"Yang fana itu waktu, kita abadi bukan?"
Tentang sepasang ganjil yang tak digenapkan oleh tangan Tuhan.
"Kalau ada satu juta orang yang cinta sama lo, maka gua salah satunya.
kalau ada satu orang yang cinta sama lo, maka gua orangnya.
Dan kalau suda...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Dia kalah atas sesuatu yang memang tak pernah diizinkan untuk ia perjuangkan.” _______________________________________________
• • ✐ᝰ.ᐟ• •
Hari ini Tian tidak menjemput Christy seperti biasanya. Pemuda itu bahkan masih belum membalas pesannya. Christy menatap ponselnya, dengan dagu yang bertumpu di atas kedua tangan.
Saat ini, ia sengaja mengasingkan diri di perpustakaan kampus. Christy sudah bosan mendengar pertanyaan bernada khawatir dari Teman-temannya. Kepalanya terlalu sibuk untuk berpikir. Pemandangan yang ia saksikan tadi malam entah mengapa membuat otak dan emosinya terasa mendidih.
"Ah, yaudahlah! Dia udah lupa kali sama gue, kan lagi sibuk tuh sama si bule!" Christy menyentakkan kepalanya kesal, seruannya mengundang pelototan Bu Keenan dari balik mejanya.
Namun alih-alih merasa tak enak, atau ketakutan, Christy justru membalas pelototan itu dengan delikkan galak. Christy sedang tidak dalam mood mengalah, malah bagus kalau ada yang coba cari masalah, biar ada samsaknya sekalian!
Gadis itu melangkah gusar menyusuri koridor, setiap mata yang melirik ke arahnya otomatis menyingkir. Wajah cantiknya sedang-sangat- tidak bersahabat.
Langkah Christy terhenti ketika ia menemukan sesosok pemuda di ujung koridor. Christian Januar berada di sana, menatapnya dengan raut dingin.
Pemuda itu sudah kembali menjadi dirinya.
Anting dan pakaian serba hitam melekat di tubuhnya, sementara kedua tangannya dimasukan ke dalam saku celana. Ia berdiri diam, seolah menunggu Christy yang menghampirinya.
Untuk beberapa detik Christy terdiam, tapi sudah dikatakan ia sedang tidak dalam mood untuk mengalah. Gadis itu kembali melangkah lurus dengan raut wajah datar, tepat saat ia ingin melewati tubuh Tian, pergelangan tangannya ditahan pemuda itu.
"Apa?!" bentak Christy keras.
"Maaf," Tian menggandeng tangan Christy, lalu menggiring gadis itu untuk mengikutinya. "Ayo, gua antar lo pulang."
Christy bisa saja menghempaskan tangan Tian seperti awal-awal pertemuan mereka. Namun kali ini tidak, Christy bersikap sangat kooperatif, ia biarkan Tian menggenggam tangannya, membawanya menuju pelataran parkir.
⏱
Jauh dari tempat Tian dan Christy berada, Gracio Januar mendengarkan baik-baik laporan dari Jabieb, orang kepercayaannya.
Kalimat-kalimat yang terlontar dari mulut Jabieb menimbulkan geli dalam dadanya.
"Hah?! Memangnya dia pikir dia siapa sanggup membawa Zeeandra pulang?" Gracio tertawa terbahak-bahak, hingga punggungnya melengkung, saking gelinya.