59 - THE WANTS

6.3K 552 71
                                    

Acha memerikasa kembali barang-barang yang sudah ia masukan ke koper. Pagi ini ia akan berangkat ke Bandung bersama dengan Iqbal, Amanda, Rian dan tak lupa Glen, manusia paling kaya raya diantara mereka semua.

Awalnya, Amanda dan Rian tidak bisa ikut, namun kemarin mereka berubah pikiran untuk tetap ikut.

Pintu apartemen Acha terbuka, Iqbal muncul dengan senyum hangatnya.

"Sudah siap semua?" tanya Iqbal saat masuk ke dalam apartemen Acha.

Acha mengangguk, sembari menunjuk ke kopernya yang sudah tertutup rapi. Acha segera menegakkan kopernya. Ia tak sabar untuk berangkat ke stasiun dan menaiki kereta menuju bandung.

Jujur, Acha sangat ingin pergi ke bandung dengan menaiki kereta. Awalnya Iqbal menentang dan lebih menyarankan naik mobil saja. Namun, Acha pun tak mau kalah, kekuh ingin naik kereta.

Mau tak mau Iqbal akhirnya mengalah, dari pada membuat Acha ngambek bahkan marah kepadanya.

Iqbal pun terpaksa tidak membawa mobilnya. Sementara Glen, Rian dan Amanda tetap memutuskan mengendari mobil saja. Mereka nantinya akan bertemu di villa yang sudah di sewakan oleh Glen.

"Tiket berangkat kita jam berapa Iqbal? Masih belum telat, kan?"

"Setengah sepuluh. Kita harus berangkat sekarang."

"Oke. Acha ambil jaket Acha dulu."

Setelah itu, Acha dan Iqbal segera berangkat menuju ke stasiun. Iqbal membantu membawakan koper Acha. Mereka bahkan tak sengaja mengenakan baju dengan warna sama yaitu biru mudah, terlihat sangat serasi.

*****

Kereta yang dinaiki Acha dan Iqbal akhirnya berjalan. Untuk pertama kalinya bagi Iqbal dan Acha menaiki kereta berdua seperti ini. Pengalaman baru bagi keduanya yang cukup menyenangkan.

Acha melihat petugas kereta api yang sejak tadi lewat dengan menawarkan berbagai makanan dan snack. Acha merasakan perutnya keroncongan, tertarik ingin membelinya.

"Iqbal," panggil Acha sembari menggoyang-goyangkan lengan Iqbal seperti anak kecil.

Iqbal menoleh.

"Apa?"

"Acha mau beli nasi gorengnya boleh?" tanya Acha sembari menunjuk ke arah dua petugas kereta api.

Iqbal langsung mengangguk, bahkan tanpa menatap arah tunjuk Acha.

"Boleh," jawabnya sembari mengeluarkan dompet.

Saat dua petugas dan kereta doreng mereka sampai, Iqbal segera membelikan Acha nasi goreng dan beberapa snack. Acha terlihat seperti anak kecil yang bahagia mendapatkan permintaannya dipenuhi.

Setelah mendapatkan nasi gorengnya, Acha segera menyantapnya. Sementara Iqbal meneruskan kesibukannya dengan ipadnya. Beberapa hari ini Iqbal memang sibuk menulis jurnal internasionalnya.

Acha menyendokkan nasi goreng, mengarahkan ke mulut Iqbal.

"Iqbal buka mulutnya, Acha suapin."

Iqbal menurut saja, meskipun pandangannya sama sekali tak lepas dari layar ipadnya.

"Enak nggak?"

MARIPOSA : MASA SEANDAINYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang