Sia sia (3)⚠️

615 50 58
                                    

𝘾𝙀𝙍𝙄𝙏𝘼 𝙉𝙎𝙁𝙒 +18, 𝙄𝙉𝘾𝙀𝙎𝙏, 𝙈𝙀𝙉𝙅𝙄𝙅𝙄𝙆𝘼𝙉, 𝘿𝘼𝙉 𝙏𝙄𝘿𝘼𝙆 𝘽𝙀𝙍𝙈𝙊𝙍𝘼𝙇. 𝙏𝙊𝙇𝙊𝙉𝙂 𝘽𝘼𝘾𝘼 𝘽𝘼𝘾𝘼𝘼𝙉 𝙎𝙀𝙎𝙐𝘼𝙄 𝙐𝙈𝙐𝙍 𝘿𝘼𝙉 𝘽𝙄𝙅𝘼𝙆 𝘿𝘼𝙇𝘼𝙈 𝙈𝙀𝙈𝘽𝘼𝘾𝘼.

°
.

"Yang ini... Udah, yang ini juga udah–" gumam si sapphire sembari memeriksa kembali isi kopernya.

Besok adalah hari dimana ia akan memulai semuanya dari awal, walau harus berpisah dengan saudara saudaranya dan tinggal bersama tok Aba. Kemungkinan ia akan membantu tok Aba disela kuliahnya, semoga dengan itu, hubungan mereka dengan keluarga ayah akan lebih membaik.

"Oke, sip. Udah semua. Tinggal— eh, apa nih?"

Taufan menyadari ada sesuatu yang terselip dibelakang kasurnya, seperti bingkai foto yang menghadap kebelakang.

Ia angkat bingkai foto itu perlahan.

.
.
.

"...apa apaan...."

Menjijikan, benar benar menjijikan. Tak pernah Taufan melihat hal semenjijikan ini sebelumnya.

Yang ia lihat saat ini adalah fotonya sendiri, namun dengan darah menghitam yang melumuri seluruh permukaannya. Tak lupa dengan cairan lengket berwarna kekuningan yang berbau tidak sedap bercampur dengan darah busuk tadi, terlihat seperti sperma yang sudah berminggu-minggu dikeluarkan disana.

Ingin muntah, Taufan langsung menutup mulutnya. Asam lambungnya naik, tak kuasa melihat semua ini. Shock, jijik, marah, semuanya bercampur.

Tapi hanya ada satu orang dibenaknya yang sekiranya cukup gila untuk melakukan semua ini,

"Halilintar—

Ucapannya terpotong oleh pintu kamarnya yang berdenyit, terbuka perlahan.


Creakk...

.
.
.
.
.

"Iya, sayang?"



Matilah, speak of the devil, Halilintar sendiri yang datang menghampiri.

Si netra delima dengan senyum manisnya berjalan mendekat, selangkah ia maju, selangkah pula Taufan mundur.

Baginya, semua baik-baik saja. Taufan masih miliknya, masih mencintainya seperti sebelumnya. Pikiran Halilintar dipenuhi keyakinan bahwa Taufan pasti hanya bingung, bahwa perasaan cinta mereka tetap ada, tetap suci.

"Kenapa, Fan? Kenapa panggil-panggil aku gitu? Kangen yaa?"

Jijik, amit amit. Merinding bulu kuduk Taufan mendengar kata-kata itu, yang dulu biasanya selalu membuat jantungnya berdebar.

"..mau apa kesini?" Tanya Taufan dengan nada yang datar, napasnya gemetaran, antara takut dan juga murka.

Terkekeh pelan, "Emangnya gak boleh?" Halilintar mengangkat tangannya, hendak menyentuh pipi Taufan.

"Kan aku juga udah sering main ke kamar mu malam-malam gini.. kita ngobrol bareng, cuddle, trus kita..—"

Taufan langsung menepis tangan Halilintar dengan kasar, wajahnya berubah menjadi kemarahan yang tak terbendung lagi. "Kakak gila ya? Udah berapa kali Taufan bilang, Taufan MUAK sama semua delusi bangsat kakak itu! Gue benci sama apa yang udah kakak lakuin ke kami.. ke keluarga ini!!"

HALILINTAR'S INSANITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang