Chapter 4 : Permulaan

5 0 0
                                    

Pawel POV

Esoknya, aku terbangun di kamarku dan mendapati ayahku sudah didepan pintu kamarku, mengetuk dengan tidak sabar "Pawel bangun! Lihat ini sudah jam berapa?!" Jeritnya di depan pintu "Iya, aku bangun" Jawabku masih mengantuk "Cepat sikat gigi dan basuh wajahmu! Lalu sarapan!" Ucapnya "iya iya, sabar sedikit," seruku jengkel "Oh iya, aku baru dapat informasi kalau akademi mu punya bus, jadi aku tak perlu repot-repot mengantarmu lagi," Ucapnya riang,

Aku bergegas menuju kamar mandi dan sedang mencuci wajah ketika aku sadar "Sayap" ku terluka "Sepertinya terlalu lama terlipat" pikirku. Setelah mencuci wajah dan menyikat gigi, aku turun ke dapur dan mendapati sepotong roti panggang dan sosis diatas piringku "Jangan lupa, tengah malam kau harus terbiasa terbang, agar 'Sayap' mu tak kaku" Ujarnya

kalian ingin tahu? Kenapa aku punya "Sayap?" Satu alasan masuk akal, Kami. bukan. manusia. Itu karena kami "CountryHuman" kami adalah makhluk yang memiliki kekuatan yang tidak main-main, bertahan dalam perang dan masih dapat bertahan hidup sampai saat ini, dan umur manusiaku adalah 18 tahun, tapi umurku sebenarnya adalah 106 tahun, begitu pula yang lain, kami pura-pura tak kenal agar tidak membuat manusia biasa curiga, "Curiga? Curiga kenapa?" Karena kami semua berasal dari negara yang berbeda-beda, tak mungkin kalau kami yang belum pernah bertemu langsung kenal, bukan?

"Ah! Bus nya sudah sampai! Cepat! Kau terlambat nanti!" Ujar ayahku "Uang jajan mu 60 poundsterling, itu untuk seminggu!" Sambungnya "60? Oh ayolah, tambahkan 40 lagi" Ucapku meminta "Itu sudah lebih dari cukup Pawel!" serunya "Sudah cepat nanti kau terlambat!" Sambungnya, aku berpamitan dengan ayahku dan menuju pintu depan, aku membuka pintu dan ku dapati bus sekolah berwarna kuning tepat didepan halaman rumahku, menunggu aku masuk, aku melangkah masuk dan melihat anak kecil berambut biru, dengan rambut depannya yang dicat putih, ia pakai bando? padahal laki-laki "Permisi? Boleh aku duduk disini?" Tanyaku "Boleh" ucapnya, "Namamu siapa?" Tanyaku "Malik, Malik Faruqi, atau Malik bin Asad Mahir" jawab Malik "Kau dari mana?" Tanyaku "Malaysia, Kuala lumpur" Ucapnya seraya melanjutkan scrolling internetnya "Kau pula', dari mana?" Tanyanya "Oh! Aku dari Polandia! Warsawa!" Jawabku, aku melihat anak laki-laki di samping Malik, menggunakan, apalah itu, mendengarkan musik dengan earphone nya "Malik, dia temanmu?" Tanyaku "Abang Indra?" Tanyanya sembari melirik ke arahnya "Ha'ah, kita orang kawan, dia pula' sepupu aku" sahutnya sambil sesekali menyenandungkan lagu-lagu kesukaannya mungkin?

Kami sampai di sekolah, aku lanjut pergi ke lokerku dan melihat Jeremy sedang mengobrol dengan seseorang Rambutnya hijau Sage dan poninya berwarna merah dan putih "Pagi Jeremy!" Sapa ku "Oh ya pagi Pawel" sahutnya "Oh iya! Ini sahabatku, Isaac Ernesto, dan adiknya, Italiana Ernesto, mereka dari Italia dan ini juga sahabatku Nishi Jashira (Dibaca Yashira) , dan adiknya Nishi Jun, mereka dari Jepang" sambungnya "Ciao!:D" ucap Isaac riang "Ohayogozaimasu! Eeh, kau ingin dipanggil apa?" Ucap Jun "Pawel saja:)" Jawabku

Jeremy POV

"Oh iya, mereka kakak kelas kita:/" Kataku pada Pawel "Apa?! Kakak kelas?! Oh astaga maaf>_<!!" Ucapnya meminta maaf "Daijoubu!(Tak apa!) Kan kau tidak tau," jawab Jun memaafkan, kami bercakap-cakap selama kurang lebih 30 menit, saat tiba-tiba bel berbunyi

"Kita harus ke aula utama lagi..." Ujarku "Percayalah padaku! Sekolah ini sangat keren!" kata Isaac dengan riang "Sekeren itukah?" Tanya Pawel "Ya, aku berani jamin kalau kau akan senang di sekolah ini!!!" Sambungnya "Bisa kalian jangan mengobrol dulu?!" Seru Jashira yang dari tadi diam. "Jangan terlalu dingin, Jashira, dia masih baru, jangan kau buat dia jadi terintimidasi denganmu," Seru Isaac seraya tersenyum ramah "Hai, Gomennasai (Iya, maaf)" Jawabnya masih dengan nada yang dingin, tetapi lebih tenang

Kami semua pergi menuju aula, dan mulai memisahkan diri, Isaac duduk dengan Jun, Jashira pergi mencari adikku, dan Italiana dengan pacarnya, aku duduk bersama Pawel, "Kau tak punya pacar Jeremy?" Tanya Pawel, "Eh? Kenapa tiba-tiba?" Tanyaku balik "Tidak, kau tak berpikir pacarmu akan sendirian?"
"Kalau kau ku tinggal, kau akan tersesat nanti" Jawabku heran "Oh iya juga,"

"Tapi kau punya 'kan?" Tanya Pawel lagi
"Punya,"
"Siapa?"
"Rahasia"
"Oh ayolah, kau pergi saja sana pada pacarmu, aku tak akan tersesat"
"Kau yakin?"
"Ja!" Jawab Pawel "Baiklah..." Ucapku

Everpeace AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang