Chapter 6 : Tur Sekolah (Part 2)

4 1 0
                                    

Pawel POV

Aku berkumpul dengan Jeremy, Ruchvin, dan Ameron. Hanya mereka yang kukenal "Perkenalkan, saya Elbert Ulrich, yang akan membimbing kalian di tur sekolah ini, dan omong-omong, selamat datang, Pawel" Sambutnya singkat "Aku tak terlalu suka dengannya, dia orang yang menyebalkan" Bisik Jeremy padaku "Bagaimana?" Tanyaku "Kau bayangkan, seorang guru yang mukanya cemberut dan galak?! Kau mau belajar dengannya?"
"Dia guru di bidang apa?" Tanyaku seraya berjalan mengikuti Pak Elbert "Ah, dia mengajar bahasa Jerman, dan bahasa latin" kata yang ditanya "Kalau Pak Aster? Bagaimana orangnya?" Tanyaku "Orangnya baik, jauh 360 derajat berbeda dengan orang ini. Orangnya ramah. Tapi kalau marah, ya... Begitulah, dan dia mengajar bahasa Inggris, juga matematika," Ucapnya, Pak Elbert, dan Pak Aster, dua guru yang memiliki warna rambut yang sama, rambut mereka berwarna navy, mata Pak Elbert berwarna kuning, sementara Pak Aster, berwarna merah

"Siapa yang berambut merah itu Jeremy?" Tanyaku "Oh! Dia yang namanya Chung, dia anak guru bahasa Mandarin disini, orangnya pekerja keras, dan bukan orang yang boros. Berbeda 180 derajat dengan Ameron yang sukanya foya-foya" ucapnya seraya mencibir "Plus, mereka rival"
   "Oh!" Ujarku singkat

"Baiklah, ini dia taman sekolah milik akademi" ujar Pak Elbert. Taman itu ditumbuhi beberapa bunga tulip, bunga matahari, bunga lavender, dan bunga mawar. Disitu juga ada ayunan, dan ada air mancur yang cukup besar ditengah-tengah, taman itu diberi pagar kayu berwarna cokelat muda disekelilingnya. Ada juga beberapa bangku di sana "Indah sekali" ucapku memuji

   "—Tempat ini digunakan untuk beristirahat selama jam istirahat dan juga untuk pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, di sana ada—"
"Kau bosan Jeremy?"
"Sangat, sangat bosan"
"Aku sudah pernah liat taman ini, kau ingat kan? Bagaiman kita pertama bertemu?
   "Tentu saja!"
"Pak!" Ucap ku seraya mengangkat tangan "Ya? Ada pertanyaan?"
"Bisa kita segera ke tempat berikutnya?" Tanyaku tak sabar "Ya, kita baru akan berpindah ke laboratorium" Sahutnya "Oh Baiklah" Jawabku singkat. Kami semua berjalan menuju ke arah laboratorium, saat tiba-tiba bel berbunyi menandakan bahwa sekarang adalah jam istirahat "Huh, baiklah, nanti silahkan temui saya di ruang guru untuk melanjutkan tur! Terimakasih" Serunya sembari membuang muka "Ish, Adab pun macam tu, macam mana lah nak jadi cikgu?" Ujar Aisyah "Weh Ruchvin! Jom lah ikut aku, Indra tengah cari kau tadi!" Sambungnya mengajak Ruchvin "Ayo" Jawabnya singkat "Aku ke kantin sekarang ya Jeremy?" Tanyaku "Ya! Silahkan!" Jawabnya dengan nada yang suram "Konnichiwa, Pawel-san!" Sapa adik dari Jashira, Jun "O-oh, hai"

"Woi!" Aku menoleh ke belakang dan melihat Ameron, sedang bersama seorang anak laki-laki berambut putih dengan mata birunya, pakaiannya berwarna hitam, dari atas sampai bawah, dengan bendera Israel di dada sebelah kanannya "Ini sahabatku, Rafael Yuri" ucapnya "Aku tak bertanya" Jawabku "Wow, kau sudah berani ngelunjak ya... Bisa kau lebih sopan sedikit dengan kakak kelas mu?!" Gertaknya, "Terserah saja, tapi sopan-tidak nya aku, tergantung sikapmu juga"
   "Oh, kau sudah berani ya?... Oke, kami pergi, tapi lain kali, kalau kau bertindak seperti itu lagi, aku tak segan-segan membuatmu keluar dari sekolah ini," Ucapnya menantang "Bagus Ameron," ucap Rafael "Aku tak mau buang-buang waktu dengan anak sok ini," Ucapnya mencibir

Beberapa menit telah berlalu, dan bel telah berbunyi menandakan waktu pulang telah tiba "Akhirnya," Ucapku seraya menghela nafas "Hai Pawel," Seru seseorang dari belakang ku, aku menoleh dan melihat anak laki-laki yang dikenalkan Malik, Indra,
"Apa kabar? Malik bilang kamu orangnya menarik banget! Kapan lagi coba gue punya temen eropa? selain Ruchvin ama Natan sih"
   "O-oke," Jawabku singkat
"Oh iya! Ini sahabat gue ama Malik! Philip! Ini orang yang Malik ceritain!! Dan Pawel ini sahabatku! Akur yaw:)" ucapnya dengan nada riang "Kamusta!!"
   "Dia kagak ngerti Tagalog Phil, itu artinya Halo, Btw,"
"Btw?"
   "By the way"
"Oh! Kau... Berasal dari?..."
   "Indonesia, aku dari Jakarta pusat, tenang, aku gak satu frekuensi kok sama si paling anak kepala sekolah," Ucapnya, seperti sepakat tentang apa yang kupikirkan tentang Ameron "Aku dari Warsawa, Polandia, dan Philip?"
   "Manila, Filipina," Sahutnya sambil tersenyum, sebenarnya kami tak perlu repot-repot memperkenalkan diri tapi tak mungkin kami langsung memanggil nama samaran masing-masing. Karena salah satu siswa, atau guru, bisa jadi seorang mata-mata, iya 'kan?

Everpeace AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang