Halilintar dan Taufan

526 60 7
                                    

𝘾𝙀𝙍𝙄𝙏𝘼 𝙉𝙎𝙁𝙒 +18, 𝙄𝙉𝘾𝙀𝙎𝙏, 𝙈𝙀𝙉𝙅𝙄𝙅𝙄𝙆𝘼𝙉, 𝘿𝘼𝙉 𝙏𝙄𝘿𝘼𝙆 𝘽𝙀𝙍𝙈𝙊𝙍𝘼𝙇. 𝙏𝙊𝙇𝙊𝙉𝙂 𝘽𝘼𝘾𝘼 𝘽𝘼𝘾𝘼𝘼𝙉 𝙎𝙀𝙎𝙐𝘼𝙄 𝙐𝙈𝙐𝙍 𝘿𝘼𝙉 𝘽𝙄𝙅𝘼𝙆 𝘿𝘼𝙇𝘼𝙈 𝙈𝙀𝙈𝘽𝘼𝘾𝘼.

°
.

(Taufan pov)

5 tahun yang lalu..

.
.
.

Hari ini adalah hari kelulusan SMA ku, hari yang sangat aku nantikan selama tiga tahun terakhir ini.

Aku sudah menyiapkan semuanya, mulai dari baju, kata kata, hingga apa yang akan aku lakukan di acara nanti.

Semuanya berjalan mulus, sampai...

Semua harapanku dipatahkan.

Tepat di hari sebelum acara kelulusan, aku tumbang. Dan hari itu juga aku dilarikan ke rumah sakit.

Dokter mengatakan bahwa kondisiku memburuk, aku harus di rawat di rumah sakit untuk beberapa waktu.

Semuanya karena tubuh sialan ini..

(Taufan pov end)

Si sapphire menatap keluar jendela rumah sakit dalam diam, sembari duduk lemah di ranjang rumah sakit yang keras dan tidak nyaman.

Udara dingin dari AC menyelimuti ruangan di sore hari yang mendung itu, sore dimana ia harusnya sedang berada di acara kelulusannya.

Marah, benci, iri, bercampur satu. Tapi ingin marah dengan siapa? Tuhan? Tidak ada siapapun yang dapat merubah takdir kelamnya.

Namun tak lupa dengan satu hal lagi yang tidak akan pernah ia hindari, keputusasaan.

Taufan sudah memiliki penyakit kronis sejak kecil, memaksanya untuk keluar masuk rumah sakit setiap saat.

Ia selalu merasa menjadi beban setiap saat, setiap waktu. Melihat kakak sulungnya yang bekerja keras hanya untuk membayar biaya rumah sakit, membuatnya sangat terpukul.

Rasa kecewa mengalir deras di hatinya, membanjiri setiap sudut pikiran Taufan. Ia gigit bibirnya, menahan air mata yang ingin sekali tumpah.

Ini tidak adil... Ini semua sangat tidak adil.

Jika ada dua hal yang sangat ia benci di dunia ini, itu adalah Ayah, dan dirinya sendiri.

Masih teringat jelas di benaknya kata kata lelaki itu. Seperti semua memori kelam dengannya akan terus terputar lagi dan lagi.

"Dasar anak ga berguna! Kelahiran kamu di dunia ini selalu bikin susah! Mending kamu digugurin aja dulu."

"Kalau udah penyakitan gini kenapa gak mati aja sekalian?"

.
.
.

"..Gue juga ga pernah minta dilahirin, anjing...." Lirihnya, menggenggam erat tangannya hingga memutih.

Air mata tak sanggup dibendung lagi, akhirnya jatuh membasahi pipi pucatnya.

"..Mungkin ayah benar... Gue lebih baik mati aja...."

Ia ingin menghilang untuk selama lamanya, mungkin itu akan membuat keluarganya menjadi jauh lebih baik.

Gempa... Saudara kembarnya yang sangat ia sayangi, namun tak dapat dipungkiri rasa iri dalam hatinya setiap kali ia melihatnya dapat berguna bagi keluarga ini.

HALILINTAR'S INSANITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang