“Setiap kisah di mulai dari cerita yang belum pernah ada.”
- Alona Zealinne Artharendra
•••
Aresha mengawasi suasana sekitar. Kelas sedang sepi. Penghuninya telah berlalu pergi entah kemana. Menyisakan dirinya dengan sebongkah rencana yang teratur dengan sempurna. Setelah melihat pertandingan basket kemarin, rasa panas semakin menjalar di hatinya. Alona telah berani macam-macam padanya. Aresha akui. Gadis itu memang memiliki nyali yang cukup besar.
Rokok yang berada di tangan Aresha segera ia letakkan di tas Alona. Sesuai yang ia dengar. Hari ini ada pemeriksaan bergilir di setiap kelas untuk siapapun yang membawa rokok. Jangan tanya Aresha mendapatkan informasi ini dari siapa. Tentu saja dari salah satu guru yang juga menjabat sebagai teman ayahnya. Dan kabar baik lainnya. Devano yang turun tangan sendiri untuk memeriksa. Setelah mengetahui hal ini. Sudah Aresha pastikan jika lelaki itu akan menghukum Alona dan menjauhinya. Secara jabatannya di sekolah cukup besar dan berpengaruh.
“Ngapain Lo?!”
Suara tegas itu berhasil membuat nafas Aresha tercekat untuk sesaat. Segera gadis itu berbalik dan tersenyum manis pada Alona yang sudah melipat kedua tangannya di depan dada dengan tatapan tajam yang cukup intens mengarah padanya. Jantungnya tiba-tiba berdebar kencang. Apalagi saat Alona mulai melangkah menuju bangkunya.
“Awas!” Aresha memutar kedua bola matanya malas. Kakinya melangkah kesamping guna memberi jalan untuk Alona. Beruntung tas gadis itu sudah tertutup rapat hingga Alona tidak perlu menaruh kecurigaan padanya.
Tak berselang lama, rombongan osis beserta Devano yang bertugas sebagai pemimpin memasuki kelas mereka. Anak-anak lainnya juga mulai memasuki kelas dan duduk di tempat masing-masing. Begitu pula dengan Aresha. Sekarang gadis berkulit putih itu sudah tersenyum puas membayangkan hukuman yang akan menimpa Alona nanti.
Lima anggota lainnya memeriksa tas di setiap barisan. Sedangkan Devano memeriksa di barisan terakhir. Tepatnya barisan tempat Alona dan Aresha berada. Entah mengapa bisa bersamaan.
Devano menatap Alona lama. Entah mengapa wajahnya terlihat begitu kesal. Mungkin gadis itu marah akan kejadian kemarin. Dimana dirinya memenangkan pertandingan dengan cara yang bisa terbilang curang. Diam-diam dirinya menahan senyum. Untuk kedua kalinya Alona membuatnya menjadi seperti ini.
Tangan kekar itu tergerak untuk membuka tas Alona. Sedangkan sang empu hanya diam tanpa peduli tentang Devano. Toh dirinya tidak pernah membawa rokok selama bersekolah di sini.
Namun tanpa di duga. Tangan Devano yang tadinya kosong kini menggenggam sebuah benda yang menjadi incaran mereka. Semua orang melongo tak percaya. Terkecuali Aresha. Gadis itu semakin melebarkan senyumnya saat sadar jika kini dirinya sudah berada di ambang kemenangan.
Alona melebarkan matanya. Begitu juga dengan Devano yang cukup terkejut dengan kejadian ini. Tak pernah menyangka sebelumnya jika Alona akan membawa barang tersebut. Setahunya, terkadang Alona memang bersikap kasar pada orang-orang yang memandang rendah dirinya hingga berakhir masuk ruang BK. Tak pernah terbesit sebelumnya jika Alona akan menggunakan rokok.
Tatapan Devano yang seolah meminta penjelasan membuat Alona segera menggelengkan kepalanya. Masalahnya dirinya tidak pernah ada niatan untuk menggunakan barang yang kini berada dalam genggaman lelaki itu. Apalagi membawanya hingga ke sekolah.
“Aku bener-bener gak nyangka!” Aresha menutup mulutnya seolah mendramatiskan keadaan. “Kamu beneran bawa rokok?”
Tatapan Alona langsung berubah tajam. “Gak usah sok peduli! Lo sengaja ngelakuin ini, ‘kan?!”
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONA ( AL SERIES 2)
Random"Mengharapkan orang yang tidak pernah menginginkan kehadiran kita terkadang memang melelahkan." - Alona Zealinne Artharendra