49 - LAIN KALI

7.8K 841 67
                                    

Iqbal masuk ke dalam rumah Acha, disambut Kirana dengan hangat. Tak lupa Iqbal menyalami Kirana sesopan mungkin agar mendapatkan impression yang baik tentunya. Meskipun ini bukan pertama kali Iqbal bertemu Kirana, tetap saja Iqbal merasa lumayan gugup.

Meskipun kelihatannya gugup, di mata Acha Iqbal terlihat sangat tenang. Bahkan Acha tidak bisa melihat kegugupan sedikit pun dari ujung rambut hingga ujung kaki Iqbal. Cowok itu seperti sudah lihai dalam menghadapi situasi seperti ini.

"Di jalan macet nggak tadi Bal?" tanya Kirana membuka pembicaraan.

"Nggak Tante, meskipun ramai masih lumayan lenggang," jawab Iqbal sopan.

Kirana mengangguk-angguk, senyumnya pun terus mengembang. Kirana semakin menyadari kenapa putrinya tak bisa melupakan cowok setampan dan sesopan Iqbal. Jujur, sejak dulu pun Kirana juga ikut mengagumi sosok Iqbal guanna.

Selain pintar dan tampan, Iqbal juga memiliki sikap yang baik kepada orang yang lebih tua. Walaupun Acha sering bilang Iqbal orangnya cuek, orangnya dingin. Namun, selama enam tahun yang lalu, Kirana memandang Iqbal sebagai anak yang baik dan sopan.

"Kata Acha Iqbal masih suka kue buatan tante ya?"

"Iya Tante, rasanya nggak pernah berubah."

"Masih enak?"

"Enak banget."

"Tenang aja, tante udah buatin banyak untuk Iqbal. Nanti bisa Iqbal bawa pulang juga."

"Terima kasih Tante."

Kirana segera berdiri membuat Iqbal bingung.

"Tante masih harus nyiapin makan malam kita, jadi Iqbal ditemani Acha dulu ya."

"Iya Tante, maaf sudah merepotkan."

"Sama sekali nggak. Tante malah seneng akhirnya Acha bawa pacarnya ke rumah."

"Iya Tante, terima kasih."

"Udah makasihnya, Tante tinggal dulu ya." Kirana lantas menatap Acha dengan senyum menggoda. "Ajak Iqbal keliling rumah, mungkin Iqbal penasaran sama rumah kita."

Tanpa menunggu balasan Acha yang juga tak kalah bingung, Kirana langsung beranjak menuju dapur, meninggalkan Iqbal dan Acha berdua di ruang tamu.

Iqbal dan Acha saling bertatapan beberapa detik, kemudian mereka tertawa bersama. Merasa aneh dengan perintah Kirana.

"Iqbal mau lihat-lihat rumah Acha?" tanya Acha, ia berpindah duduk ke sebelah Iqbal.

"Boleh."

"Iqbal mau lihat mana dulu?"

Iqbal berdeham pelan, berpikir sebentar bagian dari rumah Acha yang mana yang membuatnya penasaran.

"Gue penasaran sama koleksi sapi-sapi lo."

"Sapi-sapi Acha?"

"Hm, makin banyak nggak."

Acha tersenyum canggung.

"Makin banyak dan makin nggak terhitung."

"Gue pengin lihat itu."

"Serius?"

"Iya."

Acha pun dengan berat hati mengangguk. Dia juga tidak perlu merasa malu. Toh sejak dulu semua orang terdekatnya sangat tau betapa Acha sangat menyukai boneka sapi.

MARIPOSA : MASA SEANDAINYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang