"Yang fana itu waktu, kita abadi bukan?"
Tentang sepasang ganjil yang tak digenapkan oleh tangan Tuhan.
"Kalau ada satu juta orang yang cinta sama lo, maka gua salah satunya.
kalau ada satu orang yang cinta sama lo, maka gua orangnya.
Dan kalau suda...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"cinta itu tak bersyarat, tak harus dekat untuk saling nendekap, tak harus saling menatap agar rasa selalu menetap."
cinta itu penghuni Jiwa; ia terlahir tanpa jasad.
____________________________________________
• • ✐ᝰ.ᐟ• •
Sebuah Wrangler hitam melintang angkuh di tengah parkiran rumah sakit. Gagahnya bahkan membuat Pajero disampingnya minder. Jika mobilnya saja sudah begitu sombong, maka bisa dipastikan bahwa pemiliknya jauh lebih jumawa lagi.
Christian tersenyum miring seraya menutup pintu mobil kesayangannya. Dengan gerakan santai di lemparkannya kunci pada satpam yang sebenarnya tidak melayani valet. Matanya menjelajah, menatap gedung di hadapannya. Ada rasa senang dalam dadanya yang tak mampu ia jelaskan.
Tanpa repot-repot menyapa resepsionis, pemuda itu naik ke lantai atas gedung ini. Lantai yang berisi kantor para dokter senior. Dalam perjalanannya menuju ruangan paling ujung, ia membuat setidaknya empat satpam teronggok tak berdaya di atas lantai.
Orang yang dicarinya sedang tak ada di ruangannya, tapi dengan santai Christian duduk di kursi utama ruangan tersebut.
"Ck, baru jadi dokter aja udah susah banget ditemuin, gimana kalo jadi presiden? Masa iya, gua harus bawa basoka buat lawan paspampres." Tian menggelengkan kepala mengingat nasib korbannya barusan.
Biasanya, kalau ia sudah berbuat onar begini, tak butuh waktu lama untuk para orang penting muncul di hadapannya. Yang pertama, akan muncul dalam waktu sepuluh detik.
Sambil berputar, Tian mulai berhitung.
Satu...
Dalam bayangannya, lelaki itu sudah ada di dalam lift, meninggalkan pasiennya di lantai bawah.
Dua...
Pria itu terus-terusan melihat jam tangan, berharap lift rumah sakit bisa bergerak sekilat kecepatan cahaya.
Saat sampai pada hitungannya yang ke tiga, tanpa sengaja matanya menangkap sebuah pigura di atas meja. Seorang gadis yang tersenyum menatap kamera. Gambar tersebut otomatis menghentikan geraknya. Gemetar, ia sentuh sosok di dalam sana.
Berapa tahun mereka tak bertemu?
Berapa kalipun Tian berusaha mencari, ia tak pernah sanggup bertemu dengan gadis tersebut.
Ujung bibirnya tertarik, membentuk senyuman sedih. Waktu seolah bergerak lambat, sampai Tian tak sadar bahwa sang pemilik ruangan sudah berdiri di ambang pintu, menatapnya dengan raut tak percaya.