Chapter 12 : Masalah

3 1 0
                                    

Pawel POV

"Selamat pagi Jeremy," Ucapku seraya menguap "Kau kenapa?" Tanyanya "Oh? Tidak, kemarin aku begadang,"
   "Begadang? Kau begadang untuk apa?"
"Kemarin Jashira merekomendasikan anime, animenya bagus jadi aku mau marathon 1 season, dan aku tak bisa,"
   "Dasar... Kalau kau tak terbiasa begadang, jangan begadang, cari penyakit saja,"
"Hehe, maaf,"
   "Sudahlah, cepat letakkan tas mu di loker" Perintah Jeremy padaku "Iya-iya" sahutku, aku bergegas pergi menuju loker. Jeremy mengikuti dari belakangku, menyapa balik beberapa orang yang ia lewati "Syukurlah tadi kau belum terlambat" Ucapnya di sampingku "Memang kenapa?" Tanyaku pada ucapannya "Kalau kau terlambat, kau akan kuberikan kartu peringatan," Ucapnya terkekeh "Huh? Oh, iya, kau anggota OSIS," jawabku tersenyum tipis.

Tiba-tiba Jeremy menabrak seorang siswa...kelas 12 mungkin...dia manusia, ia tersungkur ke lantai. Tatapannya menatap tajam ke arah Jeremy, seperti hendak memarahinya, Jeremy tentu terkejut "K-kakak tak apa?" Tanya Jeremy gugup seraya mengulurkan tangan "Tidak!" Ucapnya jengkel seraya bangun tanpa meraih tangan Jeremy "S-saya minta maaf atas keteledoran saya, saya—" Ucapannya terpotong oleh si kakak kelas

"Heh?! Kau harusnya lebih hati-hati lagi?! Perhatikan jalanmu br*ngs*k?!" Bentaknya pada Jeremy "S-saya," Tak pernah aku melihat Jeremy menjadi sangat gugup dan kebingungan "Huh! Pawel! Beritahu temanmu ini untuk lebih hati-hati!" Ucapnya padaku "...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Heh?! Kau harusnya lebih hati-hati lagi?! Perhatikan jalanmu br*ngs*k?!" Bentaknya pada Jeremy "S-saya," Tak pernah aku melihat Jeremy menjadi sangat gugup dan kebingungan "Huh! Pawel! Beritahu temanmu ini untuk lebih hati-hati!" Ucapnya padaku "Dia mengenalku? Aku bahkan tak kenal dia" pikirku "I-iya, maaf" ucapku canggung "Beritahu aku dia siapa Pawel! Bagaimana bisa aku tak mengenali anak ini?" Ucapnya keheranan, padahal jelas-jelas ia tadi melototi Jeremy, kenapa bisa ia sampai tidak kenal? "D-dia Jeremy, Jeremy Gelbrecht, teman sekelas saya..." Jawabku takut, mungkin Jeremy akan dilaporkan kepada kakaknya dengan hal yang bukan ia lakukan? Kakaknya semua kelas 12?! "T-tunggu, apa?" Tanyanya sedikit pucat "G-Gelbrecht katamu?" Lanjutnya dengan nada bicara sedikit ketakutan "T-tunggu Jeremy! Kakak minta maaf telah memarahi mu ya! Jangan adukan aku pada ayahmu ya!" Ucapnya meminta pada Jeremy dengan wajah pucat pasi "N-nein, s-saya yang harusnya meminta maaf..."
   "T-tidak! Itu salahku karena tadi tidak memperhatikan jalan. A-aku duluan ya" Ucapnya seraya berlari meninggalkan kami "Kau tak apa?" Tanyaku pada Jeremy "J-ja..." Jawabnya "Siapa dia?" Tanyaku sambil menarik tangan Jeremy ke arah lokerku "Namanya Andrew Terrence Willson, ia lebih sering dipanggil Kak Terry, dan—"
   "Sudah-sudah! Aku cuma ingin tahu namanya! Bukan riwayat hidupnya! Lebih baik kita ke kantin dan beli minuman untukmu," ucapku menyarankan, setelah memotongnya bicara

Kami berjalan ke arah kantin dan melihat beberapa siswa sedang berkumpul, mengobrol, atau mungkin hanya menyendiri saja

Kami duduk di sebuah meja di dekat jendela dan aku membelikannya minuman "Tadi kenapa dia terlihat ketakutan?" Tanyaku seraya menatap Jeremy "Aku belum memberitahumu ya...tapi jangan kaget ya!" Ucapnya mengingatkan "Baiklah:)" singkat ku

"Uuuh...bagaimana ya memberitahumu?... Soalnya..."

"...Kau, harusnya, kenal ibu angkat ku 'kan? Erika Voltchen, kenal 'kan?" Tanyanya "Ja," Jawabku singkat "Kasus pemb*nuhannya, aku tahu siapa pemb*nuhnya" Sambungnya "H-huh? K-kau tahu? Kasus itu sudah 8 tahun lalu, bahkan polisi tidak menemukan siapa pelakunya, bagaimana kau—?"
"Akan kuberi tahu, tapi kau harus tutup mulut," Jawabnya dengan tatapan tajam darinya "J-ja," Sahutku singkat "Pemb*nuhnya adalah, ayahku,"

Everpeace AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang