangkap sinyal itu dari sudut matanya, sedikit mengangkat alisnya. Meskipun ekspresinya tetap serius, dia tidak bisa menahan sedikit rasa penasaran.

Cowok itu mulai melangkah maju, mendekat ke arah Shakira dengan langkah yang tenang dan penuh kewibawaan, namun ada kehangatan tersendiri dalam tatapannya ketika dia melihat Shakira.

"Kak Rayen, kenapa di sini sih?!"

Rayen menatap Shakira dengan tatapan tajam dan sedikit menyeringai. Suaranya berat dan menembus kerumunan, membuat Shakira hampir tersedak dan merinding.

"Menurut kamu?" Jawabnya dengan nada dingin.

Jawaban Rayen membuat Shakira merasa tidak nyaman dan sedikit ketakutan. Tatapan Rayen yang tajam dan nada suaranya yang berat menciptakan aura menakutkan, seolah ada sesuatu yang tersembunyi di balik pertanyaan sederhana tersebut.

Shakira, dengan kepala sedikit merunduk dan suara bergetar menahan rasa takut, bertanya, “Cuma gantiin Bu Nirma doang, kan?”

Rayen menyeringai dengan senyum miring yang tampaknya penuh makna. Dengan nada berat yang seolah menyimpan ancaman, dia menjawab, “Oh! Tentu tidak, Shaki. I have a hard work for all, terutama untuk kamu.”

Jawaban Rayen membuat Shakira menelan ludah dengan kesulitan, rasa takutnya semakin menjadi-jadi. Senyuman miring dan nada suara Rayen menambah ketegangan, seolah ada sesuatu yang lebih besar dan menantang menunggu di depan, khususnya untuk dirinya.

Shakira semakin merasa tidak nyaman dengan situasi ini. Tatapan tajam Rayen yang mengawasi setiap gerak-geriknya membuatnya merinding. Dengan cepat, dia melirik ke arah Dewani yang duduk di sebelahnya.

“De... kok gue merinding, ya…” bisik Shakira dengan nada cemas.

Dewani, yang juga merasa tegang, menelan ludah gugup. “Ngeri banget Kak Rayen sumpah!” Ujarnya sambil menutup mata seolah berusaha menenangkan diri.

 Shakira: Mengetuk Pintu yang Tak SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang