Detak Tak Biasa (3)

395 43 0
                                    

𝘾𝙀𝙍𝙄𝙏𝘼 𝙉𝙎𝙁𝙒 +18, 𝙄𝙉𝘾𝙀𝙎𝙏, 𝙈𝙀𝙉𝙅𝙄𝙅𝙄𝙆𝘼𝙉, 𝘿𝘼𝙉 𝙏𝙄𝘿𝘼𝙆 𝘽𝙀𝙍𝙈𝙊𝙍𝘼𝙇. 𝙏𝙊𝙇𝙊𝙉𝙂 𝘽𝘼𝘾𝘼 𝘽𝘼𝘾𝘼𝘼𝙉 𝙎𝙀𝙎𝙐𝘼𝙄 𝙐𝙈𝙐𝙍 𝘿𝘼𝙉 𝘽𝙄𝙅𝘼𝙆 𝘿𝘼𝙇𝘼𝙈 𝙈𝙀𝙈𝘽𝘼𝘾𝘼.

°
.

Tersesat dalam fantasinya, Halilintar tak sadar kalau ada orang lain yang mengawasi mereka sejak tadi.. walau sedang diambang kewarasan, insting si sulung tidak pernah gagal untuk mendeteksi sesuatu yang tidak beres.

Netra ruby nya dengan sigap melirik ke ujung ruangan, di dekat pintu dapur, ia yakin seseorang sedang mengamatinya.

"Siapa disana?!" Gertaknya.

Dan insting nya tidak salah, seseorang yang memiliki rambut coklat dengan netra biru langit beranjak dari tempat ia bersembunyi.

Mata mereka bertemu, bagaikan api bertemu es, benar benar bertolak belakang. Ice, perlahan berjalan menuju kakaknya.


"Kenapa kak?"

Tanya Ice dengan wajah datar dan polosnya. Namun Halilintar tahu persis sikap adiknya yang satu ini, tidak mungkin ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"..kamu ngapain disana?"

"Aku baru pulang kak, habis beli es. Ini, kakak mau?"

Ucap yang lebih muda sembari menodongkan es dalam plastik ke muka Halilintar. Benar saja, adiknya mungkin tidak berbohong. Jam segini memang jam rawan bagi Ice untuk akhirnya pergi keluar rumah membeli es Abang Abang SD dekat rumah mereka.

Halilintar menghela napas panjang tanpa suara, menatap wajah Ice dengan tatapan tidak yakin. Halilintar tau persis sifat Ice seperti apa, namun ia harus waspada, ia tidak boleh terlihat mencurigakan.

"Memangnya kenapa kak?"

Tanya Ice sembari memiringkan kepalanya, masih dengan tatapan polosnya. Kacau, Halilintar benar benar tidak tahu apa yang dipikirkan oleh si netra biru langit, ia harus lebih berhati hati kedepannya.


"..gapapa kok. Kakak cuman kaget aja"

Halilintar tersenyum tanggung, memalingkan pandangannya dari netra dingin Ice. Ini benar benar gawat, ia lupa kalau ia tinggal bersama keenam saudaranya, bisa bisa rencananya akan terbongkar sebelum sempat terlaksana.

Halilintar perlahan beranjak dan pergi meninggalkan Ice di lorong, masuk ke dalam kamarnya. Ice hanya melirik pergerakan si sulung dari ujung matanya, bahkan tidak menoleh sama sekali.

Si netra biru langit menyedot minumannya, ekspresinya datar, namun keningnya mengerenyit, banyak pertanyaan di dalam benaknya.

Ia perlahan melepas sedotan dari bibirnya, menoleh kebelakang, ke arah pintu kamar Halilintar, yang kini mengeluarkan suara cekikikan kecil namun jelas ditelinga Ice.

"kak Hali... Udah gila."







————————————————




Jam menunjukkan pukul lima sore, Taufan terbangun dari tidur lelapnya. Sudah sekian lama ia tidak mendapat tidur sepulas ini, rasanya seperti terlahir kembali.

Taufan merenggangkan badannya, merasa sangat bersemangat untuk menjalankan sisa hari ini. Namun, ia teringat akan apa yang telah ia lakukan bersama Abang sulungnya.. menciptakan rasa gelisah dan kupu-kupu itu kembali lagi.

Ia sangat bingung akan apa yang ia rasakan saat ini, perasaan apa ini?

Tidak seharusnya ia merasakan sesuatu seperti ini terhadap saudaranya kandungnya, saudara yang lahir dari rahim yang sama dengannya. Namun, disisi lain, ia juga tidak dapat melawan perasaan ini..

.

Sejak dulu, Taufan selalu mengagumi Halilintar. Halilintar bagaikan sosok pelindung, kesatria tanpa kuda, malaikat tanpa sayap. Dan memiliki Halilintar sebagai abangnya, sungguh membuat Taufan merasa beruntung.

Dikarenakan fisiknya yang lemah, Taufan selalu membutuhkan orang lain disisinya. Terkadang itu membuatnya muak, ia benci simpati dan tampang kasihan dari orang lain-

Walau keadaannya memang patut dikasihani.

Namun, itu semua tidak berlaku pada Halilintar. Kakaknya selalu mengajarkannya untuk menjadi kuat, melihat potensi dalam dirinya yang orang lain anggap remeh.

Semua itu, membuat Taufan tidak dapat dipisahkan dari Abang sulungnya, tidak jika Taufan masih menyayanginya.

.

Namun, perasaan kagum dan sayang yang Taufan miliki terhadap Halilintar, perlahan pun mulai berubah semenjak si sulung mulai bertingkah aneh..

Ia dapat merasakan perasaan yang tidak familiar dari Halilintar, perasaan yang tidak seharusnya seorang Abang miliki untuk adiknya..

Perasaan cinta.

Aneh sekali, memang aneh. Namun Taufan merasa dirinya ikut terbawa arus..

Halilintar adalah rumahnya, tempat dimana ia merasa sangat aman. Jantungnya selalu berdebar kencang setiap ia didekat Halilintar, dan perasaan ini tidak dapat diabaikan.

"Mungkin ayah benar.. aku memang orang sakit jiwa"

.
.
.

"Namun, aku masih cukup waras untuk tahu apa yang aku inginkan, dan Halilintar, adalah satu satunya untukku"











































This actions will have consequences...

HALILINTAR'S INSANITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang