52 - POSE

6.9K 725 119
                                    

Iqbal memeriksa kembali pekerjaannya, minggu depan ia harus menyerahkan dan memasukan data absensi para mahasiswanya selama satu semester ini. Waktu ternyata berjalan cukup cepat, tak terasa sudah enam bulan lebih Iqbal mengajar sebagai dosen.

Iqbal tidak suka menunda-nunda pekerjaan atau mengerjakan dalam waktu mepet. Sudah kebiasaan sejak kecil, Iqbal selalu mengerjakan tugasnya dari jauh-jauh hari.

Berbeda dengan minggu-minggu lalu, kali ini Iqbal mengerjakannya di cafe dan ditemani oleh Acha yang ingin ikut, mumpung Acha belum mulai masuk kerja.

"Iqbal kayaknya Acha salah pesen kopi deh," ucap Acha memamerkan kopi yang baru saja ia cicipi.

Iqbal menghentikan aktivitasnya, melihat sang pacar yang duduk di hadapannya.

"Kenapa? Nggak enak?"

"Terlalu strong. Acha salah menu."

"Beli lagi aja," suruh Iqbal dengan santai.

Acha langsung menggeleng cepat.

"Jangan, sayang banget. Nanti siapa yang habisin punya Acha?"

"Gue yang habisinin."

Acha ingin memprotes lagi, tapi Iqbal lebih cepat berdiri dan memesankan kopi yang lain untuk Acha.

Acha menghela napas panjang, sudah tidak bisa mencegah. Acha menyesal sudah memberitahu Iqbal tentang kopinya.

Tak lama kemudian, Iqbal kembali membawa kopi untuk Acha. Seolah sudah tau menu kopi kesukaan Acha.

"Gue tambahin krim dan double saus caramelnya," ucap Iqbal.

Acha tersenyum senang, ia memang suka kopi yang tidak terlalu strong dan manis.

"Makasih Iqbal."

Iqbal mengangguk singkat, kembali duduk. Sementara Acha mulai sibuk mengambil foto kopinya, foto selfinya bahkan beberapa kali memotret Iqbal diam-diam.

Sudah lama Acha tidak merasakan kencan seperti ini, karena memang terakhir Acha pacaran ketika dirinya duduk di bangku SMP. Ketika SMA, dia mengejar Iqbal mati-matian malah ditolak dan saat Acha masuk kuliah, dirinya sibuk melupakan Iqbal dan sibuk dengan kuliahnya.

Anggap saja, Acha memang ditakdirkan untuk menunggu seorang Iqbal.

Acha masih sibuk memfoto kopi miliknya dan Iqbal, ingin mengunggah di akun sosial medianya. Kedua mata Acha berhenti pada dua cowok yang duduk di meja paling ujung. Mereka terlihat seperti akan berangkat untuk mendaki gunung, dengan tas khas pendaki yang isinya begitu banyak.

Jujur, Acha sangat ingin sekali bisa mendaki gunung, tapi setidaknya camping dulu. Sejak kecil karena terlalu sibuk belajar dan ikut olimpiade Acha jarang merasakan liburan.

"Iqbal," panggil Acha lagi, menghentikan aktivitas sang pacar.

"Iya?" balas Iqbal menatap Acha kembali.

"Iqbal pernah camping, nggak?"

"Pernah waktu di UK," jawab Iqbal.

Acha mengerucutkan bibirnya, mendadak kesal mendengar jawaban Iqbal.

"Acha belum pernah," aduh Acha seperti anak kecil.

Iqbal terdiam sejenak, mencoba memahami maksud dan keinginan Acha dari pertanyaan tersebut.

MARIPOSA : MASA SEANDAINYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang