"Yang fana itu waktu, kita abadi bukan?"
Tentang sepasang ganjil yang tak digenapkan oleh tangan Tuhan.
"Kalau ada satu juta orang yang cinta sama lo, maka gua salah satunya.
kalau ada satu orang yang cinta sama lo, maka gua orangnya.
Dan kalau suda...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Syair dan melodi, kau bagai aroma penghapus pilu, bak mentari 'kan sejukkan hatiku"
_______________________________________________
• • ✐ᝰ.ᐟ• •
Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam ketika Christy merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Rambutnya yang basah ia biarkan terlilit handuk.
Matanya hampir terpejam ketika pintu diketuk, dari baliknya sosok Gracia Natio muncul dengan segelas mug di tangan kanan.
"Mami?" Christy sontak bangkit dari posisi tidurnya, sehingga handuk yang tadi melilit kepalanya jatuh ke atas kasur.
"Mami buatin susu buat kamu nih, diminum," Christy menerima mug dari Maminya, lalu menyesapnya perlahan. Manisnya cokelat terkecap di lidahnya, menimbulkan sensasi hangat di sekujur tubuhnya.
"Kamu pulang malam terus? Sibuk pacaran ya?" Gracia mengangkat sebelah alisnya, seraya mengambil tempat di samping Christy. Matanya berkilat-kilat jahil.
"Pacaran apaan, pacar aja nggak punya," sahut Christy cuek. la menyesap kembali susunya. Susu cokelat selalu lebih manis daripada obrolan soal pacar.
"Loh, bukannya ada? Siapa tuh namanya?" Gracia mengetukan jari pada dagunya, pura-pura berpikir. Padahal, justru inilah yang menjadi tujuannya mendatangi kamar Christy malam ini. "Zeeandra Januar?"
Christy nyaris tersedak susu yang ia minum, dalam sekejap rona merah menyebar di wajahnya.
"Apaan sih, Mami!" Christy berseru, namun wajahnya jelas malu-malu.
"Ih, Mami serius tahu!" Gracia tergelak kecil. "Ajak dong Zee nya kesini, Mami kan mau kenalan."
Saat mengajukan permintaannya jantung Gracia berdegup kencang, namun dengan lihai ia menyembunyikan kegugupannya.
Mendengar permintaan Maminya, senyum Christy yang semula terkembang lebar, perlahan mulai meredup. Gadis itu menghela napas pelan. Ada keputus-asaan dalam hembusannya.
"Kak Zee hilang Mi," tukas Chrisy pelan. Jelas sekali dapat Gracia lihat ada rindu di mata putrinya.
"Hilang?" ada sekat dalam suara Gracia. "Hilang gimana maksudnya? Hilang beneran? Diculik atau apa?"
Christy menggelengkan kepala, sebersit senyum terkembang di bibirnya mendengar pertanyaan konyol Maminya. Sayang Christy tak tahu, bahwa pertanyaan konyol barusan hanya cara Maminya untuk menyembunyikan kegugupan.
"Nggak gitu Mami," Christy tertawa kecil. "Kak Zeean udah beberapa hari ini nggak bisa dihubungi, nggak ada yang tau dia kemana, tapi kata teman-temannya dia udah biasa ngilang begitu, satu-satunya jalan ya nanya sama kembarannya, tapi kembarannya itu nggak bisa kalau nggak bikin orang emosi."