40 Bride’s Night
.
Saat kata-kata itu terucap, atmosfer di antara mereka semakin terisi dengan ketegangan yang tidak terbendung. Pangeran Korvin mendekat, matanya terpaku pada bibir merah muda yang menggoda milik Eirlys. Dengan gerakan yang perlahan dan penuh kelembutan, ia mendekatkan bibirnya ke arahnya.
Eirlys merasakan napas Pangeran Korvin yang hangat menyentuh kulitnya, memicu sensasi yang menggetarkan. Ia menutup mata dalam ekstasi, membiarkan dirinya tenggelam dalam momen ini.
Saat bibir mereka bersentuhan, dunia di sekitar mereka seakan lenyap. Hanya ada mereka berdua, tersatu dalam keintiman yang mendalam dan penuh hasrat. Rasa hangat yang mengalir di antara mereka membuat detak jantung mereka berdetak serasi.
Ciuman itu tidak hanya menyentuh bibir mereka, tetapi juga menyentuh jiwa mereka yang tersembunyi. Mereka saling menyampaikan keinginan serta kebutuhan mereka satu sama lain melalui setiap gerakan lembut bibir yang bertautan.
Saat mereka akhirnya memisahkan bibir mereka, napas mereka berdesir-desis di udara yang kini dipenuhi oleh aroma keintiman. Tatapan mereka saling bertemu, dan dalam pandangan itu, tergambar keinginan yang tak terucapkan.
Aldric perlahan membaringkan tubuh Eirlys dan menindihnya. Menyibak rambut panjang perempuan itu dan mulai mencumbui rahang hingga lehernya, meninggalkan jejak-jejak merah di kulit bersih sang istri.
Eirlys menutup mata dan menggigit bibir bawahnya. Entah mengapa ia ingin mengeluarkan sebuah suara aneh setiap Pangeran Korvin memberi sentuhan intim.
“Keluarkan saja suaramu, Eirlys! Jangan meragu!” bisik Pangeran Korvin dengan napas hangat menerpa kulit Eirlys.
Pria itu lantas menurunkan gaun biru yang Eirlys kenakan hingga sebatas pinggang. Menampilkan pemandangan ranum yang tertutup oleh penutup berwarna putih.
Eirlys merasa sedikit canggung saat Pangeran Korvin menurunkan gaunnya, namun pada saat yang sama, ia merasakan getaran gairah yang mengalir di dalam dirinya. Ia membiarkan gaun itu tergelincir perlahan, mengungkapkan keindahan tubuhnya yang menakjubkan.
Pangeran Korvin memandangnya dengan penuh kekaguman saat pemandangan indah itu terungkap di hadapannya. Ia merasakan denyutan hasrat yang memenuhi dirinya, dan keinginan untuk menjelajahi setiap sentuhan Eirlys semakin kuat.
Mata mereka bertemu dalam keintiman yang menghangatkan, mengisyaratkan pertukaran keinginan yang tak terucapkan.
Perempuan itu tak kuasa menahan desahan. Mulutnya sedikit terbuka karena perlakuan Aldric pada tubuhnya. Rasanya aneh, sedikit ngilu namun juga memabukkan. Menyebabkan suhu tubuhnya terasa semakin hangat.
Aldric kembali mengulum bibirnya. Bertukar saliva dan berbagi hasrat.
“Apa yang, Anda lakukan hmm?”
Aldric mengubah posisi tubuhnya perlahan, seraya mencium wajah, leher, dada, hingga perut istrinya tanpa melepas tangannya yang bermain di bagian bawah.
“Ini pertama kalinya untuk kita. Benar?” ucap Aldric.
“I-iya,” balas Eirlys.
“Bukalah matamu, Eirlys. Sebut namaku!” ucap Aldric tepat di depan wajah Eirlys. Napas mereka saling bertabrakan satu sama lain.
Perempuan itu menurut. “Apa ini belum berakhir, Yang Mulia?”
Aldric menggeleng kecil. “Panggil aku Aldric! Aku suamimu sekarang,” ucap pria itu.
Ia menyukai sensi tersebut. Tak puas jika ini berakhir cepat. Namun, mengingat ini kali pertama Aldric tak akan memaksa Eirlys untuk melayani hasratnya, meski ia ingin lebih dari dua kali pelepasan. Malam itu berakhir dengan Eirlys tertidur dalam dekapan Aldric
Tak peduli tubuh mereka berbalut keringat usai pergumulan barusan.
Part ini byk dipotong 🤣
Jadi jangn tanya kenapa. Karena udh aku jelaskan di postingan sebelumnya.Jangan lupa votenya tsay 😋
KAMU SEDANG MEMBACA
Cursed Prince
FantasySemenjak Eirlys Demetria bekerja di Istana sebagai seorang pelayan, ia selalu dibuat penasaran dengan wajah sang pangeran yang seringkali diperbincangkan oleh seluruh orang-orang di Istana. Banyak yang mengatakan bahwa pangeran Korvin memiliki waj...