56 - PERTIMBANGAN

5.1K 531 24
                                    

Acha terbangun lebih dulu, ia turun dari kasur dan segera keluar dari kamar untuk memeriksa Iqbal yang tidur di sofa. Apakah sang pacar baik-baik saja?

Acha tersenyum tipis, melihat Iqbal yang masih tidur dengan pulas. Acha berjalan mendekat, kemudian duduk berlutut ingin menatap Iqbal lebih lekat.

Tangan Acha menyentuh pelan pipi Iqbal yang kenyal, kemudian beralih ke hidung Iqbal yang mancung.

"Hm." Iqbal terbangun karena sentuhan dari tangan Acha yang menurutnya dingin.

Acha terpelonjat kaget, sedikit memundurkan tubuhnya. Ada rasa bersalah sudah membuat Iqbal terbangun.

"Iqbal maaf, tidur Iqbal jadi keganggu gara-gara Acha."

Iqbal menggeleng sembari tersenyum. Matanya masih berusaha terbuka sempurna untuk melawan kantuknya.

"Pagi sayang."

Sungguh siapapun di dunia ini tolong sadarkan Acha agar tidak memikirkan hal-hal aneh di kepalanya. Suara berat Iqbal ditambah serak membuat jantung Acha langsung berdebar sangat cepat. Sangat sexy di telinga Acha!

"Pa... Pagi Iqbal," balas Acha mencoba melawan rasa gugupnya.

Tangan Iqbal terulur, menyentuh puncak kepala Acha dengan gemas.

"Pipi kamu kenapa merah?" goda Iqbal.

"Acha malu."

"Malu kenapa? Aku nggak ngapa-ngapain."

"Jangan pakai aku kamu!" protes Acha.

Iqbal menahan senyumnya.

"Kenapa nggak boleh?"

"Acha makin deg-degan sekarang."

Tawa Iqbal langsung terpecah, tak bisa lagi menahan rasa gemasnya akan tingkah sang pacar. Tangan Iqbal menyentuh pipi kanan Acha, membelainya dengan lembut.

"Natasha," panggil Iqbal lirih.

Acha mencoba mentralkan rasa gugupnya, memberanikan diri menatap Iqbal.

"Iya Iqbal?"

"Boleh minta morning kiss nggak?"

Kedua mata Acha langsung melebar, detakan jantungnya berdebar lebih cepat kali ini. Ciuman pagi? Bagaimana melakukannya? Acha harus mencium bagian mana? Acha harus jawab apa?

Sungguh, otak Acha tidak bisa diajak bekerja sekarang!!

"I... Iqbal mau dicum di mana?"

"Kamu bolehinnya di mana?"

"Iqbal jangan pakai aku kamu! Acha beneran gugup sekarang."

Iqbal menghela napas pelan, berusaha sabar. Kemudian Iqbal mengetuk pipi kanan Acha sebagai jawaban.

"Di pipi."

Acha berdeham pelan, berlagak seolah mempertimbangkan.

"Boleh nggak?" tanya Iqbal sengaja menggoda Acha lagi.

"Bo... Boleh. Tapi Iqbal harus tutup mata."

"Harus tutup mata juga?"

"Iya."

"Kenapa? Kan, cuma cium di pipi bukan bibir!"

"Iqbal bisa nggak sih ngomongnya jangan frontal gitu! Jantung Acha makin nggak aman."

MARIPOSA : MASA SEANDAINYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang